Impor Garam Matikan Petani
|
Jakarta, Villagerspost.com – Persoalan impor garam kian hari kian mengkhawatirkan. Jumlah impor dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan sehingga mengancam produksi garam nasional. Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti mengatakan, pada tahun 2014 impor garam mencapai 2,2 juta ton. Sementara tahun ini di kuartal pertama 2015 impor garam sudah mencapai angka 405 ribu ton.
Hal ini membuat Susi keheranan karena Indonesia yang memiliki wilayah 2/3 nya adalah lautan, tetapi untuk memenuhi kebutuhan garam masih tetap bergantung oleh impor. “Impor garam ini telah menjatuhkan harga garam dalam negeri sehingga berdampak pada menurunnya semangat para petambak dan petani untuk memproduksi garam,” kata Susi seperti dikutip kkp.go.id, Kamis (6/8).
Pihak KKP sendiri, kata Susi, sudah mengadakan pertemuan dengan Kementerian Perdagangan, importir, asosiasi yang menghabiskan waktu enam jam. “Pertemuan itu diakhiri kekecewaan karena tidak ada good will dari pihak perusahaan (importir),” ujarnya.
Importir garam keberatan untuk mengurangi impor garam dikarenakan alasan kualitas garam lokal tak sesuai dengan kebutuhan industri. “Mereka berprinsip kualitas garam petani tidak bagus. Pada pertemuan waktu itu, tidak ada kesepakatan, tidak ada niatan mengurangi impor,” lanjut Susi.
Ketergantungan pada impor garam dapat membahayakan ketahananan pangan. Terlebih komoditas itu merupakan komoditas pangan yang strategis.
“Kalau kita impor saja, suatu saat dolar naik, harganya naik, ketahanan pangan kita terganggu. Kalau melihat itu, akhirnya orang maunya impor, tidak mau bekerja,” tegas Susi.
Oleh karena itu, pemerintah akan menerapkan garam nasional dengan mempertahankan swasembada garam konsumsi sebesar 1,4 juta ton. Namun, langkah itu harus didukung oleh segenap pihak terkait agar dapat terealisasikan.
“Ada 30.000 keluarga household petani garam ingin jadikan swasembada garam dan tingkatkan kualitas produksi garam petani,” tandasnya.
Adapun, tahun ini KKP menargetkan dapat mengurangi impor garam industri hingga tinggal 1 juta ton dengan meningkatkan produksi garam substitusi impor hingga 1 juta ton. Peningkatan produksi 1 juta ton tersebut diperoleh dari PT Garam sebanyak 350 ribu ton, dan sisanya dari program pemberdayaan petani yang dilakukan oleh pemerintah.
KKP sendiri meramalkan bahwa kapasitas produksi garam nasional hingga akhir 2015 bisa mencapai 4 juta ton. Angka ini adalah kenaikan sebesar 56,8 persen dibanding 2014 yang sebesar 2,55 juta ton per tahun. Sedangkan kebutuhan garam nasional pada tahun lalu mencapai 4,01 juta ton per tahun yang terdiri dari 2,05 juta ton kebutuhan garam industri dan 1,96 juta ton garam konsumsi.
Susi sendiri, hari ini, Rabu (6/8) melaporkan persoalan banjir garam impor ini ke Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta. Susi memminta kepada Jokowi agar soal impor garam harus diatur supaya tak merugikan petani dan masyarakat.
Saat ini importir garam atau industri lebih memilih memakai garam industri asal impor daripada lokal, padahal sedang musim panen. “Saya mengerti bahwa beberapa industri membutuhkan garam yang sudah pasti kualitasnya. Tapi kan tidak sebesar kuota yang mereka buka sekarang ini,” kata Susi.
Saat ini, izin impor garam yang sudah diterbitkan Kementerian Perdagangan (Kemendag) ke importir sudah setara 75% dari kebutuhan impor garam industri tahun lalu. Tercatat Januari hingga 30 Juni 2015 telah diterbitkan izin impor garam sebanyak 1,506 juta ton. (*)