Merti Bumi Peresmian Dukuh Ekowisata Pandansari
|




Brebes, Villagerspost.com – Sebuah upacara adat sederhana digelar di Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Minggu (8/5). Upacara adat yang dikenal dengan nama “Merti Bumi” itu sendiri merupakan penanda diresmikannya Dukuh Ekowisata Pandansari, yang merupakan kawasan wisata mangrove yang selama ini sudah cukup dikenal oleh masyarakat setempat.
Merti Bumi sendiri adalah merupakan upacara adat yang sudah sejak dulu menjadi tradisi masyarakat tani. Upacara ini bermakna ungkapan rasa syukur dan permohonan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang biasanya dilaksanakan untuk merayakan keberhasilan panen. Dengan upacara ini, masyarakat desa berharap bisa hidup tentram, aman, dan damai.
Merti Bumi yang digelar di Desa Kaliwlingi kali ini juga bermakna sebagai ungkapan rasa syukur atas peresmian desa ekowisata mangrove park di Dukuh Pandansari. Upacara itu simulai dengan membawa pengantin mangrove mengiringi pengarungan sesajian di kawasan pulau pasir yang kemudian diikuti oleh acara peresmian yaitu dengan melepaskan beberapa ekor burung merpati.
Makna penglepasan burung merpati ini sendiri adalah agar warga sekitar, tidak pernah ingkar janji untuk terus menjaga dan merawat kelestarian kawasan mangrove tersebu, laiknya merpati yang tak pernah ingkar janji.
Kawasan Pandansari sendiri, tadinya adalah kawasan pantai yang dulunya rusak terkena abrasi yang menghancurkan ratusan tambak milik warga. Namun berkat kerja keras warga yang diinisasi oleh tokoh masyarakat setempat Mashadi, kawasan itu perlahan diperbaiki dan ditata ulang dengan menanami mangrove untuk mengembalikan fungsi kawasan pantai sebagai tempat alami pembiakan ikan di laut. Mangrove juga berfungsi untuk menjaga kawasan pantai dari ancaman abrasi.
Pria kelahiran Brebes, 1 April 1971 ini kemudian diganjar penghargaan Kalpataru untuk kategori Pengabdi Lingkungan. Mashadi berjibaku menguras keringat menyelamatkan ekosistem pantai utara Brebes sejak tahun 2005 silam.
Dia berjuang bersama masyarakat sekitar untuk merehabilitasi hutan mangrove. Mashadi dan kelompoknya berhasil menanam ulang mangrove sebanyak 2.260.000 batang. Selain itu dia juga aktif memberdayakan masyarakat dan melakukan penguatan kelompok. Dia juga melakukan kampanye dan pendidikan penyadaran lingkungan bagi pelajar tentang pentingnya perlindungan kawasan mangrove.
Kini Pandansari bukan lagi kawasan pantai rusak yang tak menarik dipandang mata. Pandansari telah berubah menjadi kawasan wisata yang banyak diminati wisatawan dari berbagai daerah. Setidaknya ada dua objek atau tempat yang potensial dari Ekowisata Pandasari ini, yakni Pulau Pasir dan Hutan Mangrove.
Pulau Pasir merupakan tanah timbul berupa pasir laut dan berjarak sekitar 1,5 kilometer dari bibir pantai. Pulau ini terhampar di tengah-tengah antara tambak warga Pandansari dan Laut Jawa dengan luas hamparan sekitar 10 hektare.
Para wisatawan bisa menjangkau pulau tersebut dengan menggunakan perahu menyusuri kawasan mangrove yang tumbuh di area bekas bedeng tambak yang sudah menyatu dengan air laut. Perjalanan menuju pulau tersebut juga lumayan singkat, hanya memakan waktu 30 menit. Di pulau tersebut wisatawan juga bisa menikmati hamparan mangrove dan birunya laut jawa yang mempesona.
Selain Pulau Pasir, Ekowisata Pandansari juga menawarkan wisata menyusuri kawasan hutan mangrove dengan luas 30 hektare. Kawasan hutan Mangrove ini selain untuk menahan abrasi juga difungsikan sebagai tempat biota laut seperti kepiting, kerang darah ataupun ikan. (Foto-foto: Muhammad Bangkit)
Ikuti informasi terkait kawasan mangrove >> di sini <<
Laporan: Bangkit Syailendra, anggota Gerakan Petani Nusantara, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah