Greenpeace: Kerugian Ekonomi Akibat Polusi Udara Indonesia Sentuh US$11 Miliar

Aksi dan audiensi para aktvis Greenpeace dengan pihak KLHK di Gedung Manggala Wanabakti terkait polusi udara Jakarta (dok. greenpeace/jurnasyanto sukarno)

Jakarta, Villagerspost.comSebuah penelitian baru dari Greenpeace Asia Tenggara dan Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) mengungkapkan, polusi udara dari pembakaran bahan bakar fosil–terutama batu bara, minyak, dan gas–telah menghasilkan kerugian ekonomi hingga sebesar US$11 miliar di Indonesia saja. Greenpeace mengungkap lebih jauh, polusi yang dikaitkan dengan perkiraan 4,5 juta kematian setiap tahun di seluruh dunia, juga telah menghasilkan kerugian ekonomi mencapai US$2,9 triliun atau sekitar 3,3% dari PDB global, di seluruh dunia.

Greenpeace menegaskan laporan ini, merupakan laporan pertama yang menilai biaya global polusi udara dari bahan bakar fosil. Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Bondan Adrianyu mengatakan, sebagai warga negara, kita berhak untuk menghirup udara bersih. “Polusi udara telah menjadi masalah kesehatan dunia, yang menghilangkan jutaan nyawa setiap tahunnya,” papar Bondan, dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Rabu (12/1).

Dia mengungkapkan lebih jauh, biaya yang ditanggung akibat polusi udara di Indonesia mencapai US$11 miliar, dengan angka kematian dini mencapai 44 ribu jiwa sepanjang tahun 2018. “Mekanisme gugatan warga negara memungkinkan setiap dari kita untuk berbuat sesuatu, dan mendesak pemerintah agar segera melakukan tindakan untuk mengatasi krisis polusi udara,” tegasnya.

Bondan menegaskan kembali, pemerintah harus menghentikan pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batubara dan menutup PLTU yang sudah ada. Pemerintah didesak segera berinvestasi dalam sistem transportasi umum, dan transisi ke energi terbarukan secepat mungkin. “Di seluruh dunia orang-orang menuntut udara bersih, dan pemerintah harus mengambil tindakan,” kata Bondan.

Sementara itu, kuasa hukum para penggugat udara bersih Ibu Kota Jakarta Ayu Eza Tiara menegaskan, udara yang bersih merupakan hak dasar setiap warga negara dan telah diamanatkan oleh undang-undang. “Sudah seharusnya pemerintah terkait sesegera mungkin memenuhi hak dasar tersebut tanpa harus terus berkelit dan menunggu keputusan pengadilan yang menempuh waktu yang relatif lama,” ujarnya.

Juru Kampanye Udara Bersih Greenpeace Asia Timur Minwoo Son mengatakan, polusi udara merupakan ancaman bagi kesehatan dan ekonomi kita. Setiap tahun, polusi udara dari bahan bakar fosil menghilangkan jutaan nyawa, meningkatkan risiko stroke, kanker paru-paru, dan asma, dan menelan biaya triliunan dolar.

“Namun ini adalah masalah yang sudah cukup jelas solusinya, yaitu dengan beralih ke sumber energi terbarukan, meniadakan mobil diesel dan bensin, dan membangun transportasi umum. Kita perlu memperhitungkan biaya nyata bahan bakar fosil, tidak hanya untuk planet kita yang cepat memanas, tetapi juga untuk kesehatan kita,” ujar Minwoo Son.

Selain laporan terkait kerugian ekonomi, laporan Greenpeace bertajuk: “Toxic Air: The Price of Fossil Fuels” juga mengungkapkan beberapa fakta berikut:

  • Diperkirakan 40.000 anak meninggal sebelum ulang tahun kelima karena paparan polusi PM2.5 dari bahan bakar fosil, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah.
  • NO2, produk sampingan dari pembakaran bahan bakar fosil di kendaraan, pembangkit listrik dan pabrik, terkait dengan sekitar 4 juta kasus asma baru pada anak-anak setiap tahun, dengan sekitar 16 juta anak di seluruh dunia hidup dengan asma karena terpapar polusi NO2 dari bahan bakar fosil.
  • Polusi udara PM2.5 dari bahan bakar fosil dikaitkan dengan sekitar 1,8 miliar hari absen kerja karena penyakit setiap tahun di seluruh dunia, setara dengan perkiraan kerugian ekonomi tahunan sebesar 101 miliar USD.
  • Daratan Cina, Amerika Serikat, dan India menanggung kerugian tertinggi dari polusi udara bahan bakar fosil di seluruh dunia, masing-masing diperkirakan US$900 miliar, US$600 miliar, dan US$150 miliar per tahun.

Penghapusan secara bertahap bahan bakar fosil membawa manfaat bagi finansial dan kesehatan. Menurut sebuah studi yang diterbitkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, setiap US$1 yang diinvestasikan di bawah Undang-Undang Udara Bersih Amerika Serikat menghasilkan setidaknya US$30 sebagai imbalannya.

Demikian juga, satu hari bebas kendaraan bermotor (car free day) setiap minggu di Bogota, Kolombia menghasilkan US$3,20-US$4,30 dalam tunjangan kesehatan untuk setiap US$1 yang diinvestasikan dalam program ini, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Urban Health.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.