Cegah Tragedi “Paus Makan Sampah Plastik”, Ribuan Orang Desak Penerapan Cukai Plastik

Paus sperma yang ditemukan mati di perairan Wakatobi dan diketahui memakan 5,9 kg sampah plastik (dok. change.org)

Jakarta, Villagerspost.com – Tragedi ditemukannya 5,9 kilogram sampah plastik di dalam perut paus sperma yang ditemukan mati di perairan Wakatobi beberapa hari lalu, banyak mengundang keprihatinan dari berbagai kalangan, salah satunya dari runner up Puteri Indonesia 2004, Nadia Mulya. Nadia semakin yakin bahwa perlu adanya kebijakan agar mengurangi penggunaan plastik. Sejak enam bulan yang lalu Nadia membuat petisi www.change.org/cukaiplastik untuk mendukung kebijakan penerapan cukai plastik.

Sejak kematian paus sperma di Wakatobi, petisinya terus mendapat dukungan lebih dari 85 ribu orang. Artinya, semakin banyak orang menganggap pentingnya kebijakan cukai plastik untuk mengontrol konsumsi plastik di masyarakat.

“Sebenarnya wacana soal cukai plastik ini sudah dibahas oleh pemerintah. DPR sudah bahas soal cukai plastik dan berharap bisa diterapkan. Jadi penerapan cukai plastik ini tinggal menunggu ‘restu’ DPR dulu,” kata Nadia, dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Kamis (22/11).

Dalam kasus kematian paus sperma itu, diduga sampah plastik tersebut sudah lama berada di dalam perut paus. Menurut laporan Balai Taman Nasional Wakatobi, sampah plastik yang ditemukan di dalam perut paus tersebut berupa 115 gelas plastik (750 gr), 19 plastik keras (140 gr), 4 botol plastik (150 gr), 25 kantong plastik (260 gr), 2 sandal jepit (270 gr), 1 karung nilon (200 gr), 1000 lebih tali rafia (3.260 gr), dan lain-lain.

Terkait upaya mendesak pemberlakuan cukai plastik, Nadia juga menambahkan bahwa kebijakan yang tegas untuk mengurangi plastik pernah terbukti sukses. Contohnya adalah saat pemerintah menerapkan kebijakan kantong plastik tidak gratis yang didorong oleh Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik. Penggunaan kantong plastik di masyarakat berkurang hingga 55%.

Kata Nadia, menurut data dari earthday.org, penerapan cukai plastik sebelumnya pernah diberlakukan di beberapa negara dan terbukti menurunkan angka penggunaan plastik. Di Washington DC misalnya, setelah menerapkan cukai plastik sebesar $0,05 sejak tahun 2009, penggunaan plastik telah berkurang hingga 85%.

Jika sebelumnya penggunaan plastik mencapai 22,5 juta per bulan, sekarang menyusut hingga 3,3 juta per bulan. Sama dengan Inggris, setelah menerapkan cukai plastik sebesar 5 Penny sejak tahun 2015, penggunaan plastik telah berkurang hingga 80%.

“Jadi, jika kebijakan cukai untuk plastik ini segera diterapkan, saya yakin penggunaan plastik akan semakin berkurang dan kita dapat menyelamatkan laut serta seisinya dari sampah plastik,” ujar Nadia yang juga merupakan relawan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP).

Koordinator Nasional GIDKP Rahyang Nusantara mengatakan, rencana penerapan cukai plastik, khususnya pada kantong plastik, tentunya akan mengurangi polusi plastik di lingkungan, terutama di laut. Inisiatif ini akan mendukung upaya pengurangan konsumsi plastik di hilir yang sudah sangat gencar. Misalnya seperti kampanye bawa tas belanja sendiri dan aturan di kota-kota di Indonesia yang sudah mulai melarang penggunaan kantong plastik.

“Petisi pertama kami, change.org/pay4plastic, sudah berhasil menggugah Menteri Siti Nurbaya untuk melakukan uji coba kantong plastik tidak gratis di 27 kota. Hasilnya begitu menggembirakan dengan penurunan 55% penggunaan kantong plastik. Dan ini hanya di bagian hilir saja. Kali ini kami ingin menggugah Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk berkontribusi di bagian hulu melalui penerapan cukai plastik sehingga pengurangan polusi plastik bisa lebih besar lagi,” jelas Rahyang.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.