Pelajaran Mengecewakan dari Sendai, Pentingya Aksi Pengurangan Risiko Bencana

Kerusakan akibat gempa dan tsunami di Sendai, Jepang (dok. sekolahjepang.com)
Kerusakan akibat gempa dan tsunami di Sendai, Jepang (dok. sekolahjepang.com)

Oleh: Ben Murphy, Humanitarian Advocacy Officer, Oxfam Australia

Beberapa hari setelah Presiden Vanuatu nyaris hancur saat berbicara tentang kedahsyatan siklon tropis Pam yang menghantam negaranya, suasana hati menjadi tak menentu di acara penutupan Konferensi Dunia Ketiga untuk Pengurangan Risiko Bencana (Disaster Risk Reduction–DRR) di Sendai, Jepang. Beberapa hari terakhir didominasi oleh ketegangan, negosiasi yang alot diantara pemerintah dari 186 negara sepanjang hari dan malam. Semua bertujuan untuk menghasilkan kerangka global yang baru untuk 15 tahun ke depan untuk membangun daya lenting dan mengurangi kerentanan terhadap bencana.

Kebanyakan dari hari-hari terakhir itu, terlihat sepertinya kita tidak menghasilkan jalan keluar sama sekali. Akhirnya di malam terakhir, terlambat beberapa jam dari jadwal, pemerintah berhasil mencapai sebuah kesepakatan yaitu Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030 (the Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030). Hanya perlu disayangkan, kerangka kerja itu secara umum gagal untuk melindungi penduduk termiskin di dunia dari risiko bencana yang semakin meningkat.

Kerentanan dan ketereksposan terhadap bencana meningkat di seluruh dunia. Dipertajam dengan perubahan iklim, bencana secara tajam mendorong banyak orang terjebak dalam jurang kemiskinan yang lebih dalam dan mengabaikan keamanan mereka.

Itu sebabnya, kerangka kerja yang disepakati pada 18 Maret kemarin, sangat mengecewakan bagi Oxfam dan banyak lagi organisasi yang bekerja bersama masyarakat yang terdampak oleh bencana di seluruh dunia. Apa yang kita perlukan di Sendai adalah kesepakatan yang berani dan ambisius terkait pengurangan risiko bencana. Sayangnya, kita malah mendapatkan seprangkat komitmen setengah hati dan bisnis seperti biasa yang tidak akan mampu mengatasi meningkatnya risiko global.

Kerangka kerja terbaru itu memang menunjukkan adanya pendekatan yang lebih kuat pada dampak dari bencana kepada kelompok rentan seperti perempuan, penyandang disabilitas dan orang tua. Juga menegaskan peran mereka sebagai agen perubahan dalam upaya keras dan efektif dalam upaya pengurangan risiko. Ini merupakan komitmen yang sangat kritis yang akan didukung secara aktif oleh Oxfam untuk diterapkan dan juga untuk menjaga akutablitas pemerintah di tahun-tahun mendatang.

Tetapu kerangka kerja tersebut hanya memberikan sedikit dorongan bagi upaya yang berani untuk menciptakan akuntabilitas yang lebih bermakna. Secara khusus ketujuh target yang membentuk inti dari persetujuan sangat kurang dan tidak ambisius, menempatkan hanya sedikit tekanan kepada pemerintah untuk menunjukkan peningkatan signifikan dalam mengurangi risiko bencana.

Negara-negara kaya juga gagal untuk membuat komitmen konkret terkait dukungan dana dan teknis tambahan untuk negara berkembang yang memiliki kapasitas lebih rendah untuk menyerap dan memulihkan diri dari kerugian akibat bencana. Banyak dari negara yang rentan atas bencana adalah negara berkembang, mereka tak mampu mendanai sendiri semua hal yang dibutuhkan untuk itu. Karena itu baik peningkatan bantuan dari negara kaya dan peningkatan kontribusi finansial dari negara berkembang yang rentan bencana merupakan hal yang sangat genting untuk meyakinkan pelaksanaan secara menyeluruh atas ukuran-ukuran pengurangan risiko bencana secara nyata.

Hari ini kami kecewa tetapi tidak berkecil hati. Lebeih dari sebelumnya, kita perlu meningkatkan terhadap pemerintah dan pihak lainnya untuk secara lebih serius berinvestasi dalam melindungi kehidupan, penghidupan, lingkungan dan ekonomi dari bencana. Meskipun sedang-sedang saja, masih terdapan banyak elemen posotof dalam kerangka kerja tersebut dan kita perlu merangkul pemerintah untuk melaksanakan komitmen ini.

Kita juga perlu meyakinkan bahwa rendahnya ambisi yang ditunjukkan di sini, di Sendai, tidak akan berpengaruh bagi kesepatan internasional lainnya tahun ini dalam pengurangan kemiskinan, pembangunan dan perubahan iklim. Kita tahu bahwa risiko bencana, iklim dan pembangungan yang berkelanjutan adalah isu yang saling terkait, tetapi sayangnya Kerangka Kerja Sendai hanya menghasilkan acuan yang lemah akan pentingnya memadukan seluruh upaya di wilayah tersebut.

Saat pemimpin dunia menegosiasikan dua kesepakatan penting lainnya tahun ini– Arah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada bulan September dan kesepakatan perubahan iklim terbaru yang lebih ambisius di Paris pada bulan Desember, kita semua perlu untuk melihat komitmen yang lebih kuat, ditunjang oleh janji pendanaan yang lebih konkret.

Pengurangan risiko bencana membentuk dimensi yang sangat penting atas kedua kesepatakan itu dan harus diitegrasikan secara penuh dan didanai. Atas nama jutaan orang yang hidup dalam situasi kerentanan atas bencana yang terus meningkat di duna, kita tidak boleh gagal. (*)

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.