Merindukan Hutan Tanpa Api

Tim pencegah kebakaran hutan Greenpeace beraksi memadamkan api di Riau (dok. greenpeace)
Tim pencegah kebakaran hutan Greenpeace beraksi memadamkan api di Riau (dok. greenpeace)
Tim pencegah ebakaran hutan Greenpeace bekerjasama dengan aparat kepolisian (dok. greenpeace)
Tim pencegah kebakaran hutan Greenpeace bekerjasama dengan aparat kepolisian (dok. greenpeace)
Beristirahan usai memadamkan api (dok. greenpeace)
Beristirahat usai memadamkan api (dok. greenpeace)
Warga lokal ikut membantu kerja dim pencegahan kebakaran hutan Greenpeace (dok. greenpeace)
Warga lokal ikut membantu kerja tim pencegahan kebakaran hutan Greenpeace (dok. greenpeace)
Menjalani latihan sebelum terjun ke lapangan (dok. greenpeace)
Menjalani latihan sebelum terjun ke lapangan (dok. greenpeace)

Jakarta, Villagerspost.com – Sebelas tahun sudah Greenpeace Indonesia mengampanyekan pencegahan kebakaran hutan, dan kini semangat itu semakin besar lantaran bencana kebakaran hutan belumlah usai. Malah kebakaran dan bencana asap di penghujung tahun lalu dianggap sebagai “tindakan kriminal lingkungan hidup terbesar pada abad ke-21”.

Menurut Bank Dunia, kebakaran hutan tahun 2015 menimbulkan kerugian ekonomi lebih dari US$16 miliar. Sementara kerugian lingkungan terkait hilangnya keanekaragaman hayati sekitar US$295 juta. Karena itu, sebagai salah satu upaya untuk mencegah kebakaran hebat terjadi kembali, Greenpeace meluncurkan Kampanye Hutan Tanpa Api.

Wujud nyata kampanye tersebut adalah pembentukan Tim Cegah Api. Sebuah tim yang berisi 25 orang relawan dari Sumatera, Kalimantan, dan Jakarta. Kebanyakan anggota adalah korban kebakaran hutan. “Menurut saya, kebakaran hutan itu harus mendapat perhatian penuh pemerintah. Sebab kebakaran hutan menyebabkan anak-anak saya, juga ribuan anak lainnya, baik itu di Kalimantan atau provinsi lain sesak nafas setiap tahunnya. Juga berdampak buruk terhadap satwa yang dilindungi dan hilangnya budaya lokal,” jelas Nilus Kasmi, salah satu relawan Tim Cegah Api, dalam pernyataan tertulis yang diterima Villagerspost.com, Kamis (15/12)

Tim ini terlebih dahulu menjalani latihan-latihan sejak pertengahan 2016. Mereka dilatih secara khusus untuk mendeteksi titik api dan memadamkannya. Bentuk pelatihan lainnya meliputi investigasi potensi kebakaran, edukasi pencegahan kebakaran, pengawasan pengelolaan lahan gambut, hingga pelatihan negosiasi dengan perusahaan dan pemerintah. Deteksi titik panas dilakukan melalui situs Kepo Hutan Greenpeace.

Tim tidak bekerja sendiri, tetapi juga bekerja sama dengan Tim Manggala Agni dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Propinsi (BPBD) seperti BPBD Riau. Pekerjaan tim tidaklah mudah karena kebakaran yang terjadi di lahan gambut sulit terdeteksi. Gambut rentan terbakar karena mengalami proses pengeringan secara sengaja guna membangun perkebunan sawit maupun akasia. Sejauh ini tim telah bekerja memadamkan api di Kabupaten Rokan Hilir, Riau.

Kampanye Hutan Tanpa Api dan Tim Cegah Api Greenpeace akan terus berusaha mendorong perlindungan hutan dan gambut yang lebih kuat, mendorong transparansi data dan informasi kehutanan serta tata kelola hutan yang lebih baik. Harapan kita adalah tidak ada lagi kebakaran, hutan dan gambut terlindungi serta memberi manfaat lebih besar bagi kehidupan.

“Transparansi data adalah salah satu cara untuk mencegah kebakaran hutan terjadi atau meluas. Sebab lewat tranparansi data, kita bisa mengetahui lokasi titik api secara lebih jelas dan siapa yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kebakaran di lokasi tertentu,” tegas Jurukampanye Hutan Greenpeace Indonesia Yuyun Indradi.

Ikuti informasi terkait kebakaran hutan >> di sini <<

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.