Indonesia Diambang Krisis Petani
|
Jakarta, Villagerspost.com – Kondisi regenerasi petani yang mandeg dalam kurun 10 tahun terakhir menjadi keprihatinan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP). Tak adanya regenerasi petani tak hanya mengancam penurunan produksi namun juga kedaulatan pangan negara.
“Bagaimana jadinya jika tak ada lagi petani yang memproduksi pangan yang cukup. Maka bisa jadi kebutuhan pangan kita sepenuhnya bergantung dari impor. Situasi ini sangat membahayakan kedaulatan negara karena kita menjadi sangat tergantung negara lain,” kata Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan Said Abdullah, dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Senin (10/8).
Mandegnya regenerasi juga menyebabkan terus menurunnya jumlah tenaga kerja disektor pertanian. Dalam catatan KRKP, empat tahun terakhir tenaga kerja di sektor pertanian berkurang sebanyak 3,15 juta orang. Jika pada tahun 2010 tenaga kerja pertanian mencapai 38,69 juta orang maka pada tahun 2014 tinggal 35,54 juta orang.
Menurut Said, saat ini kita sudah mulai kekurangan petani. Jika ini dibiarkan bisa jadi dalam waktu 5-10 tahun yang akan datang kita akan mengalami krisis petani. Hal ini bisa terjadi jika melihat keragaan petani kita saat ini.
Data statistik menunjukkan bahwa mayoritas petani 54,37% atau 14,21 juta rumah tangga petani berusia antara 35-54 tahun. Petani yang berusia lebih dari 54 tahun sebanyak 32,76% atau setara 8,56 juta rumah tangga. Sementara petani yang berusia kurang dari 35 tahun hanya 12,87%.
Dr. Suryo Wiyono dari Direktorat Pusat Kajian Strategis Kebijakan Pertanian (KSKP) Institut Pertanian Bogor menyatakan, pertanian tanaman pangan merupakan subsektor yang paling rendah komposisi petani mudanya. Jika tak ada regenerasi di subsektor tanaman pangan atau padi maka ini sangat mengkhawatirkan.
“Ancaman penurunan produksi beras nasional diambang mata padahal permintaan terus meningkat. Jika kita sampai mengimpor terus pangan pokok kita ini sangat membahayakan,” lanjut Suryo.
Dalam catatan KRKP selama kurun 10 tahun terakhir kita telah mengimpor beras tak kurang dari 7,3 juta ton. Periode 2005-2009 laju impor beras baik menjadi 117,4 persen dan periode 2010-2013 naik hingga 482,6 persen. Dengan berkurangnya petani dimasa yang akan datang maka bisa jadi seluruh kebutuhan beras kita diimpor.
Persoalan regenerasi petani hendaknya penjadi perhatian para pihak terutama pemerintah terlebih pemerintahan saat ini juga menjanjikan terjadinya regenerasi petani seperti tertuang dalam nawa cita. “Kesungguhan dan komitmen pemerintah mutlak diperlukan untuk menjamin ketahanan dan kedaulatan pangan,” tegas Said.
Hal inilah yang terungkap dalam talkshow bertema “Regenerasi Petani Menuju Kedaulatan Pangan Indonesia” yang diselenggarakan KRKP pada 10 agustus 2015 di Kampus IPB Darmaga. Talkshow ini sendiri dilakukan sebagai rangkaian kegiatan penyadaran publik tentang regenerasi petani.
Adapun rangkaian kegiatan terdiri dari lomba foto dengan tema petani indonesia melalui media sosial, pameran foto dan infografik pertanian yang digelar sejak Juli 2015 dan talkshow. Kegiatan ini digelar bekerjasama dengan Direktorat Kajian Strategis Kebijakan Pertanian (KSKP) IPB, IPB berkebun, Gerakan Cinta Anak Tani, HMPPI, BEM KM IPB, dan Pesticide Action Network Asia Pacifik (PAN AP).
Melalui kegiatan ini juga diharapkan munculnya dukungan publik terhadap petani muda. Kesadaran dan dukungan dari publik tentang pentingnya keberadaan petani dan pertanian penting untuk melahirkan regenerasi dan agripreuner muda pertanian.
“Dengan upaya ini dan dibarengi dengan peningkatan dukungan pemerintah, minat kaum muda disektor pertanian dapat meningkat yang pada akhirnya ketahanan pangan dan kedaulatan pangan dapat tercapai seperti cita-cita pemerintah dan amanat undang-undang pangan kita ini,” pungkas Said. (*)