Kementan Jamin Kecukupan Stok Telur dan Daging Ayam Jelang Puasa dan Idul Fitri

Peternakan ayam milik rakyat (dok. provinsi banten)

Jakarta, Villagerspost.com – Kementerian Pertanian menjamin kecukupan pasokan telur dan daging ayam menjelang bulan puasa dan Idul Fitri 2018. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) I Ketut Diarmita menegaskan, berdasarkan prognosa ketersediaan, produksi daging ayam tahun 2018 adalah sebesar 3,56 juta ton sedangkan kebutuhan konsumsi sebesar 3,04 juta ton, sehingga terjadi neraca surplus sebanyak 517 ribu ton.

“Khusus untuk bulan puasa dan lebaran yang jatuh pada bulan Mei dan Juni 2018 diperoleh ketersediaan daging ayam sebanyak 626 ribu ton dengan kebutuhan konsumsi sebanyak 535 ribu ton, sehingga terjadi neraca surplus sebanyak 90 ribuan ton,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Senin (14/5).

Hal yang sama juga terjadi pada komoditas telur ayam. I Ketut Diarmita mengatakan, telur ayam konsumsi untuk tahun 2018 terdapat produksi sebanyak 2,96 juta ton dengan jumlah kebutuhan konsumsi 2,76 juta ton. Dengan demikian, diperoleh kelebihan stok nasional sebanyak 202 ribu ton. Khusus untuk ketersediaan telur selama bulan puasa dan lebaran terdapat produksi sebesar 521 ribu ton dan jumlah kebutuhan sebanyak 485 ribu ton, sehingga ada kelebihan stok sebanyak 35 ribu ton.

Ketut menekankan, kenaikan harga seharusnya memang tidak ada jika dilihat dari data ketersediaan ayam, daging ayam dan telur saat ini dalam posisinya surplus/berlebih, bahkan sudah ekspor ke beberapa negara. “Kita harapkan harganya stabil terjangkau, jika naik pun diharapkan tidak terlalu tinggi,” ujarnya.

Ketut juga mengatakan, pihaknya telah melakukan rapat koordinasi dengan para pelaku usaha perunggasan, baik integrator maupun peternak mandiri pada Sabtu (5/5) lalu di Bali dan dilanjutkan dengan pertemuan kedua pada Senin (14/5). Dalam dua pertemuan itu, kata Ketut, pihaknya meminta kerjasama kepada semua pihak agar terus menjaga kestabilan harga agar tercipta iklim usaha perunggasan yang sehat dan suasana tenang dalam memasuki bulan puasa dan lebaran.

Sebaliknya, para pelaku usaha meyakinkan pemerintah bahwa tidak ada kenaikan harga day old chicken final stock (DOC FS), kenaikan harga ayam, daging ayam dan telur selama bulan puasa dan lebaran. Saat ini para pembibit menjual DOC FS dengan harga kurang dari Rp5.800 per ekor.

Dalam pertemuan itu terungkap, isu kelangkaan dan kenaikan harga DOC FS lebih karena ulah oknum broker yang memanfaatkan suasana harga ayam yang bagus dan menghadapi bulan puasa serta lebaran sehingga para peternak ramai-ramai mengisi kandangnya secara bersamaan.

Ketua Peternak Layer Nasional (PLN) Musbar mengatakan, pelaku usaha pada prinsipnya mendukung untuk ikut serta menjaga harga telur dan daging ayam tetap stabil. “Ketersediaan telur di pelaku usaha cukup untuk memenuhi kebutuhan selama bulan puasa dan lebaran,” ungkapnya.

Sementara itu, perwakilan dari PT JAPFA Damawi menyampaikan, para pelaku usaha perunggasan menyepakati harga telur dan daging ayam sesuai dengan Harga Acuan Farm Gate yang telah ditetapkan oleh Pemerintah melalui Permendag No 27 Tahun 2017.

Direktur perbibitan dan produksi ternak Sugiono menjelaskan, pemerintah akan selalu berada di tengah-tengah masyarakat. “Kita harus bersinergi demi kemajuan bangsa dan terus menjaga komitmen bersama dalam memajukan dunia perunggasan, sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi dan ekspor pun terus meningkat,” ucap Sugiono.

“Pemerintah juga telah mengimbau agar para pelaku usaha dan asosiasi perunggasan dapat berperan aktif dalam menjaga stabilitas harga-harga dan ketersediaan, sehingga yang kita harapkan masyarakat dapat beribadah di bulan ramadhan dengan tenang dan khusyuk,” ujarnya.

Terkait dengan upaya untuk memperlancar arus distribusi dan menjaga stabilitas harga, Sugiono menyebutkan, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan telah menyiapkan beberapa titik Toko Tani Indonesia (TTI) yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk ikut terlibat dalam operasi pasar untuk memperlancar distribusi dan mendukung stabilisasi harga. “Di titik mana ada harga tinggi, pelaku usaha harus siap untuk menggerojokkan telur dan daging ayamnya,” pungkasnya.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.