Memasuki Musim yang Tak Menentu-El Nino

Sawah puso akibat kekeringan (dok. disperta.jambiprov.go.id)
Sawah puso akibat kekeringan (dok. disperta.jambiprov.go.id)

 

Oleh: John Magrath, Oxfam GB Programme Researcher

Jutaan orang menghadapi kelaparan dan kemiskinan tahun ini dan tahun depan karena kekeringan dan jarangnya hujan turun seiring peningkatan suhu global yang menjangkau level tertinggi dan disebabkan oleh terjangan fenomena El Nino yang sangat kuat. Fenomena iklim yang muncul di kawasan tropis Pasifik ini dapat membawa dampak terjadinya cuaca ekstrem di beberapa kawasan.

Saya telah menulis tentang El Nino, tentang bahaya bahwa peningkatan suhu di permukaan air laut akan meningkatkan kekuatan fenomena El Nino. Daan saat ini sepertinya, El Nino akan terjadi lebih kuat dari peristiwa di tahun 1997/1998.

El Nino sejatinya bukanlah gangguan serius terhadap iklim– ada banyak hal yang lain yang mempengaruhi pola cuaca– tetapi El Nino meningkatkan terjadinya gangguan iklim khususnya di Selatan Afrika, Amerika Tengah dan sebagaian Asia dan Pasifik.

Yang membuat El Nino tahun ini khususnya menjadi berbahaya adalah karena terjadi pada saat temperatur global mencapai suhu tertingginya. Tahun lalu rekor temperatur tertinggi–dimana tahun itu merupakan tahun terhangat yang tercatat– seolah membentuk terjadinya El Nino meskipun kenyaataannya El Nino tak terjadi. Musim tanam di Selatan Afrika dan Amerika Tengah berlaku seolah El Nino tengah terjadi, hujan datang terlambat dan terjadinya kegagalan panen di beberapa negara.

Jadi ketika El Nino kali ini membawa dampak yang sama, hujan akan memburuk lagi di kawasan tersebut yang artinya akan terjadi musim gagal panen berturut-turut. Hal ini tentu akan membawa ancaman keamanan pangan yang lebih besar lagi untuk jutaan orang.

Negara-negara saat ini yang sangat menderita akibat El Nino akan mendapat serangan yang lebih buruk lagi termasuk Zimbabwe dimana 1,5 juta orang saat ini menderita kelaparan dan Malawi. Terdapat sekitar 2 juta orang yang terhantam bencana banjir hebat dan juga kekeringan hebat di tahun 2014/2015, dan saat ini, dengan meningkatnya harga pangan pokok seperti jagung. Musim yang buruk akan berlangsung lebih awal pada Januari untuk kebanyakan dan akan berlanjut hingga April.

Ethiopia juga sudah menghadapi apa yang disebut oleh Country Director Oxfam sebagai “awal dari kedaruratan umum, yang diperkirakan akan sangat serius dan panjang” akibat jarangnya hujan turun. Namun apa yang terjadi di Ethiopia dapat pula menunjukkan jalan ke depan bahwa kekeringan tidak harus berujung pada kematian akibat kelaparan dan pemiskinan masyarakat sehingga mereka menjadi rentan dalam menghadapi gangguan iklim ke depan.

Upaya pencegahan harus diambil oleh pemerintah dan organisasi bantuan internasional termasuk program cash-for-work (uang untuk pekerjaan), air untuk manusia dan hewan, pakan ternak dan vaksinasi ternak. Sebagai hasilnya situasinya tak akan seburuk seperti apa yang terjadi saat ini.

Pemerintah pada level nasional dan lembaga donor internasional termasuk Inggris, harus ikut mendukung upaya pencegahan dan persiapan menghadapi ancaman El Nino ini sehingga dampaknya tidak meluas. Saat ini tampaknya dampak dari kekeringan kronis dan El Nino belum terlalu dipedulikan.

Di Ethiopia, Selatan Afrika dan Amerika Tengah, staf Oxfam melaporkan bahwa pendonor tampak ragu untuk mendukung program pencegahan, berlasan bahwa dana mereka terbatas dan ada kegentingan yang lebih mendesak untuk dihadapi. Bagaimanapun bantuan uang sekecil apapun akan sangat efektif ketimbang menunggu hingga pilihan sampai pada pilihan terakhir yaitu memberikan bantuan tanggap darurat.

El Nino berarti tahun 2015 ini akan lebih panas dari tahun 2014 dan 2016 akan juga secara tak umum relatif panas. Dalam bayangan bahwa perubahan iklim terlanjur membuat suhu meningkat dan musim hujan ekstrem, kesiapan, pencegahan dan perlindungan sosial akan menjadi sangat krusial agar masyarakat di seluruh dunia bisa beradaptasi. (*)

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.