Sosialisasi Pengelolaan Akses Perikanan Berkelanjutan Melalui Kampanye Pride
|
Oleh: Eko Handoyo, Staf Pengendali Ekosistem Hutan, Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara
Jakarta, Villagerspost.com – Rabu tanggal 17 Februari 2016 lalu, di Jakarta, Rare Indonesia meluncurkan program Kampanye Pride terkait program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) yang dilaksanakan bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem serta Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut. Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) adalah program yang bertujuan untuk menjawab tantangan dan permasalahan dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan serta merespons kebutuhan nelayan kecil selaku pemanfaat langsung atas sumber daya perikanan.
Dalam program ini, masyarakat nelayan dilibatkan langsung untuk merencanakan, melaksanakan, serta mengevaluasi sumber daya perikanannya sendiri. Lewat PAAP, nelayan juga diberdayakan untuk melakukan aksi nyata demi menentukan masa depannya sendiri. Permasalahan utama dari nelayan kecil sebagai pengakses sumber daya perikanan selama ini adalah jumlah tangkapan yang terus menurun, kondisi hasil tangkapan ikan yang semakin mengecil, serta waktu penangkapan yang semakin lama. Demikian juga dengan jarak tangkap yang dahulunya berada diseputaran kampung, kini sudah semakin menjauh ke tengah lautan.
Tentunya permasalahan tersebut harus diselesaikan, bukan hanya oleh pemerintah, tetapi juga dengan melibatkan masyarakat nelayan selaku pengguna sumber daya. Menyikapi masalah ini, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara dan Balai Taman Nasional Bunaken berkolaborasi dalam mengembangkan inovasi pengelolaan perikanan pada kawasan konservasi untuk mengangkat kapasitas nelayan kecil. Lokasi yang dijadikan sebagai model dalam program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) di Taman Nasional Bunaken adalah bagian selatan Desa Poopoh, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa.
Dalam suatu even lokakarya dalam rangka Harmonisasi Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan yang dilaksanakan di Manado oleh DKP Provinsi Sulawesi Utara, pihak DKP dan pengelola TN Bunaken mengajak para pemangku kepentingan untuk berupaya mengefektifkan kawasan konservasi perairan untuk kesejahteraan masyarakat. Nelayan kecil diberdayakan dan dilembagakan agar mampu mengelola wilayah tangkapannya secara bertanggung jawab. Di saat yang sama, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara Ir. Ronald T.H. Sorongan, M.Si juga menyerahkan secara simbolis kartu nelayan kepada Kepala Bidang KP3K DKP Kabupaten Minahasa Ir. Beredina Wauran sebagai lisensi pada nelayan kecil inovator program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) di Sulawesi Utara.
Pengembangan program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) di Taman Nasional Bunaken membutuhkan tahapan, proses, dan waktu yang cukup lama. Legalitas kawasan konservasi yang dijadikan sebagai model akses area perikanan sangat penting, karakteristik sosial, ekonomi dan budaya merupakan modal sosialnya ditambah karakteristik perikanan serta dukungan penuh dari lembaga otoritas pengelola kawasan konservasi. Dari hasil pengamatan lapangan data biofisik awal diketahui rata-rata tutupan karang hidup >32% (2014) hal ini termasuk dalam kategori sedang (Kepmen LH No.4 Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang).
Adapun untuk pengetahuan nelayan terhadap program PAAP sampai sejauh ini masih rendah. Berdasarkan hasil survei KAP (Knowledge, Attitude, and Practice) tahun 2015 dari 210 responden 86,2% menjawab tidak mengetahui program Pengelolaan Akses Area Perikanan di Taman Nasional Bunaken. Selebihnya menjawab dengan kemampuan berfikir atas pengalaman dalam mengelola sumber daya laut serta pengalaman masa lalu dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Bunaken, DKP Provinsi Sulawesi Utara, dan DKP Kabupaten Minahasa.
Dari hasil survei itu dapat disimpulkan, program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) perlu diperkenalkan secara luas sebagai inovasi pengelolaan perikanan yang baru di Taman Nasional Bunaken. Kampanye Pride bisa menjadi salah satu metode yang baik untuk itu. Kampanye Pride memang ditujukan untuk melakukan pendekatan sosial marketing bagi perubahan perilaku dalam konservasi yang dilakukan oleh Rare bersama para mitra lokalnya.
Kampanye memperkenalkan inovasi pengelolaan perikanan dalam program PAAP lewat Kampanye Pride ini, dilakukan melalui intervensi sosial dalam bentuk aktivitas-aktivitas menyenangkan seperti hiburan seni musik, pertandingan olah raga, media pemasaran cetak dan elektronik. Dengan adanya intervensi sosial tersebut diharapkan akan menambah pengetahuan nelayan kecil untuk mengubah sikap dan perilaku dalam mengadopsi inovasi baru pengelolaan perikanan.
Selain itu, kesepahaman bersama di antara para pemangku kepentingan dalam Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) tak kalah penting dilakukan demi menunjang keberhasilan program. Dalam rangka itu, Balai Taman Nasional Bunaken bersama DKP Provinsi Sulawesi Utara dan DKP Kabupaten Minahasa serta jajarannya membentuk kelompok kerja perikanan (Pokja).
Selanjutnya pokja tersebut melakukan pemetaan partisipatif lokasi yang dijadikan sebagai wilayah akses area perikanan dan memonitor nelayan luar desa yang menggunakan sumber daya pada lokasi peruntukan PAAP. Tentunya dengan fasilitasi bagi kelompok kerja perikanan yang terlibat dalam program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) memberikan kemudahan dan meningkatkan kinerja Pokja. Sampai saat ini bentuk fasilitasi yang diberikan adalah berupa perahu pengawasan dan kemudahan akses BBM bagi nelayan untuk melaut. (*)