Sekolah Lapang Petani Organik di Mauliru

Sumba Timur, Villagerspost.com“Petaniii…!” “Joosss…!” Teriakan penuh semangat itu menggema dari mulut para petani organik yang tergabung dalam kelompok tani Mauliru Organik, di Kelurahan Mauliru, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Teriakan yang menjadi yel-yel pembuka Sekolah Lapang Pertanian Organik itu, merupakan penyemangat agar para peserta mau mempraktikkan langsung ilmu yang mereka dapat.

Istilah “JOS” sendiri merupakan singkatan dari “Jangan Omong Saja” yang menggambarkan semangat para petani untuk tidak bertele-tele dalam soal teori, tetapi berani mempraktikkan ilmu pertanian organik yang sudah didapat. “Sekarang ini terlalu banyak konseptor namun yang kita butuhkan padahal para aplikator,” kata salah seorang peserta Sekolah Lapang Pertanian Organik di Mauliru itu.

Sekolah Lapang Pertanian Organik sendiri merupakan sarana belajar orang dewasa bagi para petani, dengan menekankan pada praktik langsung di lapangan (lahan kebun ataupun sawah)sehingga apapun kendalanya akan mampu diselesaikan oleh petani itu sendiri,sebab bersentuhan langsung dengan persoalan yang dihadapi.

Materi awal untuk Sekolah Lapang Pertanian Organik, para petani belajar tentang ekosistem. Para petani diajak untuk memahami bahwa mahluk yang satu dengan yang lainnya sangat berkaitan erat saling ketergantungan, sehingga memusnahkan salah satunya, sama artinya dengan merusak keseluruhannya. Disamping itu, ada proses belajar penyadaran dan kesadaran tentang bahayanya penggunaan kimia sintetis untuk lingkungan.

Dalam sekolah lapang kali ini, para petani, belajar untuk membudidayakan tanaman pangan tradisional khas Nusa Tenggara Timur, khususnya Sumba, yang hampir punah yaitu, sorgum dan beberpa jenis tanaman lainnya. Dalam kesempatan itu, petani diajarkan memanfaatkan, lahan-lahan kering yang dekat dengan bantaran sungai Mauliru, untuk dijadikan demplot revitasisasi tanaman tradisional, semisal sorgum, uhu kanu, kamanggih dan yang lainnya.

“Semua lahan yang ada di dekat sungai Mauliru hanya ditanami jagung saja pada musim hujan, sedangkan musim kemarau tidak pernah ada yang garap,” kata Marthen W. Lalu Panda, Ketua kelompok Tani “Mauliru Organik”. Karenanya, lewat sekolah lapang ini, petani Mauliru belajar untuk tetap mendayagunakan lahan pada musim kemarau secara optimal dengan metode bertani selaras alam.

Laporan/Video: Rahmat Adinata, Praktisi Pertanian Organik, Jurnalis Warga untuk Villagerspost.com

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.