Proposal Uni Eropa, Mengakhiri Penderitaan Pekerja Produsen Makanan Ringan di Dunia

Aksi protes agar konsumen ikut memperhatikan tingkat upah dan kesejahteraan buruh peternakan ayam di Amerika Serikat (dok. oxfam)

Oleh: Marc-Olivier Herman, staf policy Kebijakan Keadilan Ekonomi Oxfam Uni Eropa dan Lucy Anns, Asisten Kebijakan Uni Eropa, Oxfam Uni Eropa, berbasis di Brussel, Belgia.

Supermarket-supermarket di Uni Eropa telah menyalahgunakan kekuatan daya belinya yang sangat besar. Atas kekuatan itu, produsen pangan di negara-negara pengekspor yaitu para pekerja di negara produsen, menjadi pihak yang paling menderita atas situasi penyalahgunaan ini. Industri pangan dan camilan yang diekspor ke negara-negara Uni Eropa adalah bisnis triliunan dolar.

Usulan aturan atau undang-undang yang baru tentang praktik perdagangan yang tidak adil dalam rantai pasokan makanan yang diajukan Komisi Eropa adalah awal yang baik. Namun hal ini harus melangkah lebih jauh lagi demi melindungi orang-orang termasuk para pekerja produsen pangan dalam rantai kemiskinan di negara-negara pengekspor di seluruh dunia baik di Asia, Afrika dan Amerika Latin.

Hal ini perlu menjadi perhatian, karena telah terjadi proses pemerasan yang serius ketika supermarket menyalahgunakan kekuasaan mereka. Para pengecer (distributor) produk pangan di Eropa semakin terkonsentrasi di tangan sekelompok kecil aktor-aktor (perusahaan) yang sangat kuat. Rata-rata, lima jaringan supermarket teratas menguasai 50 persen pasar grosir di setiap negara Eropa. Ini berarti para pedagang pengecer di Eropa secara efektif mengontrol akses ke konsumen dan menggunakan daya beli konsumen Eropa yang sangat besar.

Supermarket menyalahgunakan kekuasaan ini untuk ‘menekan’ pemasok mereka –mentransfer risiko bisnis dan menuntut harga yang lebih rendah. Berbagai cara yang mereka lakukan ini telah didokumentasikan secara luas dalam beragam kasus dan permintaan seperti: pembayaran tertunda, pembatalan pesanan untuk beberapa menit terakhir, biaya untuk produk yang tidak terjual atau dicuri, ‘biaya pemasaran’ dan lain-lain.

Komisi Eropa akhirnya memutuskan untuk bertindak melawan praktik perdagangan yang tidak adil ini dengan mengusulkan undang-undang baru yang bertujuan untuk melindungi pemasok kecil dan menengah dalam rantai pasokan pangan atau makanan dari bentuk-bentuk penyalahgunaan yang buruk oleh pembeli pedagang/perusahaan besar di Eropa. Hal ini menjadi kabar baik bagi penghasil pangan/makanan kecil di seluruh dunia. Karena para pekerja penghasil pangan kecil inilah yang paling menderita akibat tekanan supermarket.

Situasi yang terjadi, para pekerja produsen penganan ringan atau para produsen pangan terkungkung dalam kondisi buruk demi ketersediaan makanan camilan bagi konsumen di Eropa. Selama dekade terakhir, penelitian yang serius dan ekstensif, termasuk dilakukan Oxfam, telah melihat hubungan yang intimidatif atau hubungan yang mengecilkan peran pemasok pangan oleh para retailer/pedagang pengecer dan nasib pekerja mereka di seluruh dunia.

Investigasi oleh Traidcraft ke dalam produsen sektor jambu mete di India menunjukkan bahwa praktik perdagangan yang tidak adil terhadap pemasok jambu mete memiliki konsekuensi yang mengerikan bagi pekerja mereka. Mereka menemukan bahwa praktik buruk supermarket menyebabkan kondisi yang tak layak dan tak nyaman bagi para pemasok biji mete, yang secara langsung berdampak pada orang-orang yang paling rentan dalam rantai nilai produksi jambu mete.

Kerawanan persoalan ini terjadi seperti upah rendah, pekerjaan yang tidak jelas atau tidak teratur jam kerja-nya. Kondisi kerja yang keras dan kurangnya perlindungan sosial; itulah harga yang harus dibayar para pekerja, terutama buruh perempuan, akibat praktek buruk supermarket yang ‘memeras’.

Satu contoh adalah pekerjaan satu hari untuk mengupas 10 kg kacang mete hanya menghasilkan upah yang hanya cukup untuk membeli makanan pokok bagi pekerja dan keluarganya. Para pekerja pemetik dan pengupas jambu mete itu menghabiskan hari dengan berjongkok di lantai yang keras dengan akses yang tidak memadai ke toilet dan fasilitas kebersihan lainnya Ini bukan kasus yang berdiri sendiri.

Para pekerja atau petani yang menanam, memproses, dan mengemas pangan untuk pasar pangan Uni Eropa-lah yang menderita di seluruh dunia akibat proses yang tak adil ini. Mereka menderita kurang makan dan kemiskinan, karena mereka tidak mendapatkan cukup uang untuk memberi makan mereka dan keluarga mereka. Mereka menderita akibat kondisi kerja yang mengerikan: jam kerja yang panjang dan harus terus bekerja keras, serta hanya sedikit waktu untuk istirahat.

Akankah proposal Komisi Uni Eropa tentang praktik perdagangan yang tak adil akan dapat memberi perlindungan bagi pekerja di seluruh dunia yang memproduksi pangan dan makanan ringan untuk konsumen di Eropa?

Kabar baik bagi petani dan pekerja di seluruh dunia adalah bahwa undang-undang yang diusulkan Komisi Uni Eropa memberikan perlindungan yang sama kepada produsen yang terlibat dalam rantai pasokan supermarket Eropa, terlepas dari di mana mereka berada. Baik petani tomat Italia dan pekerja pisang Kosta Rika dan organisasi mereka akan memiliki akses ke otoritas penegak hukum nasional di Eropa jika mereka menderita karena praktik perdagangan yang akan terlarang nanti.

Namun, ada banyak ruang untuk perbaikan jika undang-undang yang baru adalah untuk membuat perbedaan nyata bagi kehidupan pekerja perempuan dan laki-laki yang paling menderita akibat para perilaku pedagang besar yang menjadi distributor dan pengecer pangan dan makanan ringan di pasar Uni Eropa.

Daftar praktik perdagangan tidak adil yang dilarang memang (belum) tidak lengkap; semua pelaku dalam rantai pasokan pangan dan makanan harus dilindungi oleh larangan tersebut, bukan hanya kepada pembeli terbesar. Pemerintah negara-negara anggota Uni Eropa harus diminta untuk mengambil langkah proaktif untuk memastikan akses untuk pemberian ganti rugi bagi aktor yang paling rentan, dan kriteria harus ditetapkan untuk memastikan sanksi terhadap pelanggar secara efektif menghentikan praktik perdagangan yang tak adil.

Walaupun proposal Uni Eropa tampaknya tak berambisi besar dan tak memiliki gigi alias kekuatan untuk memaksa, namun melihat agenda Pemilihan Umum Angggota Dewan Uni Eropa telah mendekat di depan mata, adalah bijak jika para pengambil keputusan di Parlemen dan Dewan Uni Eropa harus berupaya menunjukkan bahwa mereka tidak akan mentolerir penderitaan yang dialami para pekerja perempuan dan laki-laki yang memproduksi dan memproses pangan dan makanan yang dijual di Eropa, di mana pun mereka berada. (*)

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.