China-AS Perang Dagang, Sawit Indonesia Buka Peluang

Tandan sawit siap diangkut ke pabrik. Perusahaan sawit didesak laksanakan IPOP (dok. jkpp.org)

Jakarta, Villagerspost.com – Perang dagang yang terjadi antara China dan Amerika Serikat (AS) ternyata membuka peluang produk sawit Indonesia untuk masuk ke pasar China. Hal itu diungkapkan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di kantor Kementerian Perdagangan, Jumat (22/6). Menurut Enggar, perang dagang antara China dan Amerika yang semakin memanas membuat Indonesia perlu bersiap untuk mengambil keuntungan dari situasi tersebut.

“Kita mengikuti terus prosesnya karena kebijakan atau hal itu bisa berubah setiap saat seperti halnya sebelumnya ada pengumuman mengenai dikenakannya tarif kemudian batal sekarang dikenakan lagi. Dalam situasi seperti ini memang kita akan berhati-hati tapi kita juga tidak diam kita bukan mau memanfaatkan tapi kalimat yang lebih tepat itu kita sekarang melihat ini sebagai peluang untuk mengisi kekosongan itu,” kata Enggar.

Seperti diketahui, antara China dan AS saat ini saling berbalas kebijakan perdagangan yang merugikan kedua belah pihak. Seperti diketahui, pekan lalu, AS memulai perang dagang dengan China lewat kebijakan kenaikan tarif bea masuk atas produk perdagangan China senilai US$50 miliar. Sebagai balasan, Kementerian Perdagangan China menyatakan akan membalas kebijakan yang dilakukan Trump tersebut dengan mematok tarif impor tinggi terhadap 1.000 produk asal Amerika.

Di antaranya adalah untuk produk pertanian, mobil, dan produk akuatik dari AS. Atas barang-barang itu, China akan mengenakan tarif dan bea masuk sebesar 25%. Tak terima, Presiden AS Donald Trump berencana mengenakan tarif impor baru terhadap produk China bernilai US$200 miliar.

Situasi ini, kata Enggar, membuat Indonesia berpeluang masuk sebagai pilihan alternatif China khusus untuk pengiriman minyak sawit atau crude palm oil (CPO). Untuk mempersiapkan adanya kekosongan tersebut, Indonesia akan mempersiapkan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) di Tokyo bulan depan. Secara spesifik yang akan dibahas dalam rencana kerja sama bilateral tersebut Enggar mengatakan akan fokus untuk beberapa komoditas saja salah satunya sawit.

“Kalau toh terjadi pengenaan bea masuk antar dua negara itu maka kita akan coba masuk dan dalam pertemuan membahas mengenai RCEP di Jepang di Tokyo awal bulan. Kami akan melakukan pertemuan bilateral dengan beberapa negara termasuk dengan Tiongkok. Untuk kita membahas kemungkinan kemungkinan yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan ekspor kita,” papar dia.

Terkait produk sawit, sebelumnya Presiden Joko Widodo menyatakan, China sudah sepakat menambah kuota ekspor kelapa sawit sebesar 500 ribu ton dari Indonesia. Hal itu, kata Jokowi, ditegaskan Perdana Menteri China Li Keqiang, dalam pertemuan dengan dirinya di Istana Bogor, Senin (7/5) lalu.

Jokowi mengatakan peningkatan ekspor sangat penting bagi Indonesia. Selain sawit, China juga membuka peluang peningkatan ekspor komoditas lain dari Indonesia. Beberapa produk ekspor tersebut antara lain kakao, manggis hingga buah-buahan asal Indonesia lainnya.

Peluang ekspor sawit ke China ini dinilai akan menggairahkan lagi perdagangan di sektor ini. Seperti diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, untuk kinerja ekspor Januari-April 2018, pengiriman internasional Indonesia untuk produk CPO mencapai US$868,08 juta, alias turun drastis sebesar 44,35% dari periode sama tahun lalu (year on year) yang sebesar US$1,56 miliar. Meski begitu, ekspor produk olahan minyak sawit naik menjadi US$1,27 miliar dari periode empat bulan pertama tahun lalu di US$714,4 miliar.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.