Aspek-KKSI Dukung B30 dan Program Peremajaan Sawit
|
Medan, Villagerspost.com – Asosiasi Petani Kelapa Kopra (Aspek) Indonesia menyatakan dukungannya terhadap program pemerintah untuk meningkatkan campuran minyak sawit dalam bahan bakar minyak (BBM) bio solar hingga 30 persen atau Program B30. CEO Aspek Abdul Gafur Ritonga mengatakan, program tersebut diharapkan akan mampu mendongkrak harga sawit di tingkat petani yang saat ini tengah jatuh.
“Tentunya harus kita dukung jika itu baik untuk petani sawit kita. Sudah saatnya petani kita berdaulat sehingga kita mampu berdiri sendiri tanpa ketergantungan dengan negara-negara lain,” kata Gafur yang juga menjabat sebagai Dewan Pembina Konsorsium Kelapa Sawit Indonesia (KKSI), kepada Villagerspost.com, Jumat (24/1).
Seperti diketahui, Pertamina Marketing Operation Region (MOR) 1 telah melakukan uji coba implementasi program B30 di Provinsi Sumatera Utara sejak 1 sampai 31 Desember 2019. Sesuai Kepmen ESDM Nomor 227 Tahun 2019, mulai tahun ini, pemerintah akan memberlakukan komposisi Fatty Acid Mathyl Ester (FAME) dalam bio solar sebanyak 30% dari sebelumnya yaitu 20%.
Ketentuan B30 ini, diberlakukan untuk jenis bahan bakar produk Dexlite dan Biosolar. Pada 2019 lalu, realisasinya telah mengalami peningkatan sebesar 5,59 juta kiloliter untuk seluruh sektor. Unit Manager Communication dan CSR MOR 1 Pertamina, Roby Hervindo mengatakan, proyek percontohan uji coba B30 dilaksanakan Fuel Terminal (FT) Medan Group. Fasilitas ini menyuplai B30 kepada 256 SPBU.
Mulai awal Desember sampai sekarang, FT Medan Group telah menyalurkan 47.000 kiloliter bio solar B30. “Uji coba tidak ada kendala. Kita akan terapkan di wilayah MOR 1 lainnya yaitu Provinsi Sumatera Barat, Riau, Aceh dan Kepri di 2020. Targetnya 100 persen,” kata Robby.
Soal harga, Robby menjamin penerapan B30 tidak akan mempengaruhi harga yang berlaku saat ini. Sesuai Perpres Nomor 24 tahun 2016 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit, patokan harga biodiesel tetap mengacu pada indeks pasar minyak solar. B30 merupakan bahan bakar ramah lingkungan karena emisi gas buangnya rendah tanpa mengurangi performa kendaraan.
Selain itu, B30 juga lebih efisien dalam penggunaan bahan baku minyak mentah. FAME sebagai bahan campuran B30 juga memiliki ‘Soap Effect’, yaitu dapat membersihkan saluran pembakaran dengan mengangkat endapan sisa pembakaran kendaraan. “B30 memiliki pembakaran yang relatif bersih dan sangat ramah lingkungan,” ujarnya.
Selain mendukung pelaksanaan B30, Abdul Gafur Ritonga juga menegaskan, pihaknya mendukung upaya peremajaan tanaman sawit yang menjadi program Kementerian Pertanian. “Harapan besar kita ada subsidi bibit sawit juga, yang disiapkan pemerintah melalui kementan dalam menghadapi tahun 2045 Indonesia Maju. Sumber daya alam kita, dan hasil bumi kita cukup mampu untuk menjadikan indonesia sebagai negara maju,asal kita serius,” tegas Gafur.
Hal ini, kata dia, membuat pemerintah harus melihat lebih detail, sektor sawit ini sebagai komoditi yang cukup memiliki prospek dalam memajukan sektor ekonomi Indonesia, melalui peremajaan perkebunan sawit. “Pemerintah harus memperhatikan nasib petani sawit yang saat ini terpuruk karena di lapangan, harga sawit anjlok, karena selalu dimanipulasi para tengkulak-tengkulak nakal,” ungkapnya.
Kemudian lahan sawit yang di kelola langsung oleh masyarakat, kata Gafur, juga butuh diperhatikan jangan sampai menjadi ‘anak tiri’ dalam hal harga buahnya. “Misalnya harga jual, buah sawit masyarakat lebih rendah ketimbang harga jual PTPN, maupun swasta. Sehingga yang kita harapkan tidak terjadi diskriminasi harga kepada petani sawit yang langsung di kelola masyarakat,” harap Gafur.
“Saya yakin bahwa apabila ini dikelola secara baik sudah dapat dipastikan kita mampu bersaing dengan negara Malaysia dan India yang juga saat ini memperdebatkan sawit,” tambahnya.
Gafur juga berharap Indonesia mengembangkan banyak produk turunan dari sawit, bukan hanya CPO atau minyak mentah saja. “Kita punya banyak ilmuwan-ilmuwan dalam negeri yang tidak kalah hebat dari ilmuwan-ilmuwan luar negeri, semisal teman-teman dari UGM, ITB dan IPB dapat kita manfaatkan untuk meneliti lebih lanjut baik itu bersifat peluang, gagasan, pemanfaatan hasil dari sawit ini bisa diolah dengan banyak varian,” pungkasnya.
Editor: M. Agung Riyadi