Baito Deling, Kapal Teknik Laminasi Bambu Pertama di Dunia Karya Ilmuwan Indonesia
|
Jakarta, Villagerspost.com – Dosen Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Heri Supomo berhasil menciptakan kapal pertama di dunia yang dibangun dengan teknik laminasi atau penggabungan bilah bambu. Baito Deling nama kapal itu. Sesuai namanya, Baito Deling berasal dari Bahasa Jawa, ‘baito’ yaitu kapal atau perahu, sedangkan ‘deling’ yaitu bambu.
Baito Deling 001 ini memiliki dimensi panjang 6 meter, lebar 2,2 meter, dan tinggi 0,8 meter, dan mampu berlari hingga 7 unit, dengan daya tampung 2 GT. Baito Deling 001 juga dilengkapi 10 kursi duduk yang cukup nyaman.
“Ini inovasi yang bagus dan kita harus coba pakai. Ini juga sebuah pilihan pada saat hutan kita sudah habis. Kayu tidak ada karena makin mahal dan nelayan kita memerlukan kapal-kapal ukuran seperti ini. Jadi sangat bagus,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menghadiri peluncuran kapal tersebut, di Surabaya, Senin (2/7).
Baito Deling 001 adalah hasil penelitian Heri, yang telah dikembangkan sejak 2012 lalu. Heri melakukan inovasi dengan teknik laminasi atau penggabungan bilah bambu hingga membentuk papan atau balok. Teknik tersebut adalah yang pertama kalinya di dunia.
Heri Supomo mengatakan, kapal bambu tersebut lebih cocok digunakan sebagai kapal wisata. Bahkan menurutnya sudah ada beberapa investor yang menawarkan diri. “Pariwisata yang pertama kali yang memesan kita sudah lakukan studi desain. Ini untuk di Karimun Jawa, ada di Lombok dan Pulau Komodo. Setelah studi didesain nanti akan dibangun,” kata Heri.
Susi sendiri berkesempatan melakukan uji coba kapal tersebut dengan berkeliling di Pantai Kanjeran. Ia pun berharap kapal Baito Deling 001 tersebut tak hanya dijadikan arketipe, tetapi juga diujikan lebih lanjut sehingga dapat diaplikasikan secara luas melalui produksi secara massal.
“Saya berharap ini bisa difinalisasi menjadi sebuah produk. Jadi bukan hanya sekedar prototype trial, tapi dicoba benar supaya bisa diaplikasikan dan diimplementasikan,” ujarnya.
Susi berpendapat, inovasi ini dapat dijadikan solusi atas mahalnya bahan baku kayu yang dibutuhkan nelayan untuk membuat kapal. “Jadi bambu tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk membuat angklung, tapi juga dapat digunakan untuk membuat kapal,” lanjutnya.
Namun ia mengatakan, penggunaan bahan bambu rentan terhadap kelembaban sehingga dibutuhkan perlakuan dan penanganan yang baik dan tepat. Susi menyadari, memang tak semua produk baru mudah diterima masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan sertifikasi untuk menjamin mutunya.
“Selama ini banyak karya anak bangsa terhambat sertifikasi karena sertifikasi sering dimanfaatkan oknum-oknum tidak bertanggung jawab,” ujar Susi.
Oleh karena itu, Susi ingin dilakukan sertifikasi yang benar karena di era globalisasi ini setiap negara membutuhkan sertifikasi untuk melindungi karya anak bangsa. “Negara dengan produksi yang bagus, kualitas dan efisiensi (produk) bagus akan sukses,” tegas Susi.
Pada kesempatan tersebut, Rektor ITS Prof. Joni Hermana mengungkapkan, investor kapal telah mempresentasikan kapal di Inggris dan kapal tersebut telah dinyatakan sebagai kapal pertama di dunia dengan penggunaan bambu seluruhnya. Ia juga mengatakan kesiapan ITS untuk memproduksi kapal ini secara massal sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat.
Editor: M. Agung Riyadi