Kementan: Peringkat Ketahanan Pangan RI di Atas Thailand

Pedagang berjualan bahan pangan di pasar (dok. sumabprov.go.id)

Jakarta, Villagerspost.com – Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan, peringkat ketahanan pangan Republik Indonesia (RI) saat ini masih berada di atas Thailand. Indonesia juga masih berada di atas negara produsen pangan ASEAN lainnya seperti Vietnam, Myanmar dan Filipina.

Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian Ketut Kariyasa mengatakan, pada aspek keterjangkauan terhadap pangan, posisi Indonesia naik dari peringkat 70 pada tahun 2016 menjadi 68 pada tahun 2017 dengan skor dari 50,3 menjadi 50,8 atau naik sebesar naik 0,5 poin. Pada aspek ketersediaan, posisi RI juga naik dari 66 pada tahun 2016 menjadi 64 pada tahun 2017 dengan skor dari 54,3 menjadi 54,4 atau naik naik 0,1 poin.

“Pada aspek ini, posisi Indonesia berada di atas Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Filipina. Walaupun tidak terjadi perbaikan skor, yaitu tetap 44,1 tetapi posisi aspek kualitas dan keamanan pangan Indonesia juga meningkat dari 87 pada tahun 2016 menjadi posisi 86 pada tahun 2017,” jelas Ketut, dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Sabtu (30/6).

Paparan Ketut ini sejalan dengan data Global Food Security Index-GFS atau Peringkat Ketahanan Pangan yang dirilis tiap tahun oleh The Economist Inteligence Unit (EIU). Data tersebut menunjukkan data Ketahanan Pangan Indonesia terus membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dari 113 negara yang dikaji, pada 2017 Indonesia menempati rangking ke-69 dengan skor 51,3 dan naik 0,2 poin dibanding pada tahun 2016 yang menempati posisi 71 dengan skor 51,1.

Ketut menegaskan, membaiknya ketahanan pangan RI, dikatakan Ketut, terdorong oleh tiga pilar pembentuk yaitu pilar keterjangkauan (affordability), ketersediaan (availability), dan kualitas dan keamanan (quality and safety). Hal itu tidak terlepas dari upaya yang telah dilakukan pemerintah melalui Kementerian Pertanian dalam empat tahun terakhir ini, seperti adanya program Upaya Khusus peningkatan padi dan jagung.

“Berbagai terobosan telah dan sedang dilakukan oleh Kementerian Pertanian dalam meningkatkan produksi pangan dalam negeri, dalam upaya meningkatkan ketersediaannya. Seperti Upaya Khusus (Upsus) peningkatan produksi padi dan jagung telah berdampak secara signifikan terhadap peningkatan produksi,” tambah Ketut.

Selain itu, pengembangan pertanian modern melalui penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) baik pra dan pascapanen dinilai dapat meningkatkan pendapatan petani. Penggunaan alsintan juga dinilai mampu menekan kehilangan hasil sehingga berkontribusi terhadap meningkatnya ketersediaan pangan.

Begitu juga dalam rantai distribusinya melalui keberadaan Toko Tani Indonesia yang dikatakan Ketut bermanfaat pada harga yang menjadi lebih murah bagi masyarakat. “Terobosan dalam distribusi dan stabilisasi harga dengan memperpendek rantai pasok melalui program Toko Tani Indonesia (TTI), pun telah menyebabkan harga di tingkat konsumen menjadi lebih terjangkau,” pungkas Ketut.

Pemanfaatan Lahan Rawa

Sementara itu, pada kesempatan terpisah, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, Indonesia termasuk berhasil memanfaatkan lahan rawa untuk dijadikan lahan pertanian produktif. Lahan rawa berpotensi untuk menyediakan stok pangan nasional sehingga kedaulatan pangan terwujud.

“Dengan lahan rawa 1 juta ha yang ada di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan, ada tambahan beras 8 juta ton per tahun jika ditanam 3 kali setahun dan produktivitasnya 5 ton per hektare,” kata Amran dalam kunjungan meninjau persiapan peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) XXXVIII 2018 digelar di Kalimantan Selatan (Kalsel) pada Oktober mendatang, Jumat (29/6).

Lahan rawa yang akan dijadikan lokasi Gelar Teknologi Peringatan HPS XXXVIII 2018 kali ini seluas 4.200 ha yang berlokasi di Kabupaten Barito Kuala. Pengembangan lahan rawan dilengkapi dengan pembangunan irigasi dan mekanisasi pertanian modern.

“Kami harapkan 4.200 ha lahan rawa sudah terbuka dalam beberapa bulan ini sehingga di HPS nanti sudah bisa ditanami. Anggaran kami kasih khusus untuk Kalsel karena memliki lahan rawa yang potensinya besar,” ungkap Amran.

Untuk mempercepat pengembangan lahan rawa menjadi lahan produktif ini, Amran menyebutkan Kementan memberikan bantuan alat mesin pertanian seperti eskavator sebanyak 40 unit. Dengan begitu, lahan rawa di Barito Kuala cepat menjadi lahan persawahan produktif dan dapat dilanjutkan ke daerah lainnya.

“Eskavator ini akan bergerak ke kabupaten lainya untuk membangun lahan sawah. sebab, potensi lahan rawa sangat menjamin ketersedian beras nasional,” jelas Amran.

Sementara itu, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor mengatakan, pelaksanaan peringatan HPS 2018 ini sesuai dengan visi Kalsel yakni sebagai provinsi sentral pangan. Sehingga, pemerintah Provinsi Kalsel bersama semua pihak terutama petani siap mensukseskan pelaksanaan HPS agar kedaulatan pangan terwujud sebagaimana harapan Presiden Jokowi kepada Kementan.

“Yang jelas Kalimantan Selatan bersyukur sekali sebagai tuan rumah HPS. Mudah-mudahan semua program yang diturunkan di Kalimantan Selatan dapat sukses menyediakan pangan dan mensejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.