DPR Dorong Penggunaan Alsintan Lokal

Petani menggunakan alsintan buatan lokal (dok. kabupaten jember)

Jakarta, Villagerspost.com – Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Daniel Johan mendorong penggunaan alat dan mesin pertanian (Alsintan) yang diproduksi sendiri oleh masyarakat sekitar. Hal itu dikatakan Daniel, saat Alsintan Center dan Unit Usahanya di Kabupaten Kuburaya, Kalimantan Barat, Sabtu (28/10).

Politisi dari Fraksi PKB itu menjelaskan jika seluruh industri pertanian di Kalbar menggunakan Alsintan produk lokal yang tidak kalah dengan produk impor, maka akan banyak membawa manfaat, diantaranya penyerapan banyak tenaga kerja. “Saya mengapresiasi adanya Alsintan center dan unit usahanya ini yang notabene merupakan karya-karya anak bangsa yang tidak kalah dengan negara lain. Sayangnya untuk daerah Kalbar sendiri belum seutuhnya menggunakan Alsintan produk dalam negeri,” kata Daniel.

Dia menegaskan, penyerapan banyak tenaga kerja yang terjadi karena adanya produksi alsintan lokal juga secara langsung mengurangi jumlah pengangguran, sekaligus meningkatkan penghasilan keluarga. Mengingat Alsintan tersebut juga mampu menghasilkan produksi padi petani dengan jumlah yang tidak kalah besar dari Alsintan produk impor.

“Tidak hanya itu, penggunaan Alsintan produk lokal juga akan memudahkan petani mencari spare part mesin jika dikemudian hari mesin yang digunakan rusak. Sementara kalau produk impor, biasanya susah dicari spare part mesinnya jika mengalami kerusakan,” jelas Daniel.

Terakhir yang tak kalah penting adalah penggunaan Alsintan buatan anak bangsa tentu akan membuat kebanggaan tersendiri. Bangga terhadap produk-produk lokal, produk-produk dalam negeri. Dan akhirnya akan meningkatkan kecintaan kita terhadap tanah air. “Oleh karena itu saya mendorong penuh penggunaan Alsintan produk lokal, produk dalam negeri yang tidak kalah dengan produk impor,” tegasnya.

Sementara itu, dalam kunjungan ke Bulog Divre Kalimantan Barat, anggota Komisi IV DPR RI Muhammad Nasyid Umar mengapresiasi langkah Bulog Divre Kalbar yang lebih memilih menyerap beras dari daerah lain. Hal itu dilakukan mengingat harga jual petani lokal ke pasaran lebih tinggi dibanding harga beli yang ditawarkan Bulog.

“Saya mengapresiasi langkah Bulog Divre Kalbar ini yang lebih banyak menyerap beras atau gabah dari provinsi lain seperti Jawa Barat. Pasalnya, harga jual beras dari petani lokal (petani Kalbar) ke pasaran jauh lebih tinggi dibanding harga yang mampu dibeli Bulog. Jadi tentu akan lebih menguntungkan petani jika menjual ke pasaran dibanding ke Bulog,” papar Nasyid.

Ditambahkan politisi fraksi Partai Demokrat ini, selama petani sejahtera maka hal tersebut tidak masalah. Karena Bulog pun bisa menyerap beras dari provinsi lain dengan harga yang sesuai dengan anggaran yang ditetapkan pemerintah. Dengan kata lain Bulog Divre Kalbar pun masih tetap memiliki cadangan beras dari daerah lain yang sewaktu-waktu bisa didistribusikan ketika musim kering atau paceklik.

Sementara itu Direktur Keuangan Bulog Iryanto Hutagaol menjelaskan bahwa pemerintah telah menetapkan harga pembelian beras oleh Bulog dari petani sebesar 7300 rupiah per kilogramnya. Namun harga jual beras dari petani di Kalbar ke pasaran sebesar 8300-8400 per kilogramnya. Karena tidak sesuai dengan anggaran, maka pihaknya lebih memilih menyerap atau membeli beras dari provinsi lain dengan harga yang sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah.

“Untuk beras petani lokal (Kalbar) kami hanya mampu menyerap sekitar 800 ton, sisanya sebanyak 9000 ton lebih kami ambil dari Provinsi Jawa Barat dengan harga yang sesuai dengan ketentuan pemerintah, yakni 7300 rupiah per kilogramnya. Ditambah ongkos transportasi tetap masih lebih rendah dibanding kita beli beras dari petani lokal. Kami tidak masalah karena petani juga sudah cukup sejahtera dengan menjual ke pasaran yang harganya lebih tinggi,” papar Iryanto. (*)

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.