Tomat Organik Sang “Binaragawan”

Bandung, Villagerspost.com – Namanya Bram Sutardi, penampilannya gagah bak seorang binaragawan dengan tubuh kekar berotot dan kumis yang lebat melintang. Namun Bram bukanlah seorang atlet binaraga, dia adalah seorang petani tomat asal Desa Sukamanah, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Meski dia terlihat gahar, namun Bram adalah petani yang cukup telaten dalam memelihara tanaman tomatnya. Alhasil, panen yang diraih Bram, cukup berlimpah dan tomat yang dihasilkan juga “kekar” dan besar-besar laiknya tubuh Bram.

“Alhamdulilah dari sisi produksi lumayan walau baru pertama kali ini dipanen. Yang ditanam tidak begitu banyak hanya 8.000 pohon, untuk panen pertama ini baru dapat 800 kg,” kata Bram, saat ditemui Villagerspost.com, Senin (25/9).

Ketelatenan dalam pemeliharaan tanaman merupakan kunci hingga mencapai puncak pada tahap panen. Dua hal itu menjadi pegangan Bram selama menggeluti profesi sebgaai petani sayuran. “Setiap pagi harus menempuh jarak dari rumah ke kebun sekitar 12 kilometer, apalagi memelihara tomat bagaikan merawat bayi, butuh perhatian khusus,” tambahnya.

Biaya produksi untuk budidaya tomat saat ini berada kisaran Rp4.000/pohon, jika menerapkan pola tanam biasa dengan menggunakan kimia sintetis. Namun Bram Sutardi menyiasati tingginya biaya produksi dengan menerapkan pola budidaya tomat secra organik. Tak hanya itu, dia juga memanfaatkan intervensi agroekologis, sehingga biaya produksi bertaninya bisa ditekan sekitar 25%-35%.

“Kalau lihat pertumbuhan tanaman semoga keluar produksi sekitar 3 kg/pohon. Beruntung tanamnya musim kemarau jadi serangan bakteri tidak terlalu merajalela, hingga mudah diatasi. Sedangkan harga jual dari petani sekarang Rp3.500/kg,” ujar penyuka olahraga binaraga tersebut.

Andaikan budidaya tomat ini panen hingga tuntas akan memperoleh hasil produksi 3 kilogram per pohon, dikalikan 8000 pohon, maka akan menghasilkan panen sebanyak 24.000 kg. Jika harga tomat di tingkat petani ada di harga Rp3.500/kg, Bram bisa menghasilkan uang sebesar Rp84 juta. “Ini masih penghasilan kotor belum dikurangi biaya produksi,” ujarnya.

Laporan/Video: Rahmat Adinata, Praktisi Pertanian Organik, Anggota Gerakan Petani Nusantara, Jurnalis Warga untuk Villagerspost.com

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.