Modus Pencurian Ikan Lewat Teknologi Kapal Perang

Kapal-kapal ikan Vietnam yang ditangkap aparat KKP. Illegal Fishing jadi tersangka utama rendahnya PNBP sektor kelautan (dok. kkp.go.id)
Kapal-kapal ikan Vietnam yang ditangkap aparat KKP. Illegal Fishing jadi tersangka utama rendahnya PNBP sektor kelautan (dok. kkp.go.id)

Jakarta, Villagerspost.com – Evaluasi akhir tahun Satuan Tugas Pemberantasan Illegal Fishing (Satgas Illegal Fishing) yang dipimpin oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengungkapkan sebuah temuan mengejutkan. Para pencuri ikan di perairan Indonesia, khususnya kapa-kapal asal China ternyata menggunakan teknologi yang biasa digunakan di kapal perang dalam menjalankan aksinya.

Hal itu diungkapkan Kepala Pelaksana Harian Satgas Illegal Fishing Laksamana Madya Widodo. Modus canggih kapal pencuri ikan asal China itu adalah melakukan pengaliha atau deception dengan cara mengakali (melakukan hacking atau jamming) terhadap sistem Automatic Identification System (AIS) milik KKP.

AIS adalah sistem yang dikembangkan pihak KKP untuk memantau pergerakan setiap kapal di perairan Indonesia. Dengan alat ini, aparat KKP termasuk aparat dari Satgas Illegal Fishing dapat memantau posisi dan lokasi atau koordinat kapal yang berlayar di perairan Indonesia.

Nah, kapal asing asal China ini melakukan pengacakan pada sistem AIS sehingga seolah-olah mereka berada pada koordinat tertentu. Namun ketika dilacak, mereka tidak berada di sana. “Ada barangnya (kapal) di sistem, begitu dicek kosong. Ini kamuflase, bahasa sederhananya mereka pakai kaya hacker buat rusak sistem kita. Di koordinat disebutkan ada kapal China, ternyata malah tidak ada,” kata Widodo, Senin (28/12).

Widodo mengatakan, modus ini terungkap ketika Satgas membaca adanya pergerakan kapal ilegal di perairan Halmahera Utara di sistem AIS. Namun ketika kapal patroli mencoba mencegat kapal tersebut, ternyata kapal yang diincar tak ada di lokasi meski radar tetap menunjukkan posisi kapal berada di lokasi dimaksud.

“Dari pantauan AIS menunjukan ada spot yang kita kategorikan sebagai kapal asing China. Tapi setelah dicek kapal Satgas ternyata kosong, ada potensi mereka pakai alat canggih buat alihkan perhatian kapal patroli kita. Saat kita arahkan kapal ke area yang kosong, padahal mereka curi ikan di tempat lain,” ujarnya.

Untuk saat ini, Widodo mengakui, Satgas Illegal Fishing belum memiliki teknologi yang mampu melawan modus kapal-kapal asing asal China itu. Karena itu di tahun 2016 mendatang pihak satgas akan membeli alat yang mampu melacak kapal asing yang mampu meretas sistem AIS itu.

Widodo mengatakan, teknologi itu sebenarnya sudah ada di TNI AL. Hanya saja saat ini penggunaannya khusus untuk kapal-kapal perang. “Kita memang harus punya alat yang counter tekhnologi seperti itu. Kalau tidak susah nanti,” ujarnya.

Lindungi Tiga Kawasan

Sementara itu terkait pengetatan pengawasan, Satgas Illegal Fishing pada 2016 mendatang juga akan melindungi tiga kawasan yang selama ini menjadi “surga” bagi pencuri ikan. Ketiga kawasan itu adalah perairan Arafura, Halmahera Utara dan Natuna.

Widodo mengungkapkan, fokus utama pengawasan Satgas memang berada di tiga kawasan itu. “Karena fokus-fokus itu yang memang selama ini sangat potensial terjadi pencurian ikan,” ujarnya.

Dalam upaya meningkatkan pengawasan, Widodo juga mengungkapkan rencana untuk menghadirkan pesawat-pesawat patroli maritim agar pengawasan bisa berjalan optimal. “Nanti kita akan mengefisiensikan operasional dengan menghadirkan pesawat-pesawat patroli maritim, sehingga kapal-kapal ini tidak bergerak dulu ke tengah, namun satpatroli maritim ini melihat potensi pelanggaran terlebih dahulu. Baru kemudian kapal-kapal kita gerakkan pada sasaran-sasaran. Tentunya memang sudah di sana ada indikasi pencurian ikan,” kata Widodo.

Widodo mengatakan, pesawat patroli maritim tersebut, nantinya akan mengelilingi di tiga perairan yang menjadi titik rawan potensi pencurian ikan terjadi. Dia pun berharap, pada 2016 nanti, sudah tersedia UAV atau pesawat terbang tanpa awak, untuk dijadikan pesawat patrol maritime.

“Syukur-syukur kita juga sudah punya UAV, yang membuat operasional lebih efisien. Jadi pesawat tanpa awak itu berpatroli pada wilayah-wilayah yang memang sangat tinggi potensi pelanggaran pencurian ikannya, kita operasionalkan di sana dan kapal-kapal kita siagakan di dekat sana. Sehingga beigtu ada sasaran langsung kita tangani,” pungkasnya. (*)

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.