Kisah Petani Organik Berkunjung ke Habitat Komodo
|Labuan Bajo, Villagerspost.com – Biasanya, kegiatan Rahmat Adinata sebagai praktisi pertanian organik, adalah mengunjungi para petani di berbagai pelosok desa di Indonesia, khususnya belakangan ini di Nusa Tenggara Timur. Namun, kunjungan Rahmat, sang petani organik, kali ini terhitung menarik karena, tak tanggung-tanggung yang dikunjungi adalah komodo.
Beberapa waktu lalu, Rahmat menyempatkan diri mengunjungi Pulau Rinca, habitat komodo di wilayah Labuan Bajo, NTT. “Ini juga bukan secara khusus,kebetulan saja saat menunggu penerbangan ke Kupang jadwalnya sore hari, jadi paginya coba ke tempat komodo tersebut,” kata Rahmat.
Nah, lagi-lagi kebetulan, kawan Rahmat, Dwi Munthaha dipertemukan dengan kawannya semasa kuliah dulu di Malang yaitu Uwais Alkarni. Mereka sudah terpisah selama 19 tahun. “Awalnya terhubung lewat medsos, akhirnya bisa bertemu secara langsung di dunia nyata,” tambah Rahmat.
Kebetulan lagi, Uwais Alkarni memiliki kapal khusus yang selalu mengantarkan wisatawan ke tempat habitat komodo tersebut. “Kali ini spesial karena hanya kita berdua yang diantarkan ke Pulau Rinca,” ujar Rahmat.
“Jarak tempuh dari Labuan Bajo ke Pulau Rinca sekitar satu setengah jam, andaikan mau ke sana aturannya kisaran Rp1.500.000/paket untuk 10 orang,” kata Bang Karni, begitu Uwais biasa dipanggil.
Sesampainya di Pulau Rinca, kita disediakan para pemandu alam yang akan menjelaskan kehidupan komodo yang terdapat di Pulau Rinca ini, hitung-hitung juga menambah wawasan seputar karakter hidup komodo. “Berdasarkan data survei tahun 2015 jumlah yang ada sekitar 1.500 ekor,” ungkap Hendri, sang pemandu alam di Pulau Rinca.
Salah satu kelebihan komodo, kata Hendri, adalah penciumannya yang tajam, terhadap aroma daging yang menjadi santapannya.”Komodo akan mendekat dengan jarak penciuman sekitar 6 kilometer, buktinya mereka sekarang ini ada di sekitar tempat tinggal petugas, sebab mencium bau aroma daging yang sedang dimasak,” jelasnya lagi, sambl menunjukan kawanan komodo di sekitarnya.
Dari penuturuannya, kita juga jadi tahu kalau komodo akan berpuasa selama satu bulan, jika porsi makannya sudah sesuai dengan berat bobot tubuhnya. “Itu berlaku bagi komodo dewasa, sedang yang kecil tiap hari harus mencari makan,” Hendri, menambahkan.
Dari kunjungan singkat ini, kami jadi tahu juga, kemajuan dari sisi pariwisata Labuan Bajo cukup pesat, sebab didukung oleh akses perjalanan darat, laut dan udara. “Labuan Bajo mulai terkenal sejak komodo masuk dalam daftar ‘tujuh ekajaiban dunia’, makanya sisi pariwisata cukup berkembang di NTT ini,” ucap Uwais Alkarni.
Kini Labuan Bajo yang posisinya di wilayah Nusa Tenggara Timur sedang menggeliat di kenal dunia, hingga para pelancongpun silih berganti mengunjuginya dari berbagai penjuru dunia. Semoga alamnya tetap lestari, habitat penghuninya kian bertambah serta manusianya pun bisa bersahabat dengan alam. “Hingga semuanya bisa hidup secara harmoni,” kata Rahmat. Yuk simak video perjalanan Rahmat Adinata di Pulau Rinca
Video/Teks: Rahmat Adinata, Praktisi Pertanian Organik, Anggota Gerakan Petani Nusantara, Jurnalis Warga untuk Villagerspost.com