Februari, Kapal Ternak NTT Beroperasi Lagi

Presiden Joko Widodo bersama Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meresmikan kapal pengankut ternak (dok. setkab.go.id)
Presiden Joko Widodo bersama Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meresmikan kapal pengankut ternak (dok. setkab.go.id)

Jakarta, Villagerspost.com – Kementerian Pertanian memastikan kapal ternak KM Camara Nusantara 1 akan kembali beroperasi mengangkut sapi dari Nusa Tenggara Timur pada awal Februari mendatang. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Fini Murfiani mengatakan, pihak Kementan telah menyepakati pelayaran itu dengan pihak Kementerian perhubungan dan PT Pelni.

Mulai tanggal 2 Februari 2016, KM Camara Nusantara akan kembali berlayar dengan dengan rute dari Pelabuhan Tenau Kupang-Waingapu-Lembar-Bima-Tanjung Perak-Tanjung Emas-Cirebon (PP).

“Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, ketersediaan sapi potong di Provinsi NTT cukup banyak untuk dapat memenuhi angkutan kapal khusus ternak. Ada kesepakatan dengan para peternak untuk dapat menyiapkan ternaknya,” kata Fini seperti dikutip pertanian.go.id, Jumat (22/1).

Sebelumnya, Fini bersama dengan Tim Kelompok Kerja Tata Niaga Peternakan telah melakukan kunjungan lapangan dan berdiskusi dengan para stakeholders di NTT. Wilayah yang disambangi diantaranya Waingapu Kab. Sumba Timur.

Kunjungan yang dilakukan tanggal 18 Januari itu dimaksudkan untuk mengidentifikasi ketersediaan ternak dan persiapan pemanfaatan kapal ternak di Waingapu.

Selain itu, pihak Kementan juga ingin mengetahui ketersediaan ternak di daerah produsen. Pihak pemerintah daerah Sumba Timur sendiri menyatakan dukungannya terhadap upaya pemerintah pusat untuk memperbaiki tata niaga peternakan, utamanya sapi potong.

“Stakeholders terkait di Waingapu telah memahami dengan baik bahwa keberadaan kapal ternak adalah wujud program tol laut dari Presiden Jokowi. Secara ekonomis, kapal khusus ternak dapat memangkas biaya transportasi 80% dari Rp1,8 juta menjadi Rp1,2 juta. Selain itu, adanya kapal ternak juga dapat mengurangi susut ternak selama perjalanan,” papar Fini.

Setelah tanggal 2 Februari, jadwal pelayaran kapal khusus ternak selanjutnya adalah 16 Februari dan 1 Maret 2016. Kementerian Pertanian pun akan mensosialisasikan jadwal tersebut kepada dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan. Untuk selanjutnya dinas-dinas tersebut dapat menginformasikan kepada calon pengguna kapal.

Untuk pelayaran pertama tahun 2016 ini, arus balik kapal khusus ternak diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengangkut bahan pakan dan pakan ternak, baik untuk kebutuhan ternak di kapal selama perjalanan maupun dalam menunjang ketersediaan pakan di daerah sentra.

Setiap pengguna kapal harus mengisi Shipping Instruction yang memuat data dan informasi tentang pemilik/penjual sapi, jumlah sapi yang akan dikapalkan, bobot hidup sapi, harga per kg hidup, pelabuhan tujuan, pembeli dan data lain yang diperlukan sebagai salah satu dokumen dalam manifest kapal.

Dengan adanya data dan informasi tersebut, maka, peternak dapat memperoleh informasi tentang harga ternak di pelabuhan pemberangkatan dan pelabuhan tujuan.

Gagal Angkut Sapi

Sebelumnya, kapal Camara Nusantara 1 sempat dua kali berlayar dari NTT dan kembali ke Jawa tanpa membawa muatan. Kegagalan ini membuat pihak Kementan kecewa karena berdasarkan data, stok sapi yang siap dijual di Nusa Tenggara Timur (NTT) mencukupi.

“Saat ini NTT mempunyai stok sapi yg diperdagangkan sejumlah 55.250 ekor,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Srie Agustina, Kamis (21/1).

Meski mencukup, menurut Srie, yang menjadi masalah adalah di NTT tak ada penetapan daerah penjualan sapi. Akibatnya, pemerintah daerah tak bisa memaksa menjual sapinya ke daerah tertentu. “Semua diserahkan mekanisme pasar dengan penawaran harga tertinggi,” katanya.

Akibatnya, kapal pemerintah ini gagal membawa sapi karena tawaran harganya dinilai terlalu rendah. Pemerintah menawar dengan harga Rp37 ribu hingga Rp38 ribu per kilogram berat hidup. Sementara itu, pedagang lain di Kalimantan yang selama ini menjadi tujuan utama penjualan sapi NTT berani menawar hingga harga Rp41 ribu per kilogram berat hidup.

Alhasil, kapal Camara Nusantara 1 harus gigit jari karena tak ada penjual yang mau melepas sapinya di harga itu. “Informasi lapangan, peternak NTT hanya mau menjual ke pembeli bila harga yang ditawarkan minimal sama dengan harga jual ke Kalimantan,” tutur Srie.

Kapal Ternak Sulsel

Meski ada kegagalan dalam dua kali upaya mengangkut sapi dari NTT, pemerintah sendiri tampaknya belum akan mengevaluasi program kapal ternak ini. Bahkan Kementerian Pertanian menambah alokasi kapal ternak dengan meluncurkan kapal khusus untuk sapi Sulawesi Selatan (Sulsel).

Kapal ini bertujuan untuk mengurangi biaya perdagangan ternak selama ini. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel Abdul Aziz memgungkapkan, kementerian sudah mengalokasikan kapal di Sulsel, minimal satu unit dengan kapasitas 500 ekor satu kali pengiriman.

“Soal berapa kali transpor tergantung permintaan. Kalau ini berjalan dengan baik, tentunya yang diuntungkan adalah peternak dan pengusaha sendiri,” ujar Aziz, Kamis (21/1).

Ia mengungkapkan, kapal tersebut masih dalam tahap pembuatan yang dirancang khusus PT IKI dan PT Pelni. Sayangnya, pihaknya belum bisa memastikan kapan kapal bisa disediakan. “Kami tidak berani menjanjikan karena kami hanya menerima. Harapan kita lebih cepat lebih bagus,” ujarnya.

Aziz menambahkan, Dinas Peternakan sudah target pengiriman pertama minimal 5.000 ekor sapi ke DKI Jakarta. “Kita minta dua versi. Kalau mau bentuk hidup, kita sediakan bentuk hidup tetapi kalau mau bentuk karkas kita siapkan cold storage,” kata Aziz.

Dia mengungkapkan, saat ini pihaknya aktif mengirim sapi ke Kalimantan. “Sapi Sulsel yang lewat darat ke Mamuju, dari Mamuju ke Kalimantan. Itu setiap hari,” pungkasnya. (*)

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.