Dolar Naik, Pakan Mahal, Pembudidaya Ikan Didorong Produksi Pakan Mandiri

Usaha perikanan budidaya (dok kkp.go.id)

Jakarta, Villagerspost.com – Kenaikan nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah, turut membawa dampak pada usaha budidaya ikan di tanah air. Naiknya harga Dolar AS memicu kenaikan harga komponen pakan ikan yang masih diimpor dan membuat harga pakan naik antara 7-10 persen. Karena itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan mendorong agar para pembudidaya ikan mampu memproduksi pakan ikan secara mandiri.

“Ya. Benar, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar yang semakin mendalam, memaksa perusahaan pakan untuk menaikan harga. Pada saat kondisi ekonomi begini, saya meminta pembudidaya untuk mulai beralih menggunakan pakan mandiri yang memang 100 persen tidak mengandalkan impor bahan baku, sehingga harga stabil dan jauh lebih murah,” kata Slamet, dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Jumat (2/11).

Slamet menambah, gerakan pakan mandiri telah memberikan efek positif dalam meningkatkan efesiensi pakan, hasilnya bisa menekan disparitas cost produksi budidaya dengan nilai jual, sehingga margin keuntungan pembudidaya tumbuh pada kisaran Rp4.000 hingga Rp5.000 per kilogram hasil produksi.

“Ini geliat pakan mandiri terus terjadi diberbagai daerah, seiring respon masyarakat yang positif. Saya ambil contoh di Pasuruan, ada kelompok yang sukses berinovasi mengembangkan pakan mandiri dan memberikan dampak bagi peningkatan pendapatan pembudidaya di sekitarnya”, tutur Slamet.

Slamet juga menghimbau agar produksi pakan mandiri sesuai SNI sehingga kualitasnya terjaga dan tentunya menggunakan sumber bahan baku lokal. Pembudidaya ikan di Kabupaten Pasuruan memang mulai merasakan dampak pengembangan pakan mandiri.

Dampak yang paling signifikan yakni terdongkraknya nilai pendapatan budidaya akibat naiknya efesiensi produksi. Sebelumnya secara umum pembudidaya ikan mengeluhkan lonjakan cost produksi akibat naiknya harga pakan pabrikan di berbagai wilayah di Indonesia.

Menariknya, pelaku pakan mandiri di Kabupaten Pasuruan juga melakukan inovasi diversifikasi pakan dengan membudidayakan maggot atau lalat hitam (Black Soldier Fly). M. Susianto adalah salah satu pelaku pakan mandiri sekaligus ketua kelompok mina anugerah lestari yang berhasil mendorong anggota kelompoknya untuk membudidayakan maggot di dekat kolam kolam.

Inovasi ini telah terbukti mampu meningkatkan protein pakan dan tingkat efesiensinya. Adapun media budidaya maggot yakni ampas tahu, limbah buah, dan sisa makanan. Intinya menurut Yanto semua menggunakan bahan baku lokal yang tersedia.

Kelompok yang beranggotakan 20 orang ini, memproduksi pakan mandiri berbahan maggot sebanyak 25 kg per hari. Jumlah tersebut menurut Yanto (panggilan akrab Susianto) akan terus ditambah kapasitas produksinya.

“Maggot ini punya kandungan protein pakan tinggi yakni pada kisaran 44-46 persen, jadi efektif untuk mesubsitusi tepung ikan. Kami telah mencoba sebagai ganti tepung ikan, dalam 10 kg bahan baku diberikan sekitar 2 kg maggot. Jika diitung nilai ekonominya dengan penambahan maggot ini kami dapat nilai tambah minimal Rp. 2.000,- per kg pakan. Gambarannya harga jual pakan Rp 5.000 per kg, sedang biaya produksi pakan hanya Rp3.000 per kg”, ungkapnya.

Praktisi pakan mandiri Kabupaten Pasuruan Kafri Anggriawan membenarkan, para pembudidaya telah mulai beramai-ramai menggunakan pakan mandiri. Ia mengaku, kelompoknya mensuplai kebutuhan pakan ke banyak pembudidaya ikan dan responnya sangat positif.

“Sejauh ini para pembudidaya sangat terbantu. Animo pembudidaya untuk menggunakan pakan mandiri semakin tinggi, apalagi dari sisi kualitas dan performa pakan tidak kalah dengan pakan pabrik. Disisi lain, harga pakan pabrikan terus naik, sehingga tidak heran jika mereka mulai beralih menggunakan pakan mandiri ini”, ungkap Kafri

Secara ekonomi, lanjut Kafri dengan menggunakan pakan mandiri rata-rata pembudidaya dapat merasakan nilai tambah hingga Rp6.000 per kg hasil produksi. Angka yang lumayan tinggi, padahal menurutnya sebelumnya mereka sangat jarang mendapat nilai tambah optimum seperti saat ini.

“Perbandingan saja, saat ini harga pakan pabrik berkisar Rp10 ribu-Rp11 ribu, sementara kami jual pakan mandiri dalam kisaran Rp4.000-Rp5.000 per kg. Saya kira dengan kondisi ekonomi seperti saat ini, pembudidaya harus mulai beralih ke pakan mandiri. Namun disisi lain, kami juga meminta pemerintah untuk menjamin akses pasar dan kestabilan harga,” pungkasnya.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.