Hadapi MEA, Pertanian Harus Diperkuat
|
Jakarta, Villagerspost.com – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon mengatakan, tahun 2016 ini akan banyak tantangan yang akan dihadapi sektor pertanian. Salah satunya adalah pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Karena itu, kata dia, sektor pertanian harus diperkuat dalam menghadapi persaingan di pasar bebas Asean ini.
“Saya mendorong Pemerintah untuk memastikan kesiapan sektor pertanian menghadapi MEA, kata kuncinya dalah daya saing, jika komoditas pertanian tidak punya daya saing maka Indonesia akan dibanjiri produk luar dan hanya menjadi pasar,” kata Fadli Zon seperti dikutip dpr.go.id, Selasa (5/1).
Fadli Zon mengatakan, ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam memperkuat sektor pertanian. Pertama, regulasi baik pusat maupun daerah yang pro pertanian. Kedua, infrastruktur pertanian di sentra produksi. Ketiga, program pembinaan.
Perkuatan sektor pertanian ini juga dinilai penting karena selain menghadapi globalisasi, pertanian juga akan menghadapi tantangan alam yang semakin berat berupa perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan pola cuaca dan curah hujan menjadi tak menentu yang bisa mengakibatkan kekeringan panjang dan banjir.
Dua tantangan besar ini, kata Fadli, harus diantisipasi dengan strategi mitigasi dan adaptasi. “Kita harus belajar dari kejadian 2015. Jika tidak, bukan hanya kualitasnya yang tidak ada daya saing, namun juga kuantitasnya akan berkurang signifikan,” ujarnya.
Dia mendesak pemerintah untuk serius dalam mengembangkan desa penangkar benih, terutama di luar Jawa. “Desa dengan dana APBN harus dapat menjadi pemenuh kebutuhan usaha tani terhadap benih untuk berproduksi sehingga roda perekonomian desa berputar semakin lancar,” terangnya.
Selain itu, permasalahan klasik distribusi pupuk harus dituntaskan. TNI-Polri, dengan kemampuan utama yang dimilikinya perlu dilibatkan dalam pengawasan dan penindakan hukum dalam distribusi pupuk sehingga tidak langka, harga terjangkau dan tepat waktu.
“Posisi mengawasi distribusi pupuk di lapangan, menjadikan TNI-Polri tepat guna dan semakin mendukung upaya khusus (Upsus) pemerintah di sektor pertanian menjadi tepat. Dengan menyentuh masalah mendasar, sektor pertanian bisa lebih siap lagi menghadapi MEA,” ujarnya.
Sebelumnya, Fadli Zon saat menerima delegasi parlemen China juga mengatakan, Indonesia bisa belajar mengembangkan pertanian dari China. Dia mengatakan saat ini, di setiap provinsi di China memiliki akademi pertanian sendiri.
Komoditas pertanian dibangun dari setiap provinsi dan masing-masing memiliki kekhasan sendiri. Indonesia perlu banyak belajar dari sistem pertanian dari negeri tirai bambu tersebut. Penerapan teknologi pertanian harus pula ditularkan ke Indonesia yang kini sedang mencanangkan kembali swasembada beras.
“Saya kira Tiongkok sangat mengedepankan ketahanan dan kedaulatan pangannya. Kita perlu belajar karena seperti disampaikan oleh Pan Yunhe (pemimpin delagasi parlemen China), yang paling penting dalam pertanian adalah penggunaan teknologi,” ujarnya.
Teknologi pertanian, kata Fadli, bukan hanya sekadar mekanisasi pertaniannya, tetapi juga bibit, benih, pengairan, dan sebagainya. “Ini yang seharusnya menjadi catatan penting bagi Indonesia,” ujarnya.
Fadli menyatakan, kemajuan ekonomi China luar biasa. “Sekarang devaluasi yuan saja bisa menyebabkan rupiah melemah. Tiongkok sudah menjadi leader di kawasannya,” pungkasnya. (*)