Diminati Pasar Ekspor Kementan Kembangkan Porang

Jakarta, Villagerspost.com – Kepala Subdirektorat Ubikayu dan Aneka Umbi Lain, Direktorat Aneka Kacang dan Umbi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) Cornelia menyatakan Kementan tengah mendorong potensi umbi porang untuk dikembangkan lagi. Tanaman porang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan, karena punya peluang yang cukup besar untuk diekspor.
“Hingga saat ini, salah satu keterbatasan ekspor porang Indonesia terletak pada penyediaan bahan baku yang masih terbatas. Kedepan, kami mendorong potensi pengembangan budidayanya, apalagi kalau sudah ada contoh yang bisa diekspor seperti ini. Pastinya akan memacu semangat petani untuk mulai budidaya porang,” kata Cornelia, di Jakarta, Selasa (10/9).
Catatan Badan Karantina Pertanian menyebutkan, ekspor porang pada tahun 2018 tercatat sebanyak 254 ton, dengan nilai ekspor yang mencapai Rp11,31 miliar ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lain sebagainya. Umbi porang saat ini masih banyak yang berasal dari hutan dan belum banyak dibudidayakan. Ada beberapa sentra pengolahan tepung porang saat ini, seperti di daerah Pasuruan, Madiun, Wonogiri, Bandung serta Maros.
Porang atau bahasa latinnya Amorphophallus oncophyllus ini adalah tanaman yang toleran naungan hingga 60%. Porang dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja di ketinggian 0 sampai 700 mdpl.
Sifat tanaman tersebut dapat memungkinkan dibudidayakan di lahan hutan dibawah naungan tegakan tanaman lain. Untuk bibitnya biasa digunakan dari potongan umbi batang maupun umbinya yang telah memiliki titik tumbuh atau umbi katak (bubil) yang ditanam secara langsung.
Cornelia menegaskan, pengembangan budidaya umbi porang yang merupakan produk lokal untuk ekspor ini sesuai dengan dengan apa yang ditekankan Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat melepas ekspor Porang dan Kernel Palm di GOR Andi Mappe, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Pangkep, Sulawesi Selatan pada bulan April lalu.
Menurut Amran, kata Cornelia, umbi porang merupakan potensi yang belum tergarap, sehingga menjadi peluang baik bagi siapa saja yang mau berusaha. “Harga porang segar di pasar saat ini berkisar Rp4.000 per kilogram, berbeda halnya setelah menjadi chip porang yang siap ekspor harganya bisa meningkat menjadi Rp14.000 per kilogram. Jadi, ada margin yang cukup besar antara harga porang segar dengan porang olahan,” paparnya.
Hal Ini, kata Cornelia, menandakan produk olahan memiliki nilai jual lebih tinggi. “Jadi saya ingin porang dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan ekspor. Dari sisi produksinya mencukupi, selanjutnya bisa dikembangkan pengolahannya,” jelasnya.
Editor: M. Agung Riyadi
Related Posts
-
KIARA: Perda Zonasi, Komodifikasi Ruang Hidup Masyarakat Pesisir
No Comments | Apr 6, 2019 -
Cegah Covid-19, TN Bunaken Lakukan Penyemprotan Disinfektan di Fasilitas Umum
No Comments | Apr 4, 2020 -
Indonesia-Vietnam Sepakati Batas Maritim
No Comments | Feb 16, 2016 -
IKAPPI: Pasar Tradisional Harus Masuk UU Kebudayaan
No Comments | Sep 8, 2016