Sampah Plastik: Produsen Harus Bertanggung Jawab

Aktivis Greenpeace Indonesia bersama kelompok masyarakat sipil lainnya melakukan aksi bersih sampah di Pantai Mencari Jodoh, Tangerang, Banten (dok. greenpeace indonesia)

Jakarta, Villagerspost.com – Memanfaatkan momen World Cleanup Day, Greenpeace Indonesia bersama dengan komunitas lokal serta komunitas yang tergabung dalam gerakan global #breakfreefromplastic kegiatan bersih-bersih sampah plastik dilakukan di sejumlah kota. Hari ini, Sabtu (15/9), kegiatan dilakukan di Pantai Kuk Cituis (atau Pantai Mencari Jodoh) Tangerang, Banten dan Pantai Pandansari, Bantul, Yogyakarta.

Tak hanya membersihkan, mereka juga mengaudit “sumbangsih” produsen terhadap volume sampah plastik di beberapa wilayah di Indonesia (dok. greenpeace indonesia)

Hari Minggu (16/9) kegiatan serupa akan diselenggarakan di Bali, dan menyusul beberapa kota lainnya. Melalui kegiatan bersih-bersih pantai ini, Greenpeace Indonesia bersama gerakan #breakfreefromplastic mengajak masyarakat untuk melihat sendiri “sumbangsih” para produsen yang menggunakan kemasan plastik sekali pakai terhadap lingkungan sekitar.

Tumpukan sampah plastik kemasan dari beberapa produk konsumsi (dok. greenpeace indonesia)

Aksi di beberapa kota ini memang bukan sekadar aksi bersih-bersih semata. “Setelah kegiatan bersih-bersih, kami memilah sampah plastik berdasarkan mereknya atau melakukan audit merek,” ujar Muharram Atha Rasyadi, Jurukampanye Urban Greenpeace Indonesia.

“Audit merek dilakukan untuk melihat perusahaan-perusahaan mana saja yang seharusnya bertanggung jawab atas sampah mereka,” lanjutnya.

Sampah plastik kemasan mie instan (dok. greenpeace indonesia)

Masyarakat mengonsumsi plastik sekali pakai karena adanya suplai yang masif dari para produsen seperti produk-produk kebutuhan sehari-hari (fast moving consumer good). Dengan gencarnya suplai dari perusahaan, maka volume sampah plastik pun menjadi tak terbendung.

Sampah plastik bekas kemasan makanan ringan (dok. greenpeace indonesia)

Perlu dicatat, hanya 9% saja sampah plastik yang dapat didaur ulang, 12% dibakar dan 79% berakhir begitu saja di tempat pembuangan akhir dan lingkungan sekitar. Dari daratan, sampah plastik tersebut pun akhirnya berlabuh di laut lewat beberapa jalan, dan akhirnya mengancam ekosistem laut di mana 94% sampah plastik akhirnya mengendap di dasar laut.

Sedotan juga mendominasi jenis sampah plastik yang banyak mencemari kawasan laut dan pantai (dok. greenpeace indonesia)

“Korporasi tidak dapat ‘mencuci tangan’ mereka dari krisis polusi plastik dan menyalahkan masyarakat sepanjang waktu. Audit merek kami memperjelas perusahaan mana yang terutama bertanggung jawab atas proliferasi sampah plastik yang mencemarkan alam dan membunuh lautan kita. Jejak merek mereka memberikan bukti yang tak terbantahkan tentang kebenaran ini,” ucap Von Hernandez, Koordinator Global #breakfreefromplastic.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.