Berdayakan Masyakarat Pesisir dengan Gotong-royong bukan Utang Bank

Ketua P3UW Lampung Nafian Faiz di acar ulang tahun ke-18 P3UW Lampung (dok. kiara)
Ketua P3UW Lampung Nafian Faiz di acar ulang tahun ke-18 P3UW Lampung (dok. kiara)

Lampung, Villagerspost.com – Para petambak di kampung Bumi Dipasena telah membuktikan, program-program pemberdayaan yang berbasis semangat gotong-royong jauh lebih besar keberhasilannya ketimbang mendorong masyarakat pesisir berutang pada bank. Hal itu terungkap dalam perayaan hari ulang tahun ke-18 Perhimpunan Petambak Pengusaha Udang Wilayah Lampung (P3UW Lampung) di Kampung Bumi Dipasena Agung, Kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung yang dihelat, Minggu (2/10).

Perayaan hari lahir organisasi petambak udang di Lampung ini juga dihadiri oleh Bupati Tulang Bawang Hannan Abdul Rozzak  beserta jajaran pemerintahannya. Dalam kesempatan itu, Ketua P3UW Lampung Nafian Faiz mengatakan, pembudidaya udang Bumi Dipasena telah menunjukkan dengan pola budidaya udang berbasis gotong-royong, kemajuan bersama lebih mudah diraih.

“Bahkan keuntungan yang diperoleh setiap siklus budidaya Udang Vannamei mencapai 3-4 kali lipat. Hal ini disebabkan oleh adanya kesadaran bersama mengenai peluang dan tantangan yang dihadapi mesti diselesaikan secara kolektif, bukan orang per orang,” kata Nafian.

Sebagaimana diketahui, sejak mendeklarasikan pemutusan Kemitraan Inti-Plasma dengan PT Aruna Wijaya Sakti, anak perusahaan PT Central Proteinaprima pada tahun 2011, banyak kemajuan yang digapai oleh 6.500 petambak udang Bumi Dipasena yang tergabung di dalam P3UW Lampung (lihat Tabel 1). Menariknya, kemajuan ini didorong oleh program donasi Rp1.000 per kilogram hasil panen udang yang diterapkan oleh P3UW Lampung dan dikelola secara terbuka.

Tabel 1: Kemajuan Bumi Dipasena Pasca Gotong-royong

tabel kiara
Sumber: Pusat Data dan Informasi KIARA (Oktober 2016), diolah dari Testimoni Petambak Udang Bumi Dipasena di dalam HUT XVIII P3UW Lampung, 2 Oktober 2016

Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Abdul Halim yang turut hadir di dalam perayaan HUT XVIII P3UW Lampung menegaskan, pertambakan udang Bumi Dipasena melalui konsep Ekonomi Pancasila berbasis gotong-royong yang dikembangkan sejak tahun 2011 menuai pengakuan dari masyarakat internasional. Hal ini menunjukkan bahwa Kemitraan Inti-Plasma sudah usang.

“Karena penindasan manusia atas manusia lainnya justru terjadi, seperti yang dialami oleh petambak udang di Wachyuni Mandira dan Bratasena,” kata Halim.

Oleh karena itu, tambah Halim, pemerintah mesti mengubah paradigma pemberdayaan masyarakat pesisir: bukan mendorong masyarakat untuk berutang, melainkan memfasilitasi masyarakat pesisir menjalankan usaha dengan pola bagi hasil melalui koperasi secara gotong-royong. “Salah satu jalannya adalah menempatkan perbankan nasional sebagai mitra usaha/investor, bukan kreditor,” tegasnya. (*)

Ikuti informasi terkait petambak udang Bumi Dipasena >> di sini <<

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.