Green Wall: Hijaukan Kembali Kawasan Gede-Pangrango

Kawasan TN Gede Pangrango (dok. gedepangrango.org)

Jakarta, Villagerspost.com – Masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP) bersama lembaga Nalai Besar TNGPP, Conservation International (CI) Indonesia, dan Daikin Industries berhasil menghijaukan kembali kawasan seluas 300 hektare di wilayah tersebut. Proses penghijauan kawasan Gede-Pangrango yang memakan waktu selama 10 tahun itu dilakukan melalui program Green Wall.

Program ini merupakan upaya pemulihan ekosistem berbasis masyarakat, yang dilakukan sejak tahun 2008 oleh lembaga-lembaga terkait tersebut. Sekretaris Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Herry Subagjadi menyampaikan, terwujudnya keberhasilan pemulihan ekosistem Nagrak ini, berkat adanya kerjasama yang baik antara berbagai pihak.

“Tujuan pemulihan ekosistem tersebut adalah untuk mengembalikan ekosistem pada kondisi asli, atau mendekati aslinya. Upaya tersebut telah dilakukan selama kurang lebih 10 tahun dengan hasil yang signifikan. Hal ini merupakan dukungan yang sangat positif, dalam upaya pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia,” tuturnya dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Kamis (4/10).

Herry juga berharap, keberhasilan ini dapat menjadi contoh untuk diaplikasikan pada kawasan konservasi lainnya, karena menggunakan pendekatan berbasis masyarakat, yang menyatukan aspek sosial, ekologi, dan ekonomi dalam desain programnya, serta adanya kolaborasi pihak-pihak terkait, dalam penanaman dan pengawasan secara berkala. Manfaat nyata pemulihan ekosistem ini juga dirasakan oleh 750 keluarga sekitar kawasan.

Kepala Desa Cihanjawar Dodi Rahmat, mengungkapkan, kini masyarakat dapat memperoleh akses air bersih sepanjang musim dari mata air. Sebelumnya, masyarakat harus menempuh perjalanan selama 3-4 jam sepanjang 4,5 km untuk memperoleh air bersih dari sungai terdekat.

“Sekarang, mereka mendapatkan beragam manfaat, bukan hanya air bersih, tetapi alternatif ekonomi, tempat untuk rekreasi dan belajar, dan lain-lain. Setelah tahu dan mendapat dampak positif dari hutan yang ada, kami secara proaktif mendukung program itu, dan menjadi penjaga hutan,” ujarnya bangga.

Selain itu, lokasi pemulihan ekosistem ini menjadi habitat baru bagi satwa liar, sebanyak delapan jenis mamalia dan kurang lebih 50 jenis burung diketahui menggunakan area ini. Masyarakat juga turut menanam, memonitor, dan memelihara 120 ribu pohon di dalam kawasan, hingga memiliki tingkat keberhasilan tumbuh rata-rata 85-95%, dengan tingkat pertumbuhan tanaman rata-rata 57-120,5 cm per tahun.

Vice President CI Indonesia Ketut Sarjana Putra mengatakan, kunci kesuksesan program ini adalah masyarakat. “Kami telah melibatkan masyarakat sedari awal, dimulai dari merancang program, pemantauan, dan evaluasi. Ketika masyarakat merasakan manfaat dari upaya konservasi, maka masyarakat menjadi pelaku konservasi tersebut,” jelasnya.

Dalam dialog bertema “Cerita Sukses Pemulihan Ekosistem Hutan Tropis: Kemitraan Publik Swasta dalam Pemulihan Ekosistem di TNGGP” ini, turut hadir Honorary Officer Daikin Industries, Satoru Fujimoto. Fujimoto menjelaskan alasannya memilih Indonesia.

“Karena selain memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi, tetapi juga kami ingin berpartisipasi, dalam mengurangi kerusakan hutan di Indonesia,” ujarnya.

Apresiasi terhadap program Green Wall juga disampaikan oleh Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Nur Hygiawati. “Dalam rancangan masterplan redesign pembangunan hutan Indonesia, Bappenas melihat banyak peran strategis hutan di sejumlah aspek termasuk sebagai pilar utama pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs),” pungkasnya.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.