Hari laut Sedunia: Indonesia Runner Up Pembuang Sampah Plastik ke Laut Terbanyak

Ratusan karung sampah yang didominasi sampah plastik berhasil dibersihkan dari kawasan TN Bunaken (dok. tn bunaken)

Jakarta, Villagerspost.com – Masyarakat global peringati Hari Laut Sedunia 2018 dengan pesan utama pulihkan ekosistem laut demi generasi mendatang dari ancaman kerusakan, seperti sampah, pencemaran industri, penangkapan ikan berlebih, reklamasi pantai dan pengasaman laut sebagai dampak perubahan iklim. Pusat Data dan Informasi KIARA (Mei 2018) mencatat, sedikitnya 1,29 juta ton sampah dibuang ke sungai dan bermuara di lautan tiap tahun.

Dari jumlah tersebut, terdapat 13.000 plastik mengapung di setiap kilometer persegi setiap tahunnya. Ironisnya, Indonesia ditempatkan sebagai runner–up (posisi kedua) setelah Cina dari 20 negara yang paling banyak membuang sampah plastik ke laut setiap tahunnya. Disusul Filipina, Vietnam, Sri Lanka, Thailand, Mesir, Malaysia, Nigeria, dan Bangladesh.

“Masih banyak orang yang berpikir bahwa laut adalah tempat sampah besar padahal laut adalah sumber pangan yang strategis,” kata Susan Herawati, Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) kepada Villagerspost.com, Jumat (8/6).

Menariknya, dalam siklus 11 tahun, jumlah plastik mengalami peningkatan dua kali lipat, dengan kemasan dan bungkus makanan atau minuman yang menjadi jenis sampah plastik terbesar. Di sisi lain, Pusat Data dan Informasi KIARA (2018) mencatat, dalam kurun waktu 1998 sampai dengan 2017, diperkirakan telah terjadi 37 kasus tumpahan minyak di perairan Indonesia.

Beberapa contoh kasus yang dapat disebutkan adalah pencemaran kawasan perairan Timor di Nusa Tenggara Timur, pada tahun 2016, akibat ledakan ladang minyak di Blok Atlas Australia milik Petroleum Authority of Thailand Exploration and Production Public Company Limited (PTTEP). “Sampai saat ini, kerugian ekologis akibat pencemaran ini belum dipulihkan,” kata Susan.

Dalam konteks inilah, kata dia, kebijakan yang konsisten dari pemerintah sangat dibutuhkan. Misalnya moratorium proyek reklamasi pantai, proyek tambang di pesisir dan pembolehan dumping ke perairan nasional.

“Pendidikan dan penyadaran mengenai laut dan sampah plastik, penting dilakukan oleh bersama oleh lintas kementrian seperti KKP, KLHK dan Kemenko Maritim, karena sampai saat ini laut masih dipahami sebagai tempat pembuangan akhir sampah manusia,” ujar Susan

Susan menegaskan, kini adalah saatnya masyarakat global bergegas menyelamatkan ekosistem laut yang terancam. Untuk itu, dibutuhkan langkah konkret untuk menghentikan dan memulihkan laut yang rusak dan tersisa.

“Jika laut terus tercemar, maka kehidupan manusia terancam. Pada titik inilah pentingnya membangun kesadaran utuh untuk segera menghentikan pembuangan sampah plastik ke laut,” pungkas Susan.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.