Kasih Paskah, Nelayan Desa Popareng Selamatkan Penyu yang Terperangkap Jaring
|Bunaken, Villagerspost.com – Pendeta Ferri Runtukahu kaget bukan kepalang. Saat memeriksa jaring sero miliknya untuk mengambil ikan yang tertangkap, Jumat (14/7) lalu, tak disangka, dia malah menemukan seekor penyu yang terjebak di dalam jaring. Sadar penyu adalah salah satu satwa prioritas yang masuk dalam perlindungan dari ancaman kepunahan, Ferry pun kemudian menghubungi para nelayan lain untuk membantunya melepaskan kembali penyu tersebut.
Pendeta Ferri sangat memahami arti konservasi alam, beliau tergabung dalam kelompok Nelayan Betlehem binaan gereja GMIM Betlehem Popareng, tahun 2016 atas fasilitasi Rare Indonesia. Dari situ para nelayan berkesempatan meningkatkan kapasitasnya untuk pengembangan perikanan berkelanjutan bersama Kelompok Nelayan Tuama Bahari dan Cahaya Tatapaan di Popareng Taman Nasional Bunaken.
Pendeta Ferri juga ikut menyemangati para nelayan dalam beberapa ajang kegiatan kelompok untuk mempromosikan perikanan berkelanjutan dengan terlibat di Festival Konservasi. Bersama anggota kelompoknya, dia menyusun lagu Piara Ambe Jaga-Agar Ikan Tetap Ada. Pendeta Ferri juga membantu menginisiasi Festival Tatapaan dan bahkan didaulat menjadi perwakilan tokoh agama untuk menjadi saksi dalam penandatangan Nota Kesepahaman antara Balai Taman Nasional Bunaken dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Cahaya Tatapaan dalam mengelola wilayah perikanannya.
Sejak tahun 2017 sampai bulan April tercatat sudah dua kali nelayan Cahaya Tatapaan dan konsorsiumnya melepaskan penyu yang tertangkap oleh jaring nelayan. Penyu yang terjerat jaring umumnya adalah Penyu Hijau (Celonia mydas). Sebagai komitmen dalam menjaga kelestarian dan mitra pemerintah, satwa-satwa tersebut dilepaskan kembali.
“Pertama kami mendapati penyu yang sedang tersangkut di jaring nelayan di bulan Maret 2017 saat itu kami lepaskan langsung di laut, dan sekarang kami mendapati penyu sedang kembali tersangkut maka kami lepaskan juga,” kata Sekretaris Kelompok Nelayan Tuama Bahari Yano Lengkong.
“Hari bertepatan dengan bulan baik, dimana umat Kristiani merayakan Paskah, bulan kasih, jadi sudah selayaknya komitmen, kesadaran akan pelestarian, hewan langka kita untuk melepaskan satwa yang dilindungi oleh pemerintah, kami melepaskan satwa didahului dengan upacara pemberkatan oleh gereja,” tambah Yano.
Dalam acara pelepasan itu, hadir pula Pendeta Ventje Talumepa M. Th selaku sekertaris Departemen Missio Sinode GMIM bersama Perwakilan kelompok Cahaya Tatapaan, Betlehem dan Tuama Bahari. Warga masyarakat Desa Popareng dan anak-anak maupun orang dewasa, juga turut hadir untuk bersama-sama melepas penyu di Pantai Desa Popareng.
Sem Sambur sebagai nahkoda konsorsium ketiga kelompok nelayan, yang pada saat acara pelepasan penyu didaulat menjadi MC menyampaikan, sebagai nelayan yang sudah berkontribusi dalam konservasi, nelayan Popareng wajib terlibat pula dalam menjaga kelestarian. “Sejak tahun lalu kami mencatat hasil tangkapan ikan setiap kali selesai melaut sekarang sudah mulai menampakan hasil. Tidak hanya ikan target yang teridentifikasi tetapi satwa langka juga ikut terlindungi, usaha kami nyata sebagai bagian dari pembangunan,” ujar Sem.
Dia berharap, dengan konsep acara pelepasan penyu dengan diawali pemberkatan gereja, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran warga tentang pentingnya pelestarian. “Upacara seperti ini juga bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan sehingga berpotensi besar menjadi bagian destinasi. Kami berharap adanya perhatian lebih serius dari Pemerintah, bahwa masyarakat nelayan sudah mulai tumbuh kesadarannya, mohon adanya dukungan penuh agar mendapatkan perhatian,” pinta Sem.
Laporan/Video/Foto: Eko Handoyo, Manajer Kampanye Pride Bogor 6 di Balai Taman Nasional Bunaken