Kampung Minapadi Samberembe, Digagas Anak Muda, Berjaya Jadi Desa Wisata

Yogyakarta, Villagerspost.com – Sebagai petani, Ricky Wahid Syam, petani muda asal Desa Samberembe, Pakem, Sleman, Yogyakarta, punya kegelisahan tersendiri. Mewarisi lahan sawah milik orang tua, dia harus meneruskan usaha tani yang sejak dulu berjalan seolah begitu-begitu saja.

Ricky berpikir bagaimana mengembangkan usaha pertanian di desanya menjadi usaha yang menguntungkan bagi masyarakat desa khususnya para petani muda. Beruntung, Ricky bertemu dengan Frans Hero Making, seorang penyuluh yang berpengalaman selama 30-an tahun yang sukses mengembangkan desa minapadi di Yogyakarta.

Bekerjasama dengan Frans, Ricky pun menggerakkan anak muda desanya untuk juga mengembangkan konsep minapadi alias memadukan pertanian dan perikanan. Berbekal lahan seluas 1000 m2, Ricky memulai usahanya membangun kesejahteraan di desanya.

Ricky berpikir, dengan usaha pertanian konvensional, jelas tak menguntungkan. Dengan lahan 1000 m2 waktu tanam 3-4 bulan, hasilnya kurang lebih Rp1,6-1,8 juta bersih. Paling bagus Rp2 juta. Dibagi masa tanam 4 bulan, per bulan penghasilan petani hanya mencapai Rp400-500 ribu saja.

“Sekarang siapa yang tertarik kalau 1 bulan hanya dapat Rp 400-500 ribu? Sedangkan UMKnya lebih tinggi. Jadi wajar bila tidak tertarik menggarap sawah dan milih kerja di luar daripada jadi petani padi,” ujarnya kepada Villagerspost.com, yang berkunjung ke Samberembe beberapa waktu lalu.

Dengan mengembangkan minapadi, ujar dia, penghasilan petani bisa naik menjadi 3-4 kali lipat. Dengan teknologi ini, sekali panen bisa mendapatkan penghasilan dapat Rp5-6 juta atau setara Rp1,2-1,5 juta per bulan.

Tak cukup di situ, bersama pemuda Samberembe, juga mengembangkan minahorti, menanam cabai dan sayuran lainnya dipadukan dengan perikanan. Kemudian, Ricky juga mulai mengembangkan desa wisata dan juga desa Mina Wisata Techopark dimana para petani dari desa lain juga bisa belajar mengenai pertanian di sana.

Samberembe menawarkan banyak pilihan wisata mulai dari edukasi mengenai teknologi pertanian dan perikanan. Samberembe juga memperkenalkan sistem budidaya ikan nila dengan sentuhan kincir air.

Selain itu wisatawan juga bisa melakukan aktivitas outbond, wisata keliling desa dengan sepeda, pemancingan, pasar ikan, wisata kuliner dengan konsep persawahan yang menyajikan menu makanan dan minuman desa seperti sega liwet, botok yuyu, ikan lele, nila, produk olahan ikan, minuman segar dari rempah-rempah dan oleh-oleh hasil perikanan pertanian.

Pengunjung juga bisa menginap di desa karena masyarakat juga menyediakan homestay bernuansa desa alami. “Aktivitas bertani jika dikemas menjadi wisata diharapkan generasi muda menjadi tertarik kembali menggeluti bidang yang sebelumnya dianggap tidak bergengsi tersebut,” harap Ricky.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.