Berharap Lingga Menjadi Lumbung Pangan Organik

Praktik menyemai bibit sayuran organik (dok. malangkota.go.id)
Praktik menyemai bibit sayuran organik (dok. malangkota.go.id)

Jakarta, Villagerspost.com – Menteri Pertanian Amran Sulaiman berharap Kabupaten Lingga di Provinsi Kabupaten Kepulauan Riau dapat menjadi lumbung pangan organik untuk memenuhi kebutuhan sendiri. “Kita harus optimis Kabupaten Lingga akan menjadi lumbung pangan organik. Lingga tidak boleh lagi mengambil bahan pangan dari daerah lain. Paling tidak Kepri harus dapat penuhi kebutuhannya sendiri. Lebih jauh, kita bisa ekspor ke Malaysia dan Singapura,” kata Amran, dalam keterangan tertulis yang diterima Villagerspost.com, Kamis (8/9).

Sebelumnya, Amran memang sempat melakukan penyemaian padi perdana dalam rangka cetak sawah di Kabupaten Lingga seluas 100 hektare. Dengan adanua pembukaan lahan itu, pemerintah berharap dapat menjadi solusi untuk mencapai kesejahteraan masyarakat melalui produksi, khususnya pangan.

Amran berharap dengan peningkatan produksi, tidak perlu lagi impor bahan pangan. Mentan pun sangat mengapresiasi kinerja pemerintah Kepri khususnya Kabupaten Lingga dalam usahanya memajukan produksi pangan.

Bupati Kabupaten Lingga Alias Wello memaparkan daerah yang dipimpinnya ini memiliki potensi sumber daya alam mineral terkaya di Kepri. Namun perlu perjuangan yang luar biasa besar untuk meyakinkan masyarakat agar sejalan dengan semangatnya.

Gagasan yang diusung selama ini untuk menjadikan Kabupaten  Lingga sebagai kawasan penyangga kebutuhan pangan Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Kepulauan Riau, mendapat apresiasi dari Pemerintah Pusat. “Dulu, waktu saya mulai cetak sawah dan menargetkan Lingga jadi lumbung beras pada tahun 2020, banyak orang yang mencibir. Tapi, Alhamdulillah, ternyata apa yang saya impikan itu, bukanlah hal yang mustahil. Lingga sudah mulai jadi produsen beras, meski masih dalam skala kecil,” ujar Wello.

Kabupaten Lingga memang memiliki ketergantungan beras yang sangat tinggi dari daerah dan negara lain. Oleh karena itu, Bupati Lingga sangat menginkan Kabupaten Lingga berkembang menjadi lumbung pangan organik seperti yang diharapkan Mentan.

Di Kabupaten Lingga, Mentan memberikan bantuan 12 unit traktor roda 4, 5 unit traktor roda 2, 15 unit pompa air dan unit jajar legowo. Selain itu Mentan juga memberikan bantuan benih dan bibit padi untuk lahan seluas 5.000 ha dan 70 kg benih jagung hibrida.

Dalam kesempatan kunjungan ke Provinsi Kepulauan Riau, Mentan Amran Sulaiman juga menginstruksikan Kepulauan Riau dijadikan lumbung pangan organik yang memproduksi beras, sayur, dan buah-buahan organik untuk diekspor sehingga menjadi nilai tambah untuk petani. “Kepri harus menjadi lumbung pangan organik. Kepri adalah pintu gerbang menghadapi negara tetangga dan bagian terdepan kita,” kata Amran.

Dia mengungkapkan, dengan keunggulan komparatif Indonesia, khususnya Kepri, pasti bisa mengalahkan negara tetangga yang juga unggul dalam komoditas pertanian, seperti Thailand, Myanmar, dan Vietnam, melalui ekspor bahan pangan organik hasil pertanian Kepri ke Singapura.

Amran menambahkan, potensi Kepri, salah satunya Kabupaten Lingga sangat luas. Banyak yang masih dapat digali terutama bidang pertanian, dapat membuat Kepri berkembang lebih pesat di masa yang akan datang. Penyumbang tertinggi perekonomian adalah pertanian. Jika puluhan ribu hektare sawah dipelihara dengan baik, tentu akan mampu mengungguli Singapura.

Pemerintah fokus pada Kabupaten Lingga agar setiap wilayah perbatasan diseluruh Indonesia, bisa swasembada pangan. “Untuk Kepri dan wilayah Indonesia umumnya, kita akan mencoba mengembangkan pertanian modern,” ujar Amran.

Menyinggung pertanian modern, maka artinya metode yang digunakan adalah pupuk organik. Hal ini guna mewujudkan  hasil pertanian yang bisa diterima sekaligus menyaingi negara tetangga yang selama ini dominan dalam hasil pertaniannya seperti Vietnam, Filipina dan Myanmar.

Bahan pangan organik merupakan potensi sektor pertanian Indonesia yang sulit disaingi negara lain dan menjadi celah kesejahteraan petani karena harga jualnya yang lebih tinggi hingga 10 kali lipat daripada bahan pangan non-organik. Amran menginginkan agar Kepri membuat pengaturan pertanian modern satu petak mencakup 10 sampai 20 hektare sawah sehingga biaya produksi menjadi lebih efisien.

“Biayanya mungkin bisa lebih mahal Rp1.500-2.000 per kg, tetapi dijual bila perlu beras (organik) Rp100 ribu per kg. Kami ekspor kemarin ke Belgia harganya Rp90 ribu atau sekitar 6 euro. Uang yang berputar bisa dapat Rp6 triliun untuk petani,” ujar Amran.

Adapun negara lainnya yang menjadi tujuan ekspor beras organik, antara lain Amerika Serikat, Jerman, Italia, dan Uni Emirat Arab. Selain itu, Mentan juga menyiapkan anggaran untuk realisasi pembukaan 5.000 ha lahan pertanian di Kabupaten Lingga yang diharapkan menjadi lumbung padi Kepri.

Ikuti informasi terkait pertanian organik >> di sini <<

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.