Bulog Serap Jagung Petani di Harga Rp3.150 Per Kilogram

Jagung manis yang mulai berbuah di ladang petani (villagerspost.com/nanang susanto)

Jakarta, Villagerspost.com – Pemerintah telah memerintahkan Perum Bulog untuk menyerap jagung hasil panen petani. Penyerapan berlangsung pada panen raya yang jatuh pada Februari hingga April ini. Terkait harga, Perum Bulog diminta menyerap jagung dengan harga Rp3.150 per kilogram.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, keputusan terkait harga tersebut diambil dalam rapat koordinasi (rakor) yang dipimpin Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution siang ini. Amran menambahkan, penugasan kepada Bulog tersebut dilakukan guna menjaga pasokan di bulan Oktober nanti. Sebab diperkirakan jumlah panen jagung akan berkurang di waktu itu.

“Bulog akan melakukan serapan panen puncak untuk disimpan stok panen nanti untuk bulan Oktober. Dulu beras sekarang jagung juga dan disimpan untuk paceklik saat panen lebih rendah itu rencana kita,” ujar Amran di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (22/1).

Amran menyampaikan, dia telah melakukan kunjungan kerja ke Probolinggo, Jawa Timur untuk memantau harga jagung di tingkat petani. Dari kunjungan tersebut, diketahui posisi harga jagung di tingkat petani berada di level Rp4.000 per kilogram. “Nanti mulai masuk panen puncak ini bisa lebih murah. Sehingga, kita melalukan antisipasi dari sekarang,” kata dia.

Terkait harga, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita juga menegaskan, harga yang ditetapkan untuk Bulog menyerap jagung nantinya sebesar Rp3.150 per kg. Sedangkan harga jual oleh Bulog ditetapkan sebesar Rp4.000 per kg.

“Sesuai HPP, penjualan Rp 4.000 per kg. Kalau penyerapan kan ada persentase berapa persen keringnya dan segala macam itu Rp 3.150 per kg kalau nggak salah,” ungkap Enggar.

Terkait masa panen yang terjadi pada musim penghujan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, pihaknya akan menyiapkan 900 ribu unit pengering. Amran memproyeksikan puncak panen jagung dan beras akan terjadi kisaran Februari hingga April 2019 yaitu masih masuk musim penghujan.

“Kita antisipasi dan siapkan dryer dari Kementan atas perintah Presiden sebanyak 900 ribu unit untuk jagung dan beras. Tapi kita fokus jagung,” kata Amran.

Sementara itu, Direktur Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian Bambang Sugiharto mengatakan, untuk menjaga harga tetap stabil di saat ada kelimpahan produksi, pemerintah juga berencana melakukan ekspor jagung. “Jadi di saat musim panen, kita ekspor jagung. Ini penting agar harga tetap stabil atau menguntungkan petani,” katanya.

Dia mengungkapkan, pada Januari ini di beberapa daerah sentra produksi tengah memasuki musim panen jagung yang akan berlangsung hingga April. Puncak panen menurutnya akan terjadi pada Maret dan April dan dipastikan produksi jagung melimpah.

Berdasarkan angka ramalan, pada Januari akan ada produksi sebesar 1,78 juta ton pipilan kering (PK) jagung. Angka tersebut meningkat pada Februari mencapai 4,8 juta ton pipilan kering namun menurun pada Maret yang hanya 3,6 juta ton pipilan kering. Berkurangnya produksi lantaran luas panen yang terjadi juga mengalami penurunan. Total luas panen Februari diperkiraka seluas 978.674 hektare sedangkan total luas panen Maret hanya 742.288 hektare.

Sedangkan kebutuhan jagung diperkirakan sekitar 16 juta ton PK yang didominasi kebutuhan pakan ternak. Berkaca dari kebutuhan jagung nasional 2018 yang mencapai 15,5 juta ton, sebesar 7,76 juta ton PK adalah untuk pakan ter ak, peternak mandiri 2,52 juta ton PK, untuk benih 120 ribu ton PK dan sisanya 4,76 juta ton PK untuk industri pangan.

Jumlah produksi jagung tersebut sangat mencukupi, apalagi dengan adanya jagung impor. Untuk diketahui sesuai Permendag 21 tahun 2018, impor jagung untuk pakan ternak yang diputuskan melalui Rapat Koordinasi Bidang Perekonomian sebesar 100 ribu ton dengan realisasinya pada akhir 2018 sebesar 73 ribu ton dan sisanya direalisasikan pada awal 2019.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.