Dicari! Duta Petani Muda Ujung Tombak Kedaulatan Pangan 2016

Para narasumber memberikan pemaparan di acara peluncuran pemilihan Petani Muda 2016 (dok. villagerspost.com)
Para narasumber memberikan pemaparan di acara peluncuran pemilihan Petani Muda 2016 (dok. villagerspost.com)

Jakarta, Villagerspost.com – Pertanian Indonesia saat ini nyaris memasuki masa senja kala. Pertanian tak lagi menjadi profesi yang menjanjikan penghidupan yang layak sehingga tak diminati anak-anak muda. Hasil kajian Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) di Indonesia tahun 2016 menunjukkan, minat anak muda untuk terjun ke pertanian memang sangat minim.

Hasil riset menunjukkan sebanyak 63% anak petani padi dan 54% anak petani hortikultura menegaskan tak ingin menjadi petani. Dari sisi orang tua petani pun demikian. Sejumlah 50% orang tua petani padi tidak ingin anaknya menjadi petani. Sementara 73% petani hortikultura menyatakan tidak ingin anaknya menjadi petani.

Situasi ini mendorong penurunan tenaga kerja pertanian yang berkurang sebanyak 3,15 juta orang dalam kurun 2010 -2014. Petani yang tersisa saat ini, sebanyak 62% berusia lebih dari 45 tahun. “Hasil kajian juga menunjukkan bahwa akses dan paparan informasi tentang pertanian sangat rendah dikalangan anak muda karena itu pertanian masih dipandang sebagai sektor yang tidak menguntungkan,” kata Said dalam acara Pemilihan Duta Petani Muda 2016 di bilangan Cikini, Jakarta, Kamis (11/8).

Said mengatakan, persoalan regenerasi petani ini tidak bisa dianggap main-main. “Ini persoalan urgen yang harus diatasi jika ingin berdaulat pangan seperti yang dicita-citakan dalam nawacita,” tegasnya.

Ketidaktertarikan generasi muda pada pertanian ini menunjukkan betapa sektor pertanian tak memiliki daya tarik yang mampu mengalahkan sektor lainnya terutama industri. “Anak-anak muda mengaku lebih memilih menjadi buruh industri karena pendapatannya lebih pasti,” kata Said.

Menurutnya, faktor akses dan aset lahan, kepastian harga jual atau pendapatan, pengetahuan atau pendidikan tentang pertanian dan ketersediaan infrastruktur pendukung  menjadi faktor penting yang mempengaruhi minat orang tua dan anak untuk menjadi petani. Faktor-faktor ini adalah kunci yang harus disentuh oleh pemerintah supaya minat generasi muda meningkat.

Karena itulah, sebagai upaya merespons permasalahan tersebut, beberapa organisasi yang masuk ke dalam Jaringan AgriProFocus Indonesia membentuk Komunitas Inovasi Anak Muda di Pertanian, serta melahirkan inisiatif “Duta Petani Muda” pada 2014 lalu. Tahun ini, putaran Duta Petani Muda yang ke-2 akan segera dimulai.

Said mengatakan, lewat ajang ini, citra pertanian yang terkesan kumuh dan tak menguntungkan serta lekat dengan kemiskinan diharapkan bisa diubah. “Padahal banyak juga anak-anak muda yang berhasil di pertanian. Ajang pemilihan duta petani muda ini diharapkan menjadi terobosan untuk bisa mengangkat cerita-cerita positif yang dilakukan anak muda di seluruh nusantara.,” jelasnya.

Hal senada juga disampaikan Direktur Program Keadilan Ekonomi Oxfam Indonesia Dini Widiastuti. “Pemilihan Duta Petani Muda ini dilakukan untuk memotivasi teman-teman muda untuk terus bergelut ke pertanian, berbagi wawasan atas kemungkinan dan kesempatan yang bisa diraih teman muda di sektor pertanian, selain itu memancing semangat teman-teman muda yang haus aktualisasi diri dan gemar berkompetisi,” ujarnya.

Image petani, kata Dini, memang harus diubah. Dia mengakui, di negara lain pun, image petani kerap dilekatkan pada hal-hal negatif. Dari pengalaman Oxfam di Afrika misalnya, anak sekolah yang melanggar aturan dihukum dengan cara pergi ke ladang mengerjakan lahan, mencangkul dan kerja pertanian lainnya.

“Bagaimana bertani diminati anak muda jika persepsinya dilekatkan pada hukuman. Demikian pula di universitas, anak-anak dengan nilai di sekolah menengah yang kurang baik, cenderung diarahkan belajar soal pertanian  di universitas,” ujar Dini.

Untuk mengubah image itu, maka perlu ada contoh dari kalangan anak muda yang bisa menunjukkan bahwa pertanian juga merupakan sebuah profesi yang menjanjikan. “Inisiatif Duta Petani Muda ini bagus agar anak muda termotovasi, tetapi masalah lain di bidang pertanian juga jangan dilupakan dan harus tetap diselesaikan,” kata Dini.

Sementara itu, Country Network Coordinator AgriProFocus Indonesia Tina Napitupulu menegaskan, rendahnya minat anak muda terhadap sektor pertanian memang terjadi karena profesi petani hingga saat ini masih dipandang oleh anak-anak muda sebagai profesi yang tidak menjanjikan, tak memberikan harapan. Petani mengalami kerugian, dan bergelut dengan kemiskinan.

“Padahal sesungguhnya banyak anak-anak muda di pertanian yang maju dengan usaha pertaniannya. Dan karena tingkat permintaan pangan dunia yang semakin meningkat, menjadi petani justru peluang bisnis yang bagus,” terang Tina.

Karena itu acara pemilihan Duta Petani Muda 2016 ini menjadi ikhtiar bersama antara Oxfam, AgriProfocus, KRKP dan stakeholder lainnya untuk menjaring minat anak muda terjun ke dunia pertanian. “Kita melakukan rebranding, petani tak harus digambarkan bercaping, penuh keringat dan penghasilannya juga lebih bagus,” tambahnya.

Untuk mengikuti pemilihan Duta Petani Muda sangatlah mudah. Petani yang berusia maksimal 35 tahun hanya perlu mengisi formulir pendaftaran, mengirimkan satu surat rekomendasi, dan foto selfie di depan usaha mereka. Keterangan lebih lanjut bisa dilihat di www.dutapetanimuda.org. (*)

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.