Hadapi Serangan Kembara, Petani Sumba Timur Siapkan “Senjata” Organik
Waingapu, Villagerspost.com – Serangan belalang kembara di Sumba Timur masih menghebat. Belum lama ini, belalang kembara yang baru menetas terihat memenuhi salah satu padang rumput di Laipori, Kecamatan Pandawai, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur NTT. Berdasarkan kesaksian David Nale, salah satu pemilik sapi yang menggembalakan sapi ke hamparan padang Laipori, anakan belalang kembara ini sudah terlihat sejak empat bulan lalu.
Serangan kembara terhadap padang rumput Laipori ini bisa menjadi ancaman bagi keberlangsungan peternakan rakyat yang mengandalkan sumber pakan dari padang rumput itu. Sebelumnya, pada akhir Juli lalu, serangan kembara juga menghancurkan padang rumput di desa Yubuwai. Rumput di padang yang dihinggapi belalang ini langsung habis dimakan dan suasananya seperti di bulan Oktober tahun lalu dimana rumput di padang gembalaan mati karena cuaca panas.
(Baca juga: Hebatnya Serangan Belalang Kembara di Sumba Timur)
Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora pun sudah menetapkan Sumba Timur mengalami darurat bencana hama belalang kembara. Gidion menambahkan, Pemda setempat sudah menyiapkan dana dari APBD untuk membantu masyarkat menghadapi hama belalang kembara sebesar Rp2 miliar yang berasal dari pos biaya tak terduga.
Untuk menghadapi serangan belalang kembara yang mengganas itu, para petani di Sumba Timur, kini tengah menyiapkan “senjata” baru. Senjata baru itu adalah bio pestisida yang ramah lingkungan.

Saran memerangi belalang dengan bio pestisida ramah lingkungan ini datang dari pakar penyakit tanaman Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Hermanu Triwidodo yang pada awal Agustus ini, mengunjungi wilayah Sumba Timur bersama tim dari Dewan Pertimbangan Presiden.
Bagaimana cara membuat bio pestisida ramah lingkungan itu? “Sebaiknya memanfaatkan belalang yang sakit lalu difermentasi kemudian disemprotkan. Jika menggunakan pestisida kimia ditakutkan akan berdampak pada ternak di sekitaran padang rumput. Racun ya tetap racun,” tegas Hermanu yang juga Ketua Umum Gerakan Petani Nusantara itu.
Menanggapi saran itu, para petani pun mulai berburu belalang yang sakit. Setelah mendapat “calon korban”, para belalang sakit itu kemudian dibawa ke rumah untuk difermentasi. Mereka mem-fermentasi-kan belalang itu dengan alat seperti labu Erlenmeyer (gelas berbentuk bulat seperti labu yang digunakan untuk analisis dalam laboratorium), tabung ukur dan yang lainnya.
Beruntung alat yang dibutuhkan tersedia. Dengan alat-alat itulah, para petani melakukan proses fermentasi terhadap belalang kembara yang sudah ditangkap. Saat ini petani Sumba Timur tengah mengujicoba “senjata baru” menghadapi serangan kembara itu. (*)
Laporan: Rahmat Adinata, Anggota Gerakan Petani Nusantara, Sumba Timur
Related Posts
-
Gua Tapak Tangan, Situs Bersejarah, Andalan Pariwisata Desa Batu Lepoq
No Comments | Jan 3, 2020 -
Mauliru Organik: Kisah Perjuangan Petani Mauliru Menyelamatkan Jagung Rote
No Comments | Nov 27, 2019 -
Paru-Paru Pulau Sumba Itu Terbalut Api
No Comments | Sep 18, 2017 -
Diskusi Rujak: Kampung Kota Solusi Hak Hunian Layak
No Comments | Oct 12, 2018