Bocoran Minyak Pertamina Ancam Perairan Jabar dan Jakarta

Residu tumpahan minyak juga mencemari pantai di sekitar kawasan pemukiman nelayan (dok. kiara)

Jakarta, Villagerspost.com – KIARA dan JATAM mengungkapkan, kasus kebocoran minyak mentah dari anjungan milik Pertamina di anjungan YYA-1 Pertamina Offshore North West Java (ONWJ), bakal mengancam perairan dan daratan pesisir pantai bukan hanya di Jawa Barat melainkan juga di DKI Jakarta. “Dari pemeriksaan cepat yang dilakukan oleh KIARA dan JATAM dilapangan terdapat 10 kecamatan yang langsung terdampak, dan delapan kecamatan dampaknya mulai dari perairan hingga mencapai daratan pesisir,” kata Sekretaris Jenderal KIARA Susan Herawati, di Jakarta, Senin (29/7).

Wilayah tersebut adalah Kecamatan Tempuran, Kecamatan Cilebar, Kecamatan Pedes, Kecamatan Cibuaya, Kecamatan Tirta Jaya, Kecamatan Batu Jaya, Kecamatan Pakis Jaya, Kecamatan dan Muara Gembong. Kemudian dua kecamatan yang dampaknya masih di kawasan perairan, yakni Kecamatan Cilamaya Kulon dan Kecamatan Cilamaya Wetan.

“Diprediksi luasan pencemaran masih akan bertambah karena terdapat sedikitnya 20 kecamatan yang kawasan pesisir dan perairannya tercakup dalam konsesi wilayah kerja blok migas Pertamina ONWJ, bahkan tidak menutup kemungkinan akan meluas sampai ke Kabupaten Indramayu hingga Provinsi DKI Jakarta,” terang Susan.

Hal itu karena Pertamina ONWJ memiliki wilayah operasi yang berada di administrasi empat kabupaten yang berada di dua provinsi, yaitu Kabupaten Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Indramayu (Jawa Barat). Susan mengungkapkan, bencana bocoran minyak ini akan mengancam ribuan keluarga nelayan di sekitar kawasan tersebut.

Dari data BPS Kabupaten Karawang Tahun 2017 diketahui terdapat 1.940 Keluarga Nelayan Tangkap dan 5.738 Nelayan Budidaya di 10 Kecamatan terdampak blow out YYA-1 Pertamina ONWJ. Jumlah tersebut belum ditambah Nelayan Tangkap dan Nelayan Budidaya di Kabupaten Bekasi dan Nelayan disekitar Kepulauan seribu DKI Jakarta.

Sementara itu, Koordinator JATAM Nasional Merah Johansyah mengatakan, dari hasil pemeriksaan oleh KIARA dan JATAM juga terungkap, PT Pertamina Hulu Energi ONWJ adalah anak perusahaan PT Pertamina Persero, yang pada awal pendirian wilayah kerja (WK) dikelola oleh Atlantic Richfield Indonesia (ARCO). Pada tahun 2000 pengoperasiannya beralih pada BP West Java, sejak tahun 2009 hingga saat ini WK dioperasikan oleh Pertamina ONWJ.

Produksi minyak Pertamina ONWJ tercatat tahun 2015 mencapai 40 MBOPD (40.000 barel minyak per hari) dan memproduksi gas alam sebesar 178 MMSCFD (19,7 juta m3). Pada tahun 2015 produksi minyak Pertamina ONWJ berada di posisi nomor 5 produksi minyak nasional dan 10 produksi gas nasional dengan wilayah kerja sekarang seluas 8.279 km2.

Pertamina ONWJ memiliki 11 stasiun dengan 37 anjungan (platform) dan lebih dari 150 anjungan NUI (Normally unmanned installation) atau instalasi yang tidak dijaga manusia. Sekitar 700 sumur aktif dengan 375 pipa bawah laut sepanjang 1.600 km. pada tahun 2017 diberikan saham partisipasi (participating interest) kepada PT Migas Hulu Jabar (BUMD Provinsi Jawa Barat).

Pertamina ONWJ adalah kontrak pertama dari 36 kontrak dengan skema Gross Split yang meninggalkan skema Cost Recovery yang selalu dipromosikan oleh Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar dengan pembagian keuntungan 57:43 bagi pemerintah dan operator.

Instalasi anjungan YYA Pertamina Hulu Energi ONWJ diduga dirakit dan dipabrikasi oleh PT Meindo Elang Indah di Handil 1 Fabrication Yard di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. “Anjungan ini diberangkatkan (sail away) menuju lepas pantai utara Jawa Barat pada Senin, 25 Maret 2019 dengan perjalanan yang memakan waktu 10 hari sampai di lokasi,” papar Johan.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.