Terpana Keindahan Maratua
|
Maratua, Villagerspost.com – Hujan yang lumayan deras, menyambut kami di laut lepas, beberapa mil menjelang boat kecil berpenumpang 15-an orang memasuki kawasan dermaga di Pulau Maratua, Kecamatan Maratua, Kalimantan Timur. Air laut yang sedikit bergolak membuat boat terguncang-guncang lumayan keras. Beruntung, Pak Darpin, motoris yang membawa kami, cukup lihai mengendalikan speedboatnya.

Hujan dan awan mendung memang sudah mengintai kami semenjak kami memulai perjalanan dari dermaga khusus speedboat, di Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau, Jumat (9/1), menuju Maratua. Memasuki kawasan kampung Batumbuk yang berada di kawasan muara sungai Segah, hujan mulai turun rintik-rintik. Lepas dari Batumbuk, angin mulai bertiup sedikit kencang dana air laut sedikit bergejolak membuat perjalanan selama 3 jam tersebut, sedikit menantang.
Namun, perjalanan yang cukup melelahkan tersebut terbayar begitu kami memasuki kawasan pulau Maratua. Birunya air laut dengan kekayaan fauna laut seperti pari manta dan penyu, mengundang kami untuk segera terjun ke laut. Usai mengemas barang-barang, kami segera kembali ke speedboat yang lebih kecil lagi, berkapasitas 5 orang yang kami sewa.

Tujuannya, mendokumentasikan pari manta yang saban sore sering menyambangi, kawasan gugusan karang di sekitar pulau Sangalaki, beberapa mil arah Tenggara dari Pulau Maratua. Beruntung, meski cuaca belum terlalu bersahabat, kami berhasil mendokumentasikan beberapa kelompok pari manta yang berkeliaran mencari makan di sekitar kawasan tersebut.
Usai dari Sangalaki, kami segera bergerak menuju pulau Kakaban, ke arah timur laut dari Sangalaki. Kakaban adalah pulau yang menarik, karena sore itu di sekitar dermaga, terdapat beberapa ekor penyu sisik yang tengah mencari makan. Sayangnya saat kami mulai turun ke laut untuk mendokumentasikan, para penyu tersebut keburu menyadari kehadiran kami, sehingga mereka berlarian pergi menjauh.

Meski sedikit kecewa, rasa tersebut sedikit terbayar ketika kami menyambangi kawasan dalam pulau Kakaban yang menyimpan keindahan berupa danau air payau yang dihuni kawasan ubur-ubur yang tak menyengat. Badan yang masih basah terkena air laut, kami basahi lagi untuk mendokumentasikan kawanan ubur-ubur yang cukup jinak dan bahkan, kami tanpa ragu dapat memegangnya.
Selesai pendokumentasian, matahari sudah tenggelam dan kami harus kembali ke Maratua. Paginya, barulah kami menikmati keindahan pulau seluas 384 kilometer persegi itu. Di dermaga Desa Payung-Payung, kami akhirnya berhasil mendokumentasikan penyu hijau dan sisik yang tengah asyik menyantap rumput laut yang mengambang di permukaan air laut yang tenang, di pasang air di pagi hari.

Sayangnya waktu kami tak panjang. Pukul 9 pagi, kami sudah harus kembali ke dermaga Maratua dan kembali ke Tanjung Redeb. Perjalanan pulang juga masih diwarnai turunnya hujan, namun air laut di pagi itu cukup tenang sehingga kami tak terlalu terguncang-guncang di atas speedboat yang kali ini bisa melaju sedikit tenang.
Ingin menikmati keindahan Maratua? Transportasinya memang tak mudah. Dari Tanjung Redeb, para wisatawan bisa menumpang speedboat dari dermaga dekat Taman Sanggam, dengan tarif Rp250 ribu per orang sekali jalan. Namun untuk bisa berwisata ke pulau-pulau lain di kawasan tersebut, harus merogoh kocek lagi hingga sebesar Rp2 juta.

Meski begitu, harga yang lumayan mahal akan terbayar dengan suasana wilayah kepulauan yang indah dan kekayaan bawah laut yang luar biasa. Untuk yang hobi menyelam, kawasan kepulauan Maratua yang kerap disebut sebagai Maldives-nya Indonesia ini, memiliki kekayaan terumbu karang yang kerap disambangi kawasan ikan pari manta serta penyu sisik dan penyu hijau, serta ikan-ikan karang seperti lion fish yang indah.
Semua keindahan bawah laut itu bahkan bisa dinikmati sambil snorkeling, bagi mereka yang tak punya licence menyelam. Sayangnya, di kawasan pulau-pulau tersebut, kesadaran wisatawan dan juga warga lokal dalam memelihara kebersihan masih harus ditingkatkan lagi. Di beberapa titik pantai masih banyak sampah plastik bertebaran yang tak cuma mengganggu keindahan, tetapi juga bisa membahayakan biota laut.
Teks/Foto: Villagerspost.com/M. Agung Riyadi