Amran Sulaiman: Indonesia Berhasil Wujudkan Swasembada Beras dan Jagung
|
Jakarta, Villagerspost.com – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, Indonesia telah berhasil mewujudkan swasembada beras dan jagung. Amran merujuk pada definisi swasembada menurut Badan Pangan PBB (FAO) yang memaparkan swasembada adlah kondisi dimana suatu negara mampu memenuhi 90 persen kebutuhan pangannya. “Kita sudah mampu mewujudkan definisi itu. Secara fakta empiris, pangan kita aman,” kata Amran dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Senin (21/1).
Bukti terwujudnya swasembada, kata Amran, adalah tidak adanya impor untuk komoditas beras selama tahun 2016. Beras impor di tahun 2016, kata Amran, merupakan sisa dari impor pada tahun 2015 dimana saat itu memang jumlah cukup besar karena ada fenomena el nino terbesar sepanjang sejarah.
Untuk tahun 2017, kata Amran, pemerintah pun tidak pernah melakukan impor beras jenis medium. Sementara, impor yang dilakukan pada 2018 sebanyak 1,7 juta ton hanya sebagai stok untuk 1 Januari 2019 yang berjumlah 2,3 juta ton. Artinya, kata Amran, ada beras impor 1,7 juta ton, tetapi beras impor itu masih berada di dalam gudang.
Dengan kata lain, Indonesia tidak mengomsumsi beras impor sejak 2016 hingga 17 Januari 2019. “Jadi kalau ditanya apa sih tujuan impor? ya kami jawab itu untuk menambah stok dan pasokan yang pada gilirannya akan menekan harga,” kata Amran.
Untuk swasembada jagung, Amran menjelaskan, impor jagung pada 2014 mencapai 3,5 juta ton atau setara dengan Rp10 triliun. Namun, pemerintah sudah berhasil membalikkan keadaan dengan mengekspor 380 ribu ton pada 2017 dan 2018.
“Di saat yang sama kita impor 130 ribu ton karena ulah beberapa perusahaan yang mengakibatkan peternak kecil berteriak. Di situlah kita putuskan impor untuk menyelamatkan 2,5 juta peternak,” katanya.
Terkait impor jagung ini, sebelumnya Kementerian Pertanian menegaskan, keputusan pemerintah untuk membuka impor jagung tambahan sebesar 30 ribu ton disebabkan oleh masih tingginya harga jagung pakan di tingkat peternak.
“Ini untuk mengantisipasi karena harganya masih tinggi. Kami mengatakan kurang atau lebih karena supply terhadap demand. Demand sudah tentu ada, tapi yang menjadi pertimbangan adalah di harga,” kata Direktur Pakan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Sri Widayati.
Kementan mendapat laporan, harga jagung di tingkat petani masih berkisar Rp5.800 per kilogram. Sri mengaku belum bisa memastikan apakah harga jagung akan segera turun, namun diperkirakan petani daerah Jawa Timur mulai melakukan panen pada minggu ketiga Januari.
Sebelumnya, pada Desember 2018, pemerintah sudah membuka impor jagung sebanyak 100 ribu ton. Kemudian, dalam rapat koordinasi di Kemenko Perekonomian tanggal 2 Januari 2019 pemerintah kembali mengeluarkan izin impor jagung pakan sebanyak 30 ribu ton. Melalui penambahan impor jagung, jumlah keseluruhan impor jagung tercatat mencapai 130 ribu ton.
Sejauh ini, realisasi impor jagung yang sudah masuk ke Indonesia sebesar 73 ribu ton, sisanya sebanyak 30 ribu ton baru akan masuk pada 10 Januari 2019. Sebanyak 73 ribu ton jagung yang sudah masuk. Impor ini terdiri dari 60 ribu ton didistriburikan ke peternak di Teluk Lamong dan sisanya didistribusikan ke Cigading, Banten. “Itu memang untuk sentra peternak layer kan banyaknya ada di Jawa Timur,” kata Sri Widayati.
Editor: M. Agung Riyadi