Ancaman Krisis Pangan Nyata, Pemerintah Diminta Lakukan Inovasi

Petani Dusun Takala, Pinrang, Sulsel, beristirahat usai memanen padi (dok. villagerspost.com/suharjo)

Jakarta, Villagerspost.com – Anggota Komisi IV DPR Hermanto meminta pemerintah melakukan inovasi agar dapat mencegah ancaman krisis yang semakin nyata. Menurutnya, krisis bisa dicegah atau setidaknya bisa dihambat lajunya dengan inovasi, Inovasi di bidang sains dan teknologi. Sebut saja Teknologi terapan Instore Dryer sebagaimana yang ada di kawasan Perbenihan dan Bioindustri Bawang Merah di Jorong Koto, Nagari Sei Nanam, Kecamatan Lembah Gumati, Alahan Panjang, Kabupaten Solok, yang baru diresmikan pada Sabtu (11/11) lalu.

“Ancaman krisis pangan sudah semakin dekat, tanda-tandanya sudah tampak, diantaranya semakin sempitnya lahan akibat alih fungsi lahan, semakin sulitnya mencari lahan baru untuk tanaman pangan dan semakin tidak terkendalinya pertumbuhan penduduk,” ungkap Hermanto melalui siaran persnya, Senin (13/11).

Hermanto mengatakan, inovasi yang dilakukan di Solok tersebut, merupakan salah satu contoh inovasi dalam menghadapi ancaman krisis pangan. “Dengan Instore Dryer, proses pengeringan bisa berlangsung lebih cepat. Semula dibutuhkan waktu dua puluh hari. Kini dengan teknologi tersebut, hanya butuh lima hari saja,” kata Hermanto.

Politisi PKS ini mengatakan, kemajuan pertanian tergantung pada penelitian dan pengembangannya. Litbangnya maju maka pertanian juga maju. Litbang harus didorong agar melakukan riset dan pengembangan sesuai kebutuhan sektor pertanian. “Outputnya harus aplikatif. Berorientasi pada teknologi terapan,” ujarnya.

Kabupaten Solok sendiri, memang dicanangkan sebagai sumber bibit bawang merah untuh Pulau Sumatera. Saat ini ada sekitar tujuh ribu hektare lahan bawang Merah. “Pada Tahun 2019 Menteri Pertanian berharap agar wilayah tersebut memiliki kawasan bawang merah seluas sepuluh ribu hektar,” pungkasnya.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua DPR Setya Novanto memberikan jaminan, DPR akan terus bekerjasama dengan pemerintah untuk menjadikan sektor pertanian sebagai prioritas pembangunan nasional. Hal itu, dikatakan Novanto, saat menghadiri menghadiri Panen Raya di Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Senin (13/11).

“Buktinya dalam APBN 2018, anggaran Kementerian Pertanian kita alokasikan mencapai Rp22,65 triliun, dan 85 persen atau sekitar Rp19,3 triliun digunakan untuk belanja sarana dan prasarana. Seperti pembangunan irigasi, benih, pupuk, asuransi, serta bantuan alat dan mesin pertanian,” ujar Novanto.

Dia menjelaskan, pada tahun 2016, produksi padi nasional mencapai 79,141 juta ton gabah kering giling. Menurutnya, produksi padi nasional ini merupakan terbesar sepanjang sejarah Indonesia merdeka. “Sehingga kita tak lagi mengimpor beras. Ini semua berkat Bapak Ibu para petani, termasuk petani di Desa Noelbaki,” sambung Novanto.

Bagi Novanto, sektor pertanian sangat penting. Selain untuk ketahanan pangan nasional, data menunjukan, sektor pertanian mampu menyerap 35 persen dari total tenaga kerja Indonesia. Di NTT sendiri, sekitar 61 persen tenaga kerja berada di sektor pertanian. “Karena itu saya meyakini, jika ingin mensejahterakan masyarakat Indonesia, harus dimulai dengan mensejahterakan petani,” paparnya.

Novanto juga berharap, dengan anggaran yang besar, kedepannya produksi beras nasional terus meningkat. Sehingga negara tidak harus melakukan impor dan petani lokal seperti di Desa Noelbaki bisa diuntungkan.

“Saya yakin, pertanian kita akan terus maju sehingga bisa menjadi Lumbung Pangan Dunia. Karena itu, saya harap seluruh petani, termasuk di Desa Noelbaki, tetap semangat berproduksi dan memelihara lahan,” jelasnya.

Novanto berpesan agar para petani tidak perlu takut dengan harga gabah. Novanto menjamin DPR dan pemerintahan Presiden Jokowi sangat memperhatikan petani. “Kita pastikan para petani semakin sejahtera, sehingga bangsa Indonesia semakin makmur sentosa,” tegas Novanto. (*)

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.