Cegah Perubahan Iklim Energi Batubara Harus Ditinggalkan Sepenuhnya

Melarung sesaji berisi persan perlawanan terhadap energi kotor batubara (dok. batanglyon/riska farasona)

Jakarta, Villagerspost.com – Greenpeace International dan CoalSwarm merilis laporan bertajuk: “A Coal Phase-Out Pathway for 1.5 ° C”, pada Jumat (12/10). Dalam laporan tersebut ditegaskan, penghapusan total energi batubara secara global pada tahun 2050, dengan pengurangan sebesar dua pertiga energi kotor tersebut di 2030 merupakan upaya yang realistis dan dapat dicapai.

Penghapusan total energi batubara dinilai sangat penting untuk mencapai target yang dianjurkan Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) yang mengungkapkan dunia harus mencapai emisi nol pada tahun 2050 untuk menahan pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.

Juru Kampanye Koordinator Batubara Global Greenpeace Internasional Harri Lammi mengatakan, mengakhiri batubara bukanlah sebuah mimpi. Banyak negara sudah menunjukkan hal itu bisa dilakukan.

“Mereka yang masih berpikir batubara memiliki masa depan, harus mempelajari laporan IPCC terbaru, karena jika mereka menginginkan masa depan untuk planet ini, proyek batu bara baru harus dihentikan sekarang. Jika mereka tetap menggunakan batu bara, IPCC telah menetapkan apa konsekuensinya bagi kita semua,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com.

Diperlukan akselerasi cepat dalam laju pengurangan daya batubara secara global. Agar hal ini terjadi, harus ada rencana untuk mengurangi dan menghilangkan tenaga batubara, dibarengi dengan langkah-langkah efisiensi energi dan penyebaran sumber daya karbon rendah.

Negara-negara OECD, yang memiliki armada pembangkit batu bara yang lebih tua, harus memimpin fase penghapusan dengan menyelesaikan transisi dari tenaga batubara pada tahun 2030. Ini berarti perubahan kebijakan utama di beberapa negara industri terkemuka, terutama Jerman, Polandia, Korea Selatan dan Jepang.

Opini publik di negara-negara ini sudah berubah, dengan beberapa pemerintah dan lembaga keuangan berikut: Provinsi Chungcheong Selatan dan dana pensiun Korea berencana untuk lepas dari batubara, dan 50.000 orang melakukan protes di Jerman pada akhir pekan, terhadap perluasan tambang batu bara.

Greenpeace dan CoalSwarm pun telah menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi daya batubara. Pertama, semua pembangkit batubara dalam fase pra-konstruksi dibatalkan, kapasitas daya batubara yang ada berkurang setengahnya pada tahun 2030. Sebuah fase penghapusan menyeluruh di negara-negara OECD pada tahun 2030.

Kedua, penghapusan pembangkit listrik batubara global hampir total pada tahun 2050. Ketiga, pembangkit listrik batu bara global yang akan pensiun, dipercepat menjadi dua setengah kali dari tingkat saat ini. Tingkat pengurangan ini telah dilampaui oleh beberapa negara, misalnya Inggris.

Keempat, faktor beban daya batubara menurun karena peningkatan energi terbarukan dan pembangkit batubara bergeser jauh dari peran baseload.

Untuk negara-negara non-OECD, seperti Cina dan India, pemotongan tenaga batubara besar-besaran harus dilakukan setelah tahun 2030, dimulai dengan pembangkit batubara tertua, dengan penghentian yang hampir selesai paling lambat pada tahun 2050.

Transisi ini akan menjadi lebih mudah oleh harga tenaga angin dan matahari yang terus menurun tajam. Beberapa kapasitas daya batubara sekarang sudah pensiun lebih awal karena tidak lagi kompetitif dengan biaya energi terbarukan.

“Langkahnya harus berani tetapi sederhana: pasang arusnya, pensiunkan armada saat ini, siapkan ruang untuk energi terbarukan. Semua ini dapat dicapai dan merupakan hal terkecil yang diperlukan jika kita ingin memiliki peluang untuk mempertahankan batas suhu 1,5 derajat Celcius ini,” kata Direktur Eksekutif CoalSwarm Ted Nace.

Menghentikan kapasitas batubara juga akan membawa manfaat kesehatan utama dengan mengurangi polusi udara, terutama di Asia. Tenaga batubara menyebabkan ratusan ribu kematian dini setiap tahun. Penghapusan bertahap batubara juga akan mengurangi tekanan pada sumber air tawar. Diperkirakan bahwa air tawar yang digunakan oleh pembangkit listrik tenaga batubara dunia akan memenuhi kebutuhan dasar air lebih dari 1 miliar orang.

Yuyun Indradi Penasihat Politik Greenpeace Indonesia menambahkan, terkait dengan Indonesia, langkah lebih konkret yang dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah dengan merevisi atau mengurangi secara signifikan proporsi batu bara dalam kebijakan bauran energy dan memperbesar porsi energy terbarukan dalam rencana pembangunan Indonesia. Termasuk menghentikan pembangunan PLTU Batubara baru untuk menjawab kelebihan pasokan listrik (over capacity).

Hal tersebut akan menjadi langkah progresif dalam percepatan transisi energy dan akan menjadi kontribusi besar Indonesia bagi kemanusiaan. “Kecanduan batubara ini harus segera dihentikan demi masa depan Indonesia yang lebih bersih dan menghindari bencana akibat perubahan iklim,” tegas Yuyun.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.