Greenpeace: Produsen Biskuit Oreo Gunakan Sawit yang Merusak Habitat Orangutan
|
Jakarta, Villagerspost.com – Hasil analisis pemetaan baru oleh Greenpeace Internasional mengungkapkan, pemasok minyak sawit untuk makanan ringan raksasa Mondelez telah terkait perusakan hampir 25.000 hektare habitat orangutan di Indonesia hanya dalam dua tahun. Mondelez adalah salah satu pembeli minyak sawit terbesar di dunia, yang digunakan di banyak produknya yang paling terkenal, termasuk cokelat batangan Cadbury, biskuit Oreo dan Ritz.
Investigasi Greenpeace International menemukan, bahwa antara tahun 2015 dan 2017, sejumlah 22 pemasok minyak sawitnya telah menggunduli hutan lebih dari 70.000 hektare–bahkan lebih luas dari kota Chicago di Amerika Serikat, tempat kantor pusat Mondelez berada. Pemasok minyak sawit untuk Mondelez juga tertuduh mempekerjakan anak-anak, eksploitasi pekerja, penebangan ilegal, hingga masalah kebakaran hutan dan perampasan tanah.
Greenpeace mengungkapkan, Mondelez mendapatkan banyak minyak sawit kotor ini dari Wilmar International–pedagang minyak sawit terbesar dan terkotor di dunia. “Ini sangat memalukan, sepuluh tahun lalu Mondelez berjanji membersihkan pasokan kelapa sawit mereka terbebas dari perusakan hutan, namun belum terlaksana,” kata Kepala Kampanye Hutan Global Greenpeace Indonesia, dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Selasa (13/11).
Kiki mengegaskan, minyak sawit dapat dibuat tanpa merusak hutan. “Namun penyelidikan kami menemukan bahwa pemasok Mondelez masih merusak hutan dan menghancurkan habitat orangutan, mendorong makhluk-makhluk cantik dan cerdas ini ke jurang kepunahan. Mereka terancam karena biskuit,” tegas Kiki Taufik.
Greenpeace mengungkapkan, tahun 2017, Mondelez menggunakan 306.554 ton minyak sawit dan turunannya, dan tahun 2016, Mondelez menggunakan 312.266 ton minyak sawit. Berdasarkan analisis daftar bahan baku, variasi manufaktur berarti bahwa kelapa sawit, canola, atau minyak kedelai dapat digunakan di berbagai daerah atau pabrik.
Greenpeace International juga menganalisis deforestasi oleh 25 kelompok produsen minyak sawit dan melakukan cek/referensi silang kelompok-kelompok tersebut dengan informasi rantai pasokan yang diterbitkan oleh Mondelez dan merek lain.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa deforestasi berasal dari sektor kelapa sawit merupakan ancaman serius bagi orangutan dan spesies terancam punah lainnya. Tahun lalu, sebuah studi meta komprehensif menyimpulkan bahwa jumlah orangutan Borneo telah berkurang separuh selama 16 tahun terakhir.
Studi terbaru juga menunjukkan, orangutan Sumatera dan orangutan Tapanuli yang baru ditemukan telah kehilangan lebih dari separuh habitat mereka antara tahun 1985 dan 2007. Ketiga spesies ini diklasifikasikan sebagai Terancam Parah, bersama dengan Harimau Sumatera dan Badak Sumatera.
Mondelez pertama kali berjanji untuk membersihkan rantai pasokannya pada tahun 2010, dan menerbitkan kebijakan ‘tanpa deforestasi, tanpa gambut, tanpa eksploitasi’ pada tahun 2014. “CEO Mondelez, Dirk Van de Put, berjanji untuk menawarkan konsumen ‘cemilan yang baik.’ Tapi tidak ada yang benar jika minyak sawit yang digunakan berasal dari perusakan hutan yang mengancam orangutan dan memicu perubahan iklim,” kata Kiki.
“Ini harus menjadi peringatan bagi Mondelez dan merek rumah tangga lainnya agar bertindak menghentikan suplai dari Wilmar hingga terbukti minyak sawitnya bersih dari deforestasi. Pada akhirnya, jika perusahaan merek besar tidak dapat menemukan minyak sawit yang cukup bersih untuk membuat produk mereka, maka mereka harus mulai menguranginya,” ujarnya.
Deforestasi di kawasan tropis telah menghasilkan lebih banyak emisi gas rumah kaca setiap tahun daripada seluruh Uni Eropa; mengungguli setiap negara kecuali Amerika Serikat dan Tiongkok. Pada bulan Oktober 2018, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyerukan penghentian segera deforestasi untuk membatasi suhu global yang meningkat menjadi 1,5 °C.
Pekan lalu, Sekretaris Eksekutif PBB dari Sekretariat Konvensi Keanekaragaman Hayati, Cristiana Pașca Palmer, memperingatkan bahwa hilangnya keanekaragaman hayati adalah ‘pembunuh diam-diam’ dan sebagai ancaman serius seperti perubahan iklim. “Mondelez harus membuktikan minyak sawit yang digunakannya berasal dari penanam yang tidak menghancurkan hutan atau mengeksploitasi,” pungkas Kiki.
Editor: M. Agung Riyadi