Berokan: Kesenian Pesisir yang Nyaris Terlupakan
|Indramayu, Villagerspost.com – Dahulu, kesenian Berokan sempat berjaya dan berkembang di banyak tempat di pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sayangnya dari mulai tahun 90-an, kesenian ini semakin jarang dimainkan di tengah masyarakat.
Berokan makin terpinggirkan setelah berkembangnya dangdut pantura yang menawarkan banyak goyang seksi para penyanyinya. Kini di tengah semakin senyapnya kesenian Berokan, seorang seniman asal Indramayu berjuang untuk terus mementaskan kesenian ini agar tak punah.
Warna atau biasa disebut Wa A’ong, adalah satu dan sedikit orang berusaha terus menghidupkan kesenian Berokan tersebut. Belum lama ini, Wa A’ong bersama Wata, dari sanggar Gelora Muda, mementaskan kesenian Berokan di Bandung.
Pentas tersebut hanyalah satu dari sekian tempat yang sering disasar Wa A’ong demi bisa mementaskan Berokan. Bersama beberapa seniman yang masih peduli, Wa A’ong sering tampil di acara-acara hajatan atau bahkan, berkeliling kampung, mengamen dengan beberapa orang penabuh gamelan serta kru pendukung.
Upaya Wa’Aong melestarikan Berokan ini juga mendapatkan dukungan dari Samsudin, pendongeng keliling pelestarian satwa langka dan lingkungan. Samsudin terlibat dalam beberapa kegiatan ngamen dengan rombongan Berokan yang diketuai Wa A’ong.
Samsudin ikut tampil menari dengan memakai kostum badak dengan diiringi musik gamelan yang dimainkan pemusik yang tergabung di grup Berokan Wa A’ong.
“Tujuan bergabungnya saya itu sendiri adalah agar masyarakat pedesaan bisa lebih mengenal sosok badak, demi melestarikan satwa langka itu, selain tentu saja mendukung pelestarian kesenian Berokan itu sendiri,” kata Samsudin, kepada Villagerspost.com.
Samsudin sendiri prihatin, karena banyak anak-anak yang tak mengenal satwa badak. “Beberapa orang baik anak-anak maupun orang dewasa malah suka menyebutnya sebagai banteng atau kerbau,” kata Samsudin.
“Beberapa orang yang bernah baca dan melihat foto badak di buku yang kemudian membetulkan dengan menyebut nama yang benar yaitu badak,” tambahnya.
Karena aksinya menari dengan kostum badak, Samsudin sampai dijuluki “The Dancing Rhino” oleh media asing yang pernah meliput aksinya. Samsudin mengatakan, Berokan dan badak adalah dua hal yang berbeda yang sebetulnya.
“Tetapi sama-sama butuh perhatian dan perlakuan lebih serius agar bisa terus hadir dan bukan hanya cerita masa lalu. Kesadaran generasi mudalah yang bisa membuat kesenian Berokan dan badak bisa lestari,” pungkasnya.
Video: Samsudin
Editor: M. Agung Riyadi