Pakan Ternak Organik, Kembalikan Kejayaan Sumba Sebagai Lumbung Ternak

Sumba Timur, Villagerspost.com – Dunia luar sudah mengetahui Pulau Sumba indentik dengan gudangnya ternak, sebab selain ada padang penggembalaan yang sangat luas untuk kawanan ternak, juga posisi ternak tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan keseharian masyarakat Sumba. Ternak memiliki posisi tawar yang sangat penting bagi warga Sumba, selain diperlukan untuk acara adat pra pernikahan (Belis), juga diperlukan untuk acara-acara adat yang lainnya.

Sayangnya, seiring dengan berjalannya waktu sebutan Sumba, sebagai gudang ternak terasa tinggal kenangan. Sebab walau padang gembala masih luas, jumlah ternak semakin menyusut. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya masalah ini. Salah satunya adalah pengetahuan peternak soal pakan ternak. Khususnya pakan organik yang bahan bakunya murah meriah, tersedia di alam dan lebih bergizi bagi ternak.

Karena itu, beberapa hari belakangan, Yayasan Martabat Rayat Merdeka (MARADA) yang dinakhodai oleh Pilipus Mbewa Yanggu, yang akrab disapa Ipu Yanggu, mengadakan pelatihan praktik pembuatan pakan ternak organik di empat Desa meliputi Desa Kondamara, Matawai Pawali, Rakawatu dan Bidihunga, Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur. Kegiatan ini didukung oleh MCA Indonesia bekerja sama dengan konsorsium Subur Makmur DAS Kadahang (SMDK) Pulau sumba.

Narasumber untuk pelatihan ini adalah para petani sendiri yang sudah berpengalaman memproduksi pakan ternak organik dari Gerakan Petani Nusantara (GPN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. “Tujuan praktik ini bagaimana petani cerdas dalam memanfaatkan bahan-bahan yang ada sebagai pakan untuk ternaknya. Selain itu menyadarkan mereka agar mampu menjaga lingkungan dengan tidak merusak ekosistem yang ada,” kata Ipu Yanggu,  kepada Villagerspost.com, Selasa (11/4) lalu.

Lebih lanjut Ipu Yanggu mengatakan, dengan adanya para petani dibekali ilmu pembuatan pakan untuk semua jenis ternak, diharapkan kedepannya ternak bisa dikandangkan, serta petani bisa memiliki kebun pakan sendiri. “Sebetulnya hal itu tidaklah sulit, alasannya para petani rata-rata memiliki lahan untuk penyediaan bahan pakan, seperti Rumput Raja (King Grass) serta bisa memanfaatkan limbah pertanian yang selama ini dianggap sampah, seperti jerami padi, batang pohon jagung, keong mas dan yang lainnya, inikan jika diolah bisa sangat beguna bagi ternak,” tegasnya.

“Kemudian bila ternak dikandangkan, petani punya kebun pakan sendiri, secara otomatis gesekan-gesekan kecil akan berkurang, sebab selama ini ternak sering mengganggu lahan petani akibat dilepas,” tambah Ipu Yanggu.

Dalam kegiatan hari terahir di desa Matawai Pawali, petani belajar pembuatan pakan ternak organik untuk semua jenis ternak dari King Grass. Selama ini King Grass tidak pernah disentuh, hanya tumbuh begitu saja di bukit-bukit atau sekitar pinggiran kali daerah Matawai Pawali.

Kini petani sudah mampu cara mengolahnya, hingga menjadi pakan ternak yang berkualitas. “Bisa bapak saksikan sendiri sekarang dengan adanya pelatihan cara buat pakan, utamanya dari king grass petani berebut ingin tanam, sebab sudah tahu kegunaannya. Semoga bukan king grass di kebun tapi kebun king grass,” ungkap Umbu Pendi, tokoh masyarakat Matawai Pawali sekaligus peserta pelatihan.

Video/Laporan: Rahmat Adinata, Petani Organik, Anggota Gerakan Petani Nusantara

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.