BUMDes Lebah Sempaga, Berawal dari “Bisnis” Air

Kepala Desa lebah Sempaga Turmuzi (kanan) memberikan pemaparan terkait program desa (dok. villagerspost.com)
Kepala Desa lebah Sempaga Turmuzi (kanan) memberikan pemaparan terkait program desa (dok. villagerspost.com)

Lombok Barat, Villagerspost.com – Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) saat ini memang seerti sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat desa untuk mengelola perekonomian mereka agar bisa mandiri. Termasuk juga di Desa Lebah Sempaga, Kecamatan Narmada, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Keberadaan BUMDes yang meski hingga saat ini belum diberi nama, sudah mulai terasa bagi masyarakat desa.

Kepala Desa Lebah Sempaga Turmuzi mengatakan, BUMDes Lebah Sempaga mulai terbangun sejak 3 tahun lalu. “Awalnya ada program pengadaan air bersih dari Dinas Pekerjaan Umum untuk warga,” kata Turmuzi kepada Villagerspost.com, Selasa (21/2).

Saat itu, kata dia, pihak dinas memberikan bantuan permodalan berupa pipa dan pembangunan jaringan infrastruktur pipanisasi. Di tahap awal, dibangun jaringan untuk 80 kepala keluarga dan saat ini sudah berkembang untuk 205 KK. “Untuk sumber air, kami memiliki mata air yang menjadi sumber air baku,” jelas Turmuzi.

Dari program itulah, kemudian dibentuk BUMDes untuk mengelola bisnis pengadaan air bersih ini. Setelah terbentuk, pihak desa pun menganggarkan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) sebesar Rp10 juta per bulan untuk BUMDes. Sementara untuk pengelolaan bisnis air bersih APBDes tahun 2016 lalu menganggarkan dana sebesar Rp19 juta untuk menambah jaringan pipa.

Saat ini BUMDes Lebah Sempaga tengah berupaya mengembangkan sayap mengelola kawasan wisata Gua Lawah. “Kami ada gua yang dibawahnya ada air terjun yang cukup menarik untuk pariwisata,” kata Turmuzi.

Awal pengembangan sayap ke usaha pengelolaan tempat wisata Gua Lawah inipun berasal dari Dinas Pariwisata yang memberikan bantuan dana sebesar Rp89 juta untuk membangun infrastruktur jalan dan juga tangga menuju Gua Lawah. “Jadi kita akan garap bukan hanya gua tetapi juga ada air terjun di sana,” kata Turmuzi.

Untuk bisnis air bersih, kata Turmuzi, kini sudah mulai berjalan dengan baik. Pelanggan dikenakan tarif cukup murah yaitu sebesar Rp250 per meter kubik. Sementara rata-rata kepala keluarga perbulan menggunakan air sebanyak 7000 kubik.

Kemudian, ke depan, BUMDes Lebah Sempaga juga akan membangun warung serba ada “waserda” untuk menyediakan kebutuhan baik bagi aparatur pemerintahan seperti alat-alat kantor, sampai kebutuhan para petani dan peternak seperti bibit dan pakan ternak. “Untuk pengadaan barang waserda juga akan dilakukan oleh BUMDes,” kata Turmuzi.

Untuk pembangunan waserda ini, APBDes telah menganggarkan dana sebesar Rp35 juta untuk dua tahun. “Jadi pendanaannya multiyears,” ujarnya.

Selain itu, ke depan, BUMDes juga akan mengelola pasar desa yang sangat potensial karena transaksi untuk hasil bumi mulai dari kakao, pisang, kemiri, umbi-umbian dan durian yang nilai transaksinya per pengepul per hari bisa mencapai Rp10 juta-Rp20 juta. “Di pasar biasanya bisa ada 10-20 pengepul sehari yang membeli hasil bumi dari desa,” kata Kepala Badan Permusyawaratan Desa Lebah Sempaga Abdurrahman. (*)

Ikuti informasi terkait BUMDes >> di sini <<

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.