Harga Gabah Naik, Kementan Sebut Sinyal Baik Bagi Petani

Petani menjemur gabah (dok. kementerian pertanian)

Jakarta, Villagerspost.com – Kementerian pertanian menilai, kenaikan harga gabah menjadi sinyal yang baik bagi petani. Pasalnya, kenaikan harga gabah di tingkat petani, turut menjadi variabel pendongkrak peningkatan nilai tukar petani (NTP) pada Mei 2021.

“Bulan Mei sebagian wilayah masih panen raya. Jadi, kenaikan harga gabah ini merupakan sesuatu yang positif bagi para petani kita karena harga gabah masih bisa terjaga dengan baik,” kata Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri, di Jakarta, Rabu (2/6).

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, terdapat kenaikan harga gabah pada Mei 2021 setelah sebelumnya anjlok selama tiga bulan berturut-turut. Rata-rata harga gabah kering panen (GKP) tingkat petani mencapai Rp4.398 per kilogram (kg) atau naik 2,87 persen dari posisi April.

Kuntoro mengakui, pada April 2021, harga gabah di tingkat petani memang sempat mengalami penurunan sebanyak 2,51 persen. Kondisi tersebut disikapi pemerintah dengan menggiatkan gerakan serapan gabah di berbagai sentra produksi.

Dia menjelaskan, gerakan serap gabah dan pengendalian harga di tingkat petani dilakukan sinergis oleh Kementan bersama Bulog, BUMN klaster pangan, dan pemerintah daerah. Sinergi tersebut terus dilakukan secara maksimal agar mampu menjaga harga gabah di tingkat petani dan mencegah turunnya NTP lebih dalam.

“Jadi, capaian bulan Mei ini tak bisa dilepaskan dari kerja keras banyak pihak,” katanya.

BPS mencatat nilai tukar petani (NTP) dan nilai tukar usaha pertanian (NTUP) pada Mei 2021 naik dibandingkan bulan sebelumnya. NTP Mei 2021 disebut meningkat 0,44 persen menjadi 103,39, sedangkan NTUP meningkat 0,48 persen menjadi 104,04 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, kenaikan NTP disebabkan kenaikan indeks harga yang diterima petani nasional, mencapai 0,66 persen. Kenaikan tersebut lebih tinggi dibandingkan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,21 persen.

Kenaikan NTP nasional pun didukung oleh kenaikan NTP sejumlah subsektor, salah satunya tanaman pangan. “Untuk tanaman pangan, NTP meningkat sebesar 0,63 persen,” jelas Setianto.

Peningkatan NTP tanaman pangan disebutnya turut dipengaruhi sejumlah komoditas strategis, yaitu jagung, gabah, kacang tanah, dan ketela pohon. Performa komoditas-komoditas tersebut tergambar dari kenaikan indeks harga yang diterima oleh petani tanaman pangan yang mencapai 0,84 persen.

Selain tanaman pangan, subsektor perkebunan masih menjadi penyumbang terbesar kenaikan NTP. Tercatat, kenaikan NTP perkebunan mencapai 1,05 persen. “Peningkatan NTP perkebunan dipengaruhi performa komoditas kelapa sawit, karet, cengkih, kopi, kelapa, palawija, pinang, dan kakao,” katanya menjelaskan.

Sementara itu, NTP peternakan juga turut mengalami kenaikan sebesar 0,85 persen. Menurut Setianto, kenaikan indeks harga yang diterima petani mencapai 1,15 persen, lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani. Komoditas-komoditas yang memengaruhi kenaikan NTP peternakan, antara lain, sapi potong, ayam ras petelur, kerbau, babi, dan biri-biri.

Peningkatan NTP juga turut diikuti oleh peningkatan NTUP. Sama seperti NTP, peningkatan NTUP turut dipicu oleh kinerja positif NTUP subsektor tanaman pangan, perkebunan rakyat, dan peternakan yang masing-masing meningkat sebanyak 0,66, 1,07, dan 0,75.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.