Ajang Pemilihan Duta Petani Muda 2018 Resmi Dibuka

peluncuran Program Kampanye dan kompetisi Duta Petani Muda 2018 dengan diskusi publik bertema “Pertanian dan Pangan di Mata Anak Muda Perkotaan”, di Jakarta, Kamis (24/5) (dok. villagerspost.com/m. agung riyadi)

Jakarta, Villagerspost.com – Ajang Pemilihan Duta Petani Muda 2018 resmi diluncurkan. Ajang yang dihelat atas kerjasama beberapa lembaga yaitu dalam jaringan AgriProFocus Indonesia yaitu Oxfam di Indonesia, KRKP, Kuncup Padang Ilalang (KAIL), dan workout.id ini, bakal menjaring anak-anak muda yang memiliki usaha dan berbagai inovasi baru untuk dipilih sebagai Duta Petani Muda sebagai upaya menginspirasi orang muda untuk berani terjun ke bidang tani.

Program dua tahunan ini telah dilakukan sejak 2014 dan tahun 2018 ini adalah penyelenggaraan ketiga kalinya. “Pemilihan Duta Petani Muda adalah upaya untuk menginspirasi orang muda untuk berani terjun ke bidang tani dengan menempatkan kaum muda petani yang sukses dan inovatif sebagai model bagi yang lain,” Maula Paramitha, Country Network Facilitator AgriProFocus Indonesia, di acara peluncuran kompetisi Duta Petani Muda 2018, di Jakarta, Kamis (24/5)

Program ini, menurut Mitha, ingin memperkuat para petani muda yang sudah ada agar tidak keluar dari sektor pertanian. “Juga sekaligus membuka jejaring dan kesempatan untuk terus mengembangkan bisnisnya,” tambahnya .

Dalam ajang DPM ini akan dihasilkan sepuluh finalis. Tim juri akan memilih sembilan peserta. Dan satu peserta dipilih melalui jumlah ‘like’ terbanyak pilihan publik melalui akun Duta Petani Muda 2018 melalui saluran youtube.

Menginspirasi kaum muda untuk terjun di bidang pertanian ini memang sangat penting. Pasalnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015, Indonesia memang memiliki jumlah penduduk berusia muda yang cukup berlimpah. Penduduk berusia 15-24 tahun terdata mencapai 42 juta jiwa atau setara 16,5 persen total penduduk Indonesia.

Jumlah penduduk muda ini diperkirakan terus bertambah hingga 2030 dengan 26 persen tinggal di perkotaan dan 23 persen di pedesaan. “Jumlah kaum muda yang penting ini potensial untuk menjadi pendorong produk pangan,” terang Mitha.

Upaya mendorong kaum muda memproduksi pangan ini menjadi sangat penting karena fakta yang terjadi pada populasi petani di pedesaan terus menurun. Regenerasi petani muda di desa pun sangat lambat karena faktor urbanisasi anak muda pedesaan yang lebih tertarik mencari kerja di kota.

Jumlah petani yang berkurang direkam dalam Sensus Pertanian (SP) 2013. Sekitar lima juta rumah tangga pedesaan berhenti bertani (SP, 2013). Populasi petani yang ada sebagian besar yaitu 60 persen berusia 45 tahun dengan mayoritas sebesar 73 persen berpendidikan sekolah dasar.

Maria Lauranti, koordinator program Oxfam di Indonesia mengatakan pertanian menjadi kunci ketahanan pangan di Indonesia. Karena itu, kata dia, sangat penting untuk mendorong terjadinya regenerasi petani dengan dukungan dari banyak pihak termasuk kaum muda di perkotaan sebagai upaya menyumbang ketersediaan pangan bagi lingkungan sekitar meski disayangkan pendapatan di sektor pertanian termasuk yang terendah.

“Di antara 40 juta angkatan kerja Indonesia yang bekerja di sektor di pertanian, hanya sedikit anak muda yang bekerja di sektor pertanian karena menilai potensi ekonomi yang kurang menjanjikan di masa depan,” kata Maria.

Salah satu upaya regenerasi petani dapat juga terjadi dengan keterlibatan kaum muda kota dalam kegiatan bertani. Kaum muda yang menjadi petani pun mulai tumbuh saat ini. Dalam kajian Koalisi Rayat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) ditunjukkan, kaum muda kota sebesar 89,5 persen dengan responden campuran laki-laki dan perempuan memandang pertanian sangat penting untuk kelanjutan produksi pangan dan menghindari kelaparan (KRKP, 2018).

Namun, pandangan ini tak didukung kondisi ideal agar anak muda dapat aktif terlibat dalam produksi pangan. Dalam kajian ini, kaum muda kota sebesar 51 persen melihat kebijakan pemerintah saat ini belum memprioritaskan sektor pertanian. Tampak dalam kajian terdapat keinginan kaum muda kota terlibat dalam produksi pangan di pedesaan.

“Perhatian kaum muda kota yang tinggi tentu saja bisa dijadikan modal penting aktifitas pertanian ke depan sehingga upaya kedaulatan pangan dapat terwujud. Karena itu, kami perlu mendorong sinergi antara kaum muda kota dan desa menjadi produsen pangan. Semoga ini dapat mendorong peningkatan pendapatan petani. Dengan demikian wajah pertanian bisa menjadi lebih menarik bagi kaum muda di desa dan kota,” kata Said Abdullah, Koordinator Nasional KRKP.

Temuan lain dalam kajian KRKP, kaum muda kota juga menganggap penting hak atas pangan yang sehat harus dipenuhi dan perlu peningkatan ketersediaannya. “Hasil kajian KRKP menunjukkan sekitar 63 persen pemuda di perkotaan menganggap penting pangan yang sehat dan melihat bahwa pangan lokal lebih bergizi dan sehat. Temuan ini tentu saja menjadi peluang bagi kaum muda petani pedesaan untuk memenuhi permintaan konsumen di perkotaan sehingga mendapatkan nilai tambah dan peningkatan penghasilan,” kata Said.

Hal ini penting karena masih mahalnya harga pangan organik yang masuk kategori pangan dengan harga premium sehingga tak mampu diserap pasar yang lebih luas. Inovasi wirausahawan muda sebagai pelaku rantai nilai pertanian dapat memungkinkan pengembangan produk-produk pertanian yang lebih terjangkau di kota dan di desa.

“Perlu adanya gebrakan yang diharapkan bisa mendorong pembentukan ekosistem usaha pertanian bagi anak muda karena mereka dapat berperan sebagai salah satu sumber pangan bagi lingkungan sekitarnya,” ujar Muhammad Maulana dari workout.id.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.