Hari Konservasi Alam Nasional: Menyelamatkan Alam, Menyejahterakan Masyarakat, Mencegah Kepunahan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menandatangani prasasti peringatan Hari Konservasi Alam Nasional, di Bitung, Sulawesi Utara (dok. Kementerian LHK)

Jakarta, Villagerspost.com – Puncak acara peringatan 10 tahun Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) yang jatuh setiap tanggal 10 Agustus, baru saja berlalu. Namun pesan-pesan penting terkait pentingnya pengelolaan alam secara berkelanjutan masih terus bergaung dari Bitung, Sulawesi Utara yang menjadi tuan rumah acara peringatan yang digelar sejak tanggal 28-31 Agustus lalu. Ada beberapa pesan kunci terkait pengelolaan alam yang lestari.

Seperti disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, konservasi bukan sekadar melestarikan lingkungan hidup namun juga harus meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang hidup di sekitar kawasan konservasi. Darmin menegaskan, ada tiga pilar konservasi yaitu: perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya.

Darmin menyampaikan, kawasan konservasi secara alami sudah memberikan peran besar dalam menunjang pembangunan masyarakat dan wilayah sekitar melalui fungsi-fungsi ekosistem yang berjalan di dalamnya.

“Namun, sejalan dengan semangat pembangunan produktif saat ini, mari kita menambahkan nilai yang lebih tinggi lagi kepada kawasan konservasi melalui pengembangan pemanfaatannya yang bersifat lestari dan berkelanjutan,” terang Darmin.

Penyerahan penghargaan Kalpataru kepada 10 orang pejuang lingkungan (dok. Kementerian LHK)

Dia mengungkapkan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sendiri terus mendorong pembangunan berkelanjutan seperti di Kawasan Jantung Kalimantan. Pengelolaan Kawasan Jantung Kalimantan ini merupakan inisiatif tiga negara yaitu Indonesia, Brunei Darussalam dan Malaysia.

Saat ini juga tengah disusun Rencana Tata Ruang Kawasan Jantung Kalimantan sebagai dasar arah penataan ruang untuk Kawasan Jantung Kalimantan. Kawasan ini merupakan salah satu kawasan konservasi keanekaragaman hayati penting dunia.

Selain itu, untuk mewujudkan Ekonomi Hijau (Green Economy), pemerintah juga mendorong Pengelolaan Koridor Ekosistem RIMBA (Riau, Jambi dan Sumatra Barat). Tujuannya untuk mengelola koridor satwa yang saat ini terancam keberadaannya oleh aktivitas pembangunan. Kegiatan utama yang dilakukan antara lain melindungi ekosistem, meningkatkan dan memperbaiki ekosistem yang rusak, dan menggunakan Jasa Lingkungan dan Payment for Ecosystem Services (PES).

Pada kesempatan yang sama, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengingatkan kembali pentingnya menjaga sumber daya alam Indonesia. Selain dikenal sebagai ‘Megabiodiversity Country’ atau negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, Indonesia juga dikenal sebagai ‘Biodiversity Hotspot’.

”Yaitu Negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi, sekaligus menghadapi keterancaman atas kepunahannya juga tinggi,” kata Siti. Dia memaparkan, keanekaragaman hayati Indonesia menurut data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sangat besar. Indonesia memiliki sekitar 720 jenis mamalia (13% dari jumlah jenis dunia), 1.605 jenis burung (16% jumlah jenis dunia), 723 jenis reptilia, 1.900 jenis kupu-kupu, 1.248 jenis ikan air tawar, dan 3.476 jenis ikan air laut.

Atraksi tarian tradisional turut memeriahkan puncak acara peringatan HKAN (dok. Kementerian LHK)

Jumlah itu belum termasuk jenis-jenis invertebrata seperti udang, kepiting, laba-laba, dan serangga lainnya. Demikian pula dengan keragaman budaya yang sangat kaya dan unik di setiap kelompok masyarakat yang tersebar di ribuan pulau-pulau seluruh tanah air.

Sayangnya, kekayaan keanekaragaman hayati itu, kini dalam ancaman besar kepunahan. ”Potret saat ini tidak begitu menggembirakan,” ungkap Siti.

Salah satu hewan yang terancam punah ironisnya adalah satwa yang dijadikan simbol dari peringatan HKAN kali ini, yaitu Yaki (Macaca nigra). Yaki terancam punah karena tingginya aksi perburuan liar, dan hilangnya habitat populasi satwa endemik Sulawesi Utara ini. Dalam kurun waktu 30 tahun, populasi Yaki menurun hingga 80%.

Ancaman kepunahan ini, juga terjadi pada banyak jenis satwa lain. Siti Nurbaya mengatakan ancaman kepunahan disebabkan karena bertambahnya kebutuhan lahan dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang tidak dapat dihindari.

Hal itu merupakan dampak lahirnya pusat-pusat pertumbuhan, pembangunan, diiringi dengan perkembangan dan mobilitas penduduk. “Tantangannya adalah bagaimana kita dapat mensinergikan dan menyeimbangkan antara tiga pilar pembangunan berkelanjutan, yaitu pilar ekonomi, pilar ekologi, dan pilar sosial budaya,” kata Siti.

Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiranto juga mengajak warga masyarakat, khususnya di Bitung untuk ikut melestarikan Yaki. “Khusus untuk Yaki, perlu dilakukan upaya untuk pengembangan. Kurangi atau tekan perburuan terhadap hewan langka ini,” ajak Wiranto.

Dalam kesempatan itu, pemerintah juga menyerahkan Anugerah Kalpataru tahun 2018 kepada para pejuang kelestarian alam. Anugerah Kalpataru tersebut diserahkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri LHK Siti Nurbaya.

Anugerah Kalpataru tahun 2018 ini diserahkan kepada10 individu (perseorangan) ataupun kelompok yang dinilai berjasa dalam melestarikan lingkungan hidup baik dalam merintis, mengabdi, menyelamatkan dan membina dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan. Seluruh pemenang penghargaan ini merupakan hasil dari Sidang Dewan Pertimbangan Penghargaan Kalpataru yang telah dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2018

Anugerah Kalpataru terbagi menjadi empat kategori, yaitu: 1. Perintis Lingkungan, 2. Pengabdian Lingkungan, 3. Penyelamatan Lingkungan, dan 4. Pembina Lingkungan. Tahun ini, anugerah Kalpataru dalam kategori Perintis Lingkungan diberikan kepada: Juwari dari Bantul DIY, dan Oday Komariyah dari Kabupaten Bandung Jawa Barat.

Menteri LHK dan Menko Perekonomian meninjau stand-stand di kawasan acara puncak perigatan HKAN di Bitung, Sulawesi Utara (dok. kementerian LHK)

Untuk kategori Pengabdi Lingkungan, Kalpataru diberikan kepada Junaidi dari Kota Pekanbaru yang kegiatan pelestarian lingkungannya ada di Kabupaten Kampar, Riau, Widodo dari Bantul DIY, dan Wutmaili Romuty, S.Pd, ST, MT dari Ambon.

Untuk kategori Penyelamat Lingkungan, Kalpataru diberikan kepada Yayasan Lembu Putih Taro dari Gianyar Bali, Kelompok Tani Ngudi Rejeki dari Patuk Gunung Kidul dan Habitat Masyarakat Peduli Alam Raya (HAMPAR) dari Tulungagung Jawa Timur.

Terakhir, untuk kategori Pembina Lingkungan, Kalpataru diberikan kepada Ir. Bambang Irianto dari Kota Malang Jawa Timur, dan Mochamad Indrawan. Dr., M.Sc. dari Bogor yang kegiatan pelestarian lingkungannya dilakukan di Kabupaten Banggai Kepulauan.

“KLHK selalu mendorong partisipasi para pihak dalam pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan, untuk itu kita memberikan apresiasi lewat penghargaan bagi individu dan kelompok yang telah berhasil melakukan pelestarian lingkungan hidup melalui Kalpataru”, ujar Siti Nurbaya.

Siti juga berpesan bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam menjaga kelestarian alam seluruh kebijakan yang diambil pemerintah haruslah mendapatkan dukungan dari komunitas, untuk itu pemahaman lapangan itu sangat penting bagi para pejabat pemerintah. Hal ini menurutnya juga agar upaya menjaga pelestarian lingkungan hidup dapat tetap mendukung pertumbuhan ekonomi dan sosial.

Sementara itu Bambang Supriyanto, Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) KLHK dalam konferensi pers menyatakan, penghargaan Kalpataru tahun ini adalah yang ke-27 sejak diadakan pertama kali tahun 1980. “Total keseluruhan pemenang penghargaan ini sudah 368 individu atau kelompok,” ujarnya

Bambang menegaskan, sejatinya penghargaan kalpataru merupakan amanah bagi penerimanya untuk tetap menjaga dan bahkan meningkatkan peranannya dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan. Kepeloporan para penerima penghargaan kalpataru ini akan direplikasi dan dikembangkan terus menerus, sehingga diharapkan akan memiliki daya ungkit kepada individu dan kelompok lain untuk mau ikut melindungi lingkungan hidup demi kelestarian ekologi, sosial dan ekonomi.

Para penerima Penghargaan Kalpataru selain mendapat trophy dan hadiah, akan mendapat biaya pembinaan untuk mereplikasi upaya yang telah dilaksanakan dan diikutsertakan dalam program perhutanan sosial.

Pemberian Penghargaan Kalpataru ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, membuka peluang bagi berkembangnya inovasi dan kreativitas, serta mendorong prakarsa masyarakat, sebagai bentuk apresiasi dan motivasi kepada individu maupun kelompok yang telah berpartisipasi aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.