Desa Tondei Hidup Berkat Dana Desa

Jalan Desa Tondei yang rusak parah sebelum adanya dana desa (dok. kemendesa)
Jalan Desa Tondei yang rusak parah sebelum adanya dana desa (dok. kemendesa)

Jakarta, Villagerspost.com – Desa Tondei di masa lalu adalah gambaran sebuah desa yang benar-benar terbelakang. Problem transportasi serta jalanan yang rusak dan sempit menjadi kendala akses masuk dan keluar daerah ini. Padahal desa yang terletak di daerah perbukitan ini memiliki tanah yang subur dengan aneka hasil bumi yang bermacam-macam, diantaranya adalah pisang goroho, kelapa, gula aren, gula merah, tuak, durian, dan langsat.

Tidak adanya akses jalan membuat produk pangan yang dihasilkan dari perkebunan atau hutan rakyat tak bisa dipasarkan secara maksimal. Saking putus asanya warga di sana, soal buruknya transportasi sampai melahirkan ungkapan sinis: “Tunggu babi nae kalapa baru oto maso di Tondei“.

Arti harfiahnya adalah tunggu babi bisa memanjat pohon kelapa baru ada kendaraan bermotor masuk Desa Tondei. Itu merupakan ungkapan rasa pesimis dan kecewa warga melihat buruknya kondisi jalan di desa yang merupakan bagian dari Kecamatan Motoling Barat, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara itu.

(Baca juga: Laporan tak Rampung, Dana Desa tak Turun)

Namun gambaran buruk tentang Desa Tondei berubah sejak tahun 2015 lalu. Dikucurkannya dana desa membuat desa tersebut mampu melaksanakan pembangunan jalan. Pengaspalan jalan dilakukan, akses ke desa Tondei perlahan mulai terbuka.

“Hasil bumi semakin mudah diangkut ke sentra-sentra pemasaran terdekat. Dengan pembangunan infrastruktur jalan tersebut roda ekonomi di desa perlahan menggeliat dan diharapkan terus berpengaruh bagi kesejahteraan masyarakat,” ungkap Fritz Wotulo, salah seorang penduduk di Desa Tondei, seperti dikutip kemendesa.go.id, Kamis (19/5).

Hukum Tua Desa Tondei Satu Nita D. F. Lumapow mengatakan, proyek perintisan dan pengerasan jalan bersumber dari dana desa. Dari total jumlah dana desa tahun 2015 sebanyak Rp252,57 juta sebagian besar dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur.

Selain diproyeksikan untuk perintisan jalan desa sepanjang 850 meter dan pengerasan jalan sepanjang 225 meter, dana tersebut juga disalurkan untuk pembangunan talud (tanggul penahan longsor) sepanjang 141 meter. “Puji Tuhan, respons masyarakat terhadap pembangunan infrastuktur sangat positif. Dukungan mereka ditunjukkan dengan gotong royong pada berbagai kegiatan pembangunan yang diadakan oleh pemerintah desa, termasuk pengerasan jalan desa beberapa waktu lalu,” ujar Hukum Tua Nita.

Hukum Tua Nita mengatakan, dana desa telah menyentuh langsung masyarakat desa dan mendorong kemajuan desa. Dana desa tahun 2016 di wilayahnya pun diproyeksikan untuk paving blok sejumlah jalan desa dan penerangan tenaga surya.

Ketua Satgas Desa Kacung Marijan mengatakan, dana desa memang harus dipergunakan sebesar-besarnya untuk membangun infrastruktur yang paling dibutuhkan di desa. Tim Satuan Tugas (Satgas) Desa dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi di lapangan melihat langsung manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.

Seorang penjual sayuran dengan sepeda motornya melenggang santai menjajakan barang dagangan ke masyarakat. Seorang ibu rumah tangga yang membeli sayur-sayuran pun mengaku sangat diuntungkan dengan adanya rintisan jalan desa yang semakin memudahkan akses untuk berbagai keperluan sehari-hari.

“Kita ingin menegaskan bahwa negara hadir di Desa Tondei Satu ini. Kontribusi negara nampaknya tidak sia-sia,” ujar Kacung. (*)

Ikuti informasi terkait dana desa >> di sini <<

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.