Rayakan Paskah dengan Kampanye Perikanan Berkelanjutan Ala Nelayan Bunaken

Warga kecamatan Tatapaan antusias mengikuti perayaan Paskah sekaligus kampanye perikanan berkelanjutan (dok. villagerspost.com/eko handoyo)

Bunaken, Villagerspost.com – Nelayan di Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan, punya cara unik dan menggugah kesadaran menjaga lingkungan dalam merayakan Hari Paskah. Dalam perayaan Paskah yang digelar selama empat hari, sejak tanggal 19-22 April 2017, para warga bukan saja menggelar acara keagamaan, tetapi juga kampanye penyadaran untuk mempraktikkan perikanan berkelanjutan.

Ketua Kelompok Nelayan Cahaya Tatapaan Sem Sambur mengatakan, sudah seyogyanya kegiatan pengenalan lingkungan dimulaikan dan sering disampaikan dalam berbagai even ibadah. “Mengingat kami saat ini sedang mengembangkan pengelolaan perikanan berkelanjutan dalam zona tradisional di Taman Nasional Bunaken,” ujarnya kepada Villagerspost.com, Senin (24/4).

Sebagai lokasi yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat kelompok nelayan, melalui even-even seperti ini, kata Sem, sosialisasi perikanan berkelanjutan, sehingga dapat langsung menyentuh. “Kami berharap tindakan nyata pemerintah ada, sehingga dapat menarik kohesi sosial pada masyarakat nelayan lainnya untuk melakukan tindakan nyata seperti kelompok Cahaya Tatapaan dan konsorsium lakukan di Popareng,” ujarnya.

Kegiatan lomba membuat kue cucur ikut meramaikan perayaan Paskah di Bunaken (dok. villagerspost.com/eko handoyo)

Perayaan Hari Paskah yang mengambil tema: “Kebangkitan Yesus Kristus adalah Kemenangan Bagi Orang Yang Percaya” itu, diikuti Jemaat GIMIM Se Wilayah Tatapaan Indah yang berjumlah 8 jemaat yakni Jemaat Lelema, Jemaat Papontolen, Jemaat Sulu, Jemaat Paslaten, Jemaat Wawona, Jemaat Popareng, Jemaat Wawontulap, dan Jemaat Pungkol. Pelaksanaan kegiatan tersebut bertempat di lapangan Desa Paslaten dengan tuan rumah Gereja GMIM Getsemani Paslaten, Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan.

Penatua Ishak Lamia, SP, selaku Wakil Ketua Acara menyampaikan rasa syukur yang mendalam atas terlaksananya acara ini. “Secara nasional pelaksanaan kegiatan Perayaan Paskah dipusatkan di Kota Manado dan Kabupaten Minahasa akan tetapi untuk GMIM Se Wilayah Tatapaan Indah Minahasa Selatan kami dapat menggerlar sebagai dukungan Paskah tersebut,” ujarnya.

Peserta memamerkan kue cucur hasil olahannya (dok. villagerspost.com/eko handoyo)

Menurut Ishak yang juga berkerja sebagai staf di Kecamatan Tatapaan, Gereja GMIM Getsemani Paslaten sendiri memiliki tema “Tuhan Mengangkat Kita Dari Samudera Raya”. Kalimat itu dikutip dari Mazmur 71:20b. Ini, kata dia, sangat relevan dengan kegiatan pengelolaan perikanan berkelanjutan. “Jika kita lihat bahwa dukungan ekologi dari ruang religi terhadap lingkungan hidup dan alam sangat tinggi, disinilah letak keseimbangan, seimbang terhadap ibadah kepada Tuhan, kepada sesama manusia, dan kepada alam,” tegasnya.

Dalam aktivitas Perayaan Paskah tahun 2017 tersebut dilakukan beberapa kegiatan untuk mendukung konsep pengelolaan lingkungan hidup seperti kegiatan Lomba Tenda Paskah yang mengangkat profil jemaat dan berkonsep ekologi lingkungan serta hasil bumi, Lomba tarik tambang sebagai bagian startegi, kerjasama dan kekompakan tim, dan Lomba Cerdas Cermat Al kitab untuk mengasah kemampuan adik-adik sekolah minggu dalam memahami Al kitab dan lingkungan hidup. Kemudian ada lomba idol bagi pelayan khusus yang juga membawakan lagu Piara Ambe Jaga–Agar Ikan Tetap Ada.

Berikutnya ada lomba membuat kue cucur sebagai makanan tradisional nusantara. Dengan lomba membuat kue cucur ini diharapkan dapat menduniakan warisan leluhur dan budaya sebagai bagian destinasi wisata dan pengelolaan lingkungan hidup. Pada saat akhir kegiatan ditetapkan kelompok juara umum yang diganjar sebuah piala bergilir “Piara Ambe Jaga–Agar Ikan Tetap Ada” yang bakal diperebutkan setiap 2 tahun sekali.

Penyerahan hadiah kepada para pemenang lomba (dok. villagerspost.com/eko handoyo)

Terkait kegiatan ini, Sem Sambur mengatakan, selama ini selalu ada ajakan dan imbauan untuk memelihara alam, mengelola alam, meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan masyarakat nelayan kecil melalui pengelolaan lingkungan pesisir dengan baik. “Akan tetapi yang kami lakukan adalah berdasarkan kebutuhan dan langsung dari akar rumput,” ujarnya.

Dalam pelaksanaannya, Sem mengakui, Pemerintah Pusat melalui Balai Taman Nasional Bunaken (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) dan Rare Indonesia telah mendampingi. “Akan tetapi, Pemerintah Daerah seperti masih memandang aktivitas kami sebelah mata. Untuk itu dalam Perayaan Paskah di Tahun 2017 sebagai komitmen kami terhadap pengelolaan perikanan disinergikan dan disosialisasikan implementasinya,” ujarnya.

Aktivitas yang dilakukan kelompok Cahaya Tatapaan, kata Sem, adalah memberikan kesadaran kepada segenap warga dan mengajak warga agar menjaga dan melestarikan lingkungan pesisir, tidak menggunakan alat tangkap yang merusak (destruktif), melakukan pengelolaan perikanan dengan menyisihkan sebagian sebagai area tabungan ikan dengan cara mengukur dan menimbang ikan hasil tangkapan untuk monitoring. “Jika ada dukungan menyeluruh ini bisa menjadi suatu destinasi wisata yang luar biasa seperti Bali. Tetapi terkadang sayang aktivitas hanya dianggap remeh saja,” keluhnya.

Laporan/Foto: Eko Handoyo, Manajer Kampanye Pride Bogor 6 di Balai Taman Nasional Bunaken

Video: Yano Lengkong, Nelayan, Sekretaris Kelompok Nelayan Tuama Bahari

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.