Hari Orangutan Sedunia: Kalimantan Barat Rumah Bagi Orangutan
|
Jakarta, Villagerspost.com – Memperingati Hari Orangutan Sedunia yang jatuh pada 19 Agustus lalu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat bersama para mitranya menggelar peringatan dengan teman “Kalimantan Barat Rumah Bagi Orangutan, Mari Bergerak Bersama Selamatkan Orangutan Kalimantan”. Dalam kegiatan tersebut, pihak BKSDA Kalbar menggelar berbagai lomba seperti lomba mewarnai serta kampanye perlindungan orangutan.
Para mitra yang berkolaborasi dalam kegiatan ini antara lain Yayasan Titian Lestari, WWF Indonesia-Kalbar, Forum Orangutan Kalimantan Barat (FOKKAB), Yayasan Palung dan Yayasan Planet Indonesia (YPI). Kepala BKSDA Kalimantan Barat Sadtata Noor Adirahmanta mengatakan, saat ini memang sudah waktunya kampanye konservasi, khususnya mengenai penyelamatan orangutan, dilakukan secara lebih masif dan berskala luas sehingga dapat menyentuh segala lapisan masyarakat, termasuk generasi muda.
“Ajak mereka dan libatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan penyelamatan orangutan. Beri pemahaman kepada masyarakat pentingnya satwa ini di dalam ekosistem. Hingga suatu saat nanti seluruh masyarakat menyadari bahwa sesungguhnya manusia bisa hidup berdampingan dengan orangutan,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Selasa (21/8).
Orangutan adalah satu-satunya kera besar di benua Asia dan merupakan satwa endemik yang hanya dijumpai di pulau Kalimantan dan Sumatera. Orangutan terdiri dari tiga spesies yaitu; Pongo pygmaeus (Orangutan Kalimantan), Pongo abelii (Orangutan Sumatera) dan Pongo tapanuliensis (Orangutan Tapanuli) spesies orangutan baru yang dirilis pada tahun 2017.
Saat ini, diperkirakan hanya terdapat 57.350 individu orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di habitat seluas 181.692 km2, mencakup wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Sarawak-Malaysia. Di Kalimantan Barat, diperkirakan terdapat lebih kurang 20.330 individu orangutan terdiri dari Pongo pygmaeus pygmaeus sebanyak lebih kurang 4.520 individu dan Pongo pygmaeus wurmbii sebanyak kurang lebih 15.810 individu yang tersebar di dalam dan di luar kawasan konservasi.
Rangga Irawan dari Yayasan Titian Lestari sebagai penanggungjawab kegiatan mengatakan, tujuan utama dari peringatan Hari Orangutan Internasional ini adalah untuk memperkenalkan orangutan kepada publik dengan harapan akan timbul kepedulian terhadap lingkungan terutama pentingnya melestarikan habitat dan populasi orangutan di Kalimantan Barat.
“Kita ketahui bersama, hampir 70% populasi orangutan berada di luar kawasan konservasi. Diantaranya metapopulasi di bagian utara pesisir Kalimantan Barat, tepatnya di sekitar Kabupaten Sambas dan metapopulasi di bagian selatan Kalimantan Barat, tepatnya di Kabupaten Mempawah dan Kubu Raya,” paparnya.
Manajer Program Kalimantan Barat, WWF-Indonesia mengatakan, keberadaan metapopulasi ini, dalam kondisi kritis karena jumlahnya yang kecil dan habitatnya terfragmentasi. Dalam kesempatan ini, kami mengajak seluruh elemen masyarakat, swasta dan pemerintah untuk turut serta menjaga dan melestarikan orangutan. “Besar harapan kami kedepannya tidak terjadi lagi konversi hutan, terutama pada kawasan-kawasan yang menjadi habitat orangutan. Kelestarian orangutan dan habitatnya, pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi manusia,” ujar Albertus Tjiu,
Ketua Forum Orangutan Kalimantan Barat (FOKKAB) Syamsuri menjelaskan, populasi orangutan Kalimantan khususnya yang ada di Kalimatan Barat tidak luput dari ancaman seperti berkurangnya habitat akibat dari fragmentasi habitat karena konversi hutan menjadi perkebunan, kebakaran hutan dan penebangan liar. Kemudian, berkurangnya habitat ini berdampak seringnya terjadi konflik antara manusia dengan orangutan yang pada akhirnya sering menyebabkan kematian orangutan.
“Ancaman lainnya adalah perburuan orangutan untuk diperdagangkan maupun dipelihara, berkurangnya populasi orangutan yang lebih dari 50% menjadikan status orangutan Kalimantan naik statusnya dari genting (endangered) menjadi kritis (critically endangered) berdasarkan daftar merah (red list) IUCN tahun 2016,” ujar Syamsuri .
“Karena itu, diperlukan kepedulian dan sinergi bersama antara pemerintah, swasta, masyarakat, akademisi, dan NGO untuk menjaga agar orangutan Kalimantan tetap lestari dan bertahan hidup di alam bebas di tengah berbagai ancaman kerusakan lingkungan,” pungkasnya.
Editor: M. Agung Riyadi