Ikhtiar Melibatkan Pemuda dalam Pengelolaan Lahan Hutan dan Pertanian
|
Bogor, Villagerspost.com – “Siapa yang akan melanjutkan produksi pangan kita nanti? Siapa yang akan mengelola hutan kita, yang saat ini ditargetkan oleh Presiden Joko Widodo agar dikelola masyarakat seluas 12,7 juta hektare?” “Apakah generasi muda saat ini bisa melanjutkan pengelolaannya walaupun mereka tidak lagi banyak terlibat di dalam pengelolaan sumber daya alam saat ini?”
Berbagai pertanyaan tersebut menjadi dasar bagi Rimbawan Muda Indonesia (RMI), serta 4 organisasi lainnya dari Kamboja (Farmers Nature Net/FNN), Bangladesh (Community Development Association/CDA), India (Ekta Parishad), dan Filipina (Asia Farmers Association/AFA). Kelima organisasi yang tergabung dalam platform International Land Coalition (ILC) Asia itu, kemudian menyelenggarakan seminar dan lokakarya dengan judul “Securing the Future: Land Rights for Rural Youth” (Memastikan Masa Depan: Hak atas Tanah bagi Generasi Muda).
Selain itu ada juga Terre des Hommes Germany di bawah kampanye Our Rivers Our Lives (OROL) juga merupakan pihak yang tertarik mendukung terlaksananya kegiatan ini karena fokus mereka dalam memastikan generasi muda mendapatkan haknya atas lingkungan hidup. Rangkaian acara untuk mendorong perhatian akademisi, organisasi masyarakat dan pemerintah ini diadakan bersamaan dengan Hari Pemuda Internasional yang dirayakan setiap tanggal 12 Agustus 2017
Dalam sesi acara diskusi yang dilangsungkan di Bogor, Kamis (10/8) itu, dilaksanakan diskusi antar pemuda/i dan dengan para peserta dewasa, serta sesi kuliah umum. Acara kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke salah satu desa di Bogor, Jawa Barat, untuk mengajak para pemuda saling mendukung agar generasi muda terus terlibat dan melanjutkan pengelolaan sumber daya alam, termasuk pertanian, di wilayah mereka.
Sesi kuliah umum disampaikan oleh Profesor Benjamin White dari International Social Studies Den Haag, Belanda. Ben menyampaikan kuliah umum yang berjudul “Youth, Land, and the Future of Farming”– Anak muda, Tanah dan Masa Depan Pertanian.
Ben White menyatakan, pernyataan anak-anak muda yang menyatakan diri tidak ingin menjadi petani, agar tidak serta merta diambil oleh pembuat kebijakan dan para pemangku kepentingan, untuk menyatakan bahwa pertanian skala kecil kurang membawa profit, dan tidak akan menjadi penghidupan di masa depan. “Pemangku kebijakan perlu mencermati bahwa keengganan generasi muda untuk tidak terlibat dalam pengelolaan sumber daya alam, termasuk pertanian, tidak membuat pertanian skala industri/korporasi serta merta menjadi pilihan terbaik dalam pengelolaan sumber daya alam di masa depan,” ujarnya.
Ben White juga menambahkan, pertanian skala kecil hingga saat ini tetap merupakan sektor terbesar yang menyumbang pada produksi pangan dan pengelolaan sumber daya alam, hingga lebih dari 95%.
Sementara itu, Direktur Eksekutif RMI Mardha Tillah dalam presentasinya menyatakan, pemerintah perlu mulai memikirkan untuk melibatkan anak muda dari sekarang. “Pelibatan pemuda penting untuk memberikan kesempatan peningkatan kapasitas bagi mereka yang kehidupannya lebih bergantung pada pengelolaan sumber daya alam,” tegasnya.
Yasiman, salah satu peserta dari Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat, menyampaikan kegembiraannya bisa mengikuti acara ini. “Saya belajar banyak dari kegiatan ini. Bahwa anak-anak muda perlu diberi kesempatan untuk terlibat dalam pengelolaan pertanian, karena ini merupakan generasi yang akan melanjutkan pertanian kita di masa depan,” ujarnya. (*)